Must Visit Museums by Wiyu Wahono
Published by Sugar & Cream, Tuesday 28 November 2017
Text by Astrid Lim, Images courtesy of each respective museum
Fascinating Museums Around The World
Pencinta, pengamat, pembicara dan sekaligus kolektor seni Wiyu Wahono dikenal sebagai Indonesia’s Most Cutting-Edge Collector membagikan daftar museum yang wajib dikunjungi.
Tahun ini Wiyu baru saja diundang untuk memamerkan koleksi eksklusifnya di Liechtenstein National Museum selama 4 bulan dari 8 February – 11 June 2017.
Wiyu Wahono, photography by Indra Leonardi, Indra Leonardi Portraiture
Berita mengenai pameran di Liechtenstein National Museum bisa dibaca di sini.
Baca juga mengenai interview Wiyu Wahono dengan Art Stage Jakarta dimana Wiyu masuk dalam Art Stage Jakarta Board of Young Collectors.
Berikut daftar museum yang wajib dikunjungi :
Dia:Beacon
Koleksi seni rupa minimalisme terbaik di era 60-70an
Dia:Beacon adalah salah satu : Museum dari Dia Art Foundation dan menyajikan salah satu koleksi seni rupa minimalisme yang paling terkenal di dunia. Museum, yang dibuka pada bulan Mei 2003, menempati bangunan industri seluas 15.000 meter persegi yang terletak di tepi Sungai Hudson di Beacon, sekitar 1,5 jam dari New York City. Di sini Dia:Beacon menyajikan seni rupa dari beberapa seniman paling penting sepanjang setengah abad terakhir ini.
Koleksinya termasuk karya Dan Flavin, Untitled (to you, Heiner, with admiration and affection), 1973, yang ditampilkan dalam satu ruangan sangat besar di basement. Lampu fluorescent Robert Irwin yang dikombinasikan dengan textile. Karya Walter De Maria, 360˚ I Ching/64 Sculptures (1981) yang disajikan tidur di lantai, patung baja monumental Richard Serra, Torqued Ellipses (1996) dan karya Michael Heizer Utara, Timur, Selatan, Barat (1967/2002).
Sejak pertama kali dibuka, Dia:Beacon telah mentransformasi kota Beacon menjadi tujuan seni untuk para pengunjung dari daerah New York maupun dari seluruh dunia.
Astrup Fearnley Museum, Oslo, Norwegia
Kolektor ini memberi contoh bagaimana membangun koleksi secara “in-depth”
Koleksi Astrup Fearnley memiliki sejarah yang berasal dari tahun 1960-an dan selalu berkonsentrasi pada karya dan seniman individual, bukan pada pergerakan atau periode historis. Fokus utamanya adalah memperoleh karya seni rupa kontemporer yang hebat dan yang mendorong batas-batas kanon artistik.
Koleksi luar biasa ini tidak bercita-cita untuk menyajikan gambaran ensiklopedia tentang seni rupa kontemporer internasional. Sebaliknya, koleksi ini adalah aglomerasi karya seniman yang menempati posisi kunci di lapangan, karena mereka telah menciptakan bahasa visual, objek dan citra orisinalitas dan kualitas yang hebat, atau karena mereka telah menemukan kembali aspek signifikan dari produksi budaya.
Ini berarti bahwa seniman-seniman tertentu memiliki eksistensi yang luar biasa dalam koleksi museum ini dan disajikan secara mendalam, sehingga pengunjung bisa menikmati perkembangan dan koherensi pekerjaan mereka.
Selama dekade terakhir, museum ini telah berkonsentrasi secara intensif pada seniman kontemporer Amerika dan Eropa seperti Jeff Koons, Damien Hirst, Richard Prince dan Cindy Sherman yang disajikan dalam jumlah sangat banyak dari era berbeda, sehingga pengunjung bisa menikmati perkembangan artistik dari masing-masing seniman. Baru-baru ini, fokusnya adalah karya-karya seniman kontemporer penting dari India, Jepang dan Cina. Tujuan museum ini adalah untuk mengumpulkan dan menyajikan karya-karya hebat oleh seniman kontemporer internasional secara mendalam, namun juga berdialog dengan seni rupa Norwegia,
Louisiana Museum of Modern Art, Copenhagen, Denmark
Museum yang terintegrasi secara harmonis dengan landscape
Pendiri Louisiana Museum of Modern Art, Knud W. Jensen, ingin membuat museum dimana masyarakat Denmark bisa melihat seni modern, yang sampai saat itu tidak memiliki tempat khusus di museum-museum di kota tersebut. Dalam dekade berikutnya, melalui kegiatan pameran intensifnya, Jensen membantu mengajarkan orang-orang Denmark untuk mengapresiasi seni rupa.
Knud W. Jensen mengemukakan banyak gagasan visioner tentang operasional museum modern, termasuk keinginan untuk menjadikan seni rupa sebagai milik khalayak luas. Impiannya adalah agar di museum ini seni rupa tidak hanya untuk kelompok elit tapi bisa dilihat dan dinikmati oleh banyak orang.
Sejak awal, visi Knud W. Jensen adalah menciptakan sebuah museum yang memiliki jiwa, di mana masyarakat bisa menemukan karya seni rupa – bukan sebagai sesuatu yang elitis , melainkan sesuatu yang berbicara langsung dengan pengunjung. Jensen juga menekankan perlunya “konten tambahan” yang dapat membantu mewujudkan hidup dan memperkaya lingkungan: “Semakin banyak kesempatan untuk memperoleh pengalaman yang ditawarkan program ini,” tulisnya saat ulang tahun ke-40 museum tersebut pada tahun 1998, “Louisiana bisa menjadi ‘tempat pertemuan’ bagi lingkungan yang terlibat dalam kehidupan kontemporer ”
Louisiana dikenal terutama karena prinsip Knud W. Jensen yang disebut “prinsip sauna”. Jensen membagi pameran menjadi dua kelompok, yaitu varietas panas dan dingin. Panas terdiri dari seniman yang sudah diketahui para tamu – klasik modern yang hebat – sementara dingin memberi ruang untuk nama yang belum pernah didengar oleh para tamu – seniman kontemporer yang kurang mudah diakses. Kemudian ia menggabungkan keduanya dalam sebuah pameran yang akan menarik perhatian para tamu, di mana mereka juga bisa melihat sesuatu yang berbeda. Prinsip sauna, dalam segala kesederhanaannya, adalah ketika orang-orang bertemu di pandangan yang setara dan beresonansi, dan mempertahankannya di tempat mereka berada.
Kröller-Müller Museum, Otterlo, The Netherlands
Museum dengan banyak karya seniman modern ini berada di dalam hutan, lengkap dengan sculpture garden yang menawan
Kröller-Müller Museum menawarkan koleksi Vincent van Gogh terbesar kedua di dunia: hampir 90 lukisan dan lebih dari 180 gambar. Pengunjung juga akan menemukan karya modern masters seperti Claude Monet, Georges Seurat, Pablo Picasso dan Piet Mondriaan.
Selain koleksinya yang mengagumkan, museum ini juga menyajikan pengalaman menikmati seni rupa bersama hutan dan alam disekitarnya dengan cara membuat beberapa jendela besar yang memungkinkan pengunjung melihat hutan dari dalam museum. Di luar museum juga terdapat sculpture garden, salah satu yang terbesar di Eropa, di mana pengunjung bisa mengapresiasi beragam patung sambil menikmati alam yang mengitarinya.
Kröller-Müller Museum dibuka untuk umum sejak tahun 1938, menampilkan koleksi pribadi Helene Kröller-Müller yang merupakan salah satu koleksi pribadi terbesar di abad ke-20.
Benesse Art Site Naoshima, Naoshima, Teshima and Inujima Island, Japan
Menjadi ruang yang mewadahi berbagai aktivitas seni dan menggabungkannya dengan alam dan lingkungan
Benesse Art Site Naoshima adalah nama kolektif yang digunakan untuk berbagai aktivitas seni yang diselenggarakan oleh Benesse Holdings, Inc. dan Fukutake Foundation di pulau Naoshima dan Teshima di Kagawa Prefecture, serta pulau Inujima di Okayama Prefecture. Tujuan utamanya adalah menciptakan ruang yang signifikan dengan membawa seni dan arsitektur kontemporer serta memadukannya dengan alam yang masih murni di Seto Inland Sea, lansekap dengan akar budaya dan sejarah yang kaya.
Terdapat dua puluh satu museum dan art projects yang tergabung dalam Benesse Art Site Naoshima. Salah satu yang terbesar adalah Chichu Art Museum yang terletak di Naoshima Island, dibangun tahun 2004 dan sebagian besar bangunan berada di bawah tanah untuk menghindari perusakan alam Seto Inland sea. Karya seni dari Claude Monet, James Turrell, dan Walter De Maria adalah beberapa yang didisplay permanen di museum ini.
Teshima Art Museum memadukan visi kreatif dari seniman Jepang Rei Naito serta arsitek Ryue Nishizawa. Karya seni nya terbuat dari air. Berdiri di bukit pada pulau Teshima menghadap ke Seto Inland Sea, museum ini berlokasi di sudut sebentang sawah yang telah direstorasi oleh warga lokal. Alam, seni dan arsitektur menyatu dalam harmoni yang indah. Di Teshima island juga terdapat satu karya Christian Boltanski yang dibuat dari detak jantung orang-orang dari berbagai penjuru dunia.
Sementara itu di pulau Inujima terdapat Inujima Seirensho Art Museum yang dibangun dengan ide “menggunakan segala sesuatu yang ada untuk menciptakan sesuatu yang akan ada.” Eksibisinya termasuk karya dari Yukinori Yanagi yang menggunakan Yukio Mishima sebagai motif, sebuah kritik vokal bagi modernisasi Jepang, bersama-sama dengan arsitektur yang didesain oleh Hiroshi Sambuichi. Desain minimalis yang ramah energi menjadi kekuatan utama museum ini.
The Broad, Los Angeles
Representasi seni kontemporer di tengah kota Los Angeles
The Broad adalah museum seni kontemporer yang didirikan oleh filatropis Edythe dan Eli Broad di Grand Avenue, di pusat kota Los Angeles. Museum ini menjadi rumah dari 2.000 karya seni dari koleksi Broad, yang termasuk salah satu yang terbesar di era kontemporer sampai saat ini. Selain itu, The Broad rutin menggelar pameran temporer serta acara inovatif lainnya.
Museum ini fokus pada representasi in-depth dari seniman kontemporer berpengaruh, seperti Jeff Koons, Damien Hirst, Takashi Murakami, William Kentridge, Andreas Gursky, Eric Fischl, Leon Golub, Kara Walker, dll. Selain itu, The Broad kerap menampilkan karya seniman muda yang semakin memperkaya nuansa koleksinya.
Marciano Art Foundation, Los Angeles
Konsep eksperimental yang membuka mata pengamat seni terhadap koleksi yang ekstensif dan inspiratif
Marciano Art Foundation adalah oase di tengah padatnya kota Los Angeles. Museum ini didirikan oleh Maurice dan Paul Marciano untuk memberikan akses publik terhadap koleksi seni Marciano melalui eksibisi temporer maupun permanen.
Koleksi di museum ini memiliki range yang cukup luas – mulai dari seniman yang sudah mapan, yang masih meniti pertengahan karier, maupun yang baru mulai menjajaki dunia seni- terutama dari era 1990an hingga masa sekarang. Dengan membuka koleksi mereka pada publik, Marciano berharap akan menginspirasi dan merangkul masyarakat luas melalui kekuatan seni kontemporer.
Yang unik dari Marciano Art Foundation adalah pendekatan eksperimental di mana mereka selalu berubah dan bertransformasi mengikuti perkembangan dunia seni kontemporer. Beberapa pamerannya yang baru digelar belakangan ini adalah Latin American Artists serta Jim Shaw: The Wig Museum, sedangkan koleksi permanen yang menjadi highlightnya termasuk karya Albert Oehlen, Allora & Calzadilla, dan Christian Marclay.
San Francisco Museum of Modern Art (SFMOMA) Expansion, San Francisco
Ekspansi yang melahirkan atmosfer baru dan inovatif
Setelah tiga tahun tutup, San Francisco Museum of Modern Art (SFMOMA) yang baru bertransformasi dan berekspansi, kini kembali membuka pintunya untuk publik mulai bulan Mei 2016 lalu. SFMOMA yang baru ini dirancang oleh firma arsitek Snohetta, dengan luas ruang galeri tiga kali lebih besar dari pada bangunan sebelumnya. Merayakan pembukaan ini, SFMOMA mempersembahkan 19 pameran perdana termasuk koleksi dari Doris dan Donald Fisher, serta koleksi permanen SFMOMA favorit yang khusus ditampilkan di museum yang baru.
Sesuai tradisi Bay Area yang melek inovasi teknologi, SFMOMA merupakan salah satu museum seni Amerika yang banyak mengoleksi fotografi dan film, bahkan telah lebih dulu mengapresiasi arsitektur, desain serta seni media sebelum mereka menjadi populer di berbagai museum. SFMOMA juga mendukung dan mengoleksi karya dari seniman-seniman California terutama yang aktif di Bay Area.
Museum SAN (Space Art Nature), Wonju, South Korea
Ruang tempat berpadunya seni dan alam menjadi kesatuan yang harmonis
Sesuai namanya, Museum SAN (Space Art Nature) berlokasi di lingkungan natural yang sangat indah, dirancang oleh Tadao Ando, master arsitek minimalis. Dibuka tahun 2013, museum ini menampilkan karya-karya James Turrell, seniman ruang dan cahaya yang sudah mendunia.
Pengunjung akan menyusuri jalur mulai dari welcome center hingga ke Flower Garden, Water Garden, Main Building, Stone Garden hingga ke eksibisi James Turrell. Struktur sayap Main Building terdiri dari bentuk segi empat, segi tiga dan lingkaran, menghubungkan langit, bumi dan manusi.
Museum SAN adalah tempat di mana seni dan arsitektur berpadu harmonis dengan lingkungan alam sekitarnya, termasuk perubahan musim. Dengan slogan “Disconnect to Connect”, museum ini menawarkan tempat beristirahat dan relaksasi melalui seni rupa dan alam. Pengunjung akan menikmati setiap langkah, setiap tawa, dan setiap senyum yang ditemui di sini.
MONA (Museum of Old and New Art), Hobart, Tasmania, Australia
Museum dengan koleksi yang paling cutting-edge saat ini
David Walsh adalah seorang ‘penjudi professional’ yang membuka museum di Hobart untuk menyajikan koleksinya yang terdiri dari benda tahun 5000 S.M., mummi dan peti mati sampai karya seni rupa media baru. Sebagian besar dari karya-karya koleksinya mempunyai konteks tentang sex dan kematian.
Di museum ini pengunjung bisa melihat (dan mencium) karya Wim Delvoye, Cloaca Professional, 2010 yang berwujud mesin yang diberi makan (sayur, daging, roti, dll) pada jam 12:00 setiap hari dan mengeluarkan kotoran (seperti kotoran manusia) pada jam 14:00. Karya seni lainnya yang sangat unik adalah rekaman kamera cctv secara non-stop dari artist Christian Boltanski di rumahnya di Perancis. David Walsh membeli karya yang menyajikan kehidupan Christian Boltanski secara real-time ini dengan menyicilnya setiap bulan selama 8 tahun. Jika Christian Boltanski meninggal dalam waktu kurang dari 8 tahun setelah pembelian karya ditanda-tangani, maka David Walsh mendapatkan karya ini dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan yang dia seharusnya bayarkan. Dan sebaliknya.
BAROVIER&TOSO: THE HOLIDAY WINDOW DISPLAY
Barovier&Toso has just unveiled its new holiday window display curated by vandersandestudio featuring iconic vases and the new collection.
read moreHERMÈS CHEZ MIX JAKARTA
At Hermès Pacific Place, guests invited to participate in simple games via Chez Mix Conveyour displaying a curated selection of Hermès Fashion Jewelry.
read moreTHE (NEW) PAUL CLASSIC AT SEIBU, GRAND INDONESIA
PAUL Classic at SEIBU Grand Indonesia offers a unique dining experience in Jakarta, blending French flavors with an authentic Parisian atmosphere.
read moreMUSEUM MACAN ANNOUNCES KORAKRIT ARUNANONDCHAI’S FIRST MAJOR SOLO PRESENTATION IN INDONESIA
Museum MACAN presents Korakrit Arunanondchai's artwork, "Sing Dance Cry Breathe |as their world collides onto the screen" for the first time from November...
read moreA Spellbinding Dwelling
Rumah milik desainer fashion Sally Koeswanto, The Dharmawangsa kreasi dari Alex Bayusaputro meraih penghargaan prestisius Silver A’ Design Award 2017.
read moreThomas Elliott, Translating the Dreams of Spaces and Shapes
Selama hampir seperempat abad tinggal di Indonesia, simak perbincangan dengan arsitek dan desainer Thomas Elliott.
read more