presented by

IAI MENGAJAK 31 UNIVERSITAS BEKERJA SAMA UNTUK DUKUNG PROGRAM PENDIDIKAN TINGGI ARSITEKTUR

SHARE THIS
2.82K

Published by Sugar & Cream, Tuesday 11 January 2022

Image courtesy of IAI

Equating Indonesian Architectural Education with International Standards

Program Pendidikan Tinggi Arsitektur (PPAr) saat ini mengalami perubahan signifikan yang menuntut model pembelajaran lebih dinamis, multidisiplin, serta fokus dalam ‘’melahirkan” lulusan yang memenuhi standar kompetensi yang diakui secara nasional, regional, dan juga internasional. Untuk tantangan di tingkat regional ditandai sdengan diberlakukannya Pasar Bebas ASEAN 2015 melalui Mutual Recognition Arrangement (MRA) for Architectural Services. Demi kesetaraan mutu serta kesepahaman tentang kualifikasi dari berbagai bidang pekerjaan dan profesi di era global, oleh karena itu Indonesia juga perlu memenuhi standar kualifikasi internasional.

IAI dengan Unika Soegijapranata

Dan, untuk memfasilitasi sekitar 6.000 sarjana arsitektur Indonesia yang lulus di tiap tahunnya, sejak 2005, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) mendukung dan mendorong terbentuknya lebih banyak Program PPAr di perguruan – perguruan  tinggi arsitektur untuk menyetarakan Pendidikan Arsitektur Indonesia berstandar internasional.

IAI dengan Unika Soegijapranata

Total ada 31 kampus yang telah memiliki Nota Kesepahaman atau MoU Penyelenggaraan Program Pendidikan Profesi Arsitek (PPAr). Terakhir, dua perguruan tinggi yang bergabung dalam MoU adalah Unika Soegijapranata dan Universitas Sebelas Maret. Delapan di antaranya telah aktif Program Pendidikan Profesi Arsitek yaitu Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Universitas Indonesia (UI), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Kemudian, Universitas Kristen Petra, Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Islam Indonesia (UII), dan Universitas Kristen Duta Wacana.

IAI dengan Unika Soegijapranata


Presented by MOIRE Rugs

MoU tersebut ditandatangani pada Senin, 6 Desember 2021 oleh Ketua Umum IAI, Georgius Budi Yulianto bersama  kepala program studi dari kedua universitas tersebut. Dan sebagai “mitra kerja” dan “mitra belajar” IAI menyediakan –  untuk perguruan  – perguruan tinggi arsitektur –  dosen mata kuliah, dosen tamu, dan reviewer untuk berbagai ujian terkait keprofesian, yang turut andil dalam pengembangan ilmu keprofesian, arsitektur, etika profesi, serta kerjasama publikasi kegiatan.

IAI dengan UNS

Di dunia internasional melalui organisasi profesi arsitek sedunia, The Union Internationale des Architectes (UIA), dimana Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) yang menjadi anggotanya, merekomendasikan bahwa seorang calon arsitek harus mengikuti pendidikan minimal selama 5 tahun di perguruan tinggi arsitektur. Kemudian  mengikuti proses magang kurang lebih selama 2 tahun sebelum diperbolehkan berpraktik sebagai seorang arsitek.

IAI dengan UNS

Untuk di Indonesia sendiri, tuntutan tersebut direspons oleh IAI melalui pengenalan  “model 4 tahun +1”, yang diwujudkan dalam pendidikan sarjana (4 tahun) ditambah program pendidikan profesi arsitek (1 tahun), dengan tuntutan untuk legitimasi di ranah legalitas akademik, utamanya dengan UU No. 12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi. Yang memerlukan penyesuaian untuk menjadikan program tersebut sebagai program studi “Profesi Arsitek”. (DB)

IAI dengan UNS

Coulisse | INKZipblind & VF