presented by

DAY 03 — PLAZA INDONESIA FASHION WEEK 2025

SHARE THIS
58

Published by Sugar & Cream, Monday 13 October 2025

Images courtesy of Plaza Indonesia

BINHouse, Array & Array day Off, Julianto for Irwan Tirta Private Collection, 3Mongkis x Rama Dauhan, Artkea 

Euforia dari dua hari pertama masih terasa, namun suasana kian memuncak saat memasuki hari ketiga Plaza Indonesia Fashion Week 2025. Dengan tema besar “Love Letters to Plaza Indonesia: Celebrating 35 Iconic Years”, perhelatan yang digelar di The Warehouse, Level 5, ini bukan sekadar pertunjukan mode, melainkan juga sebuah refleksi perjalanan kreatif Plaza Indonesia selama 35 tahun terakhir—menyatukan tenant, desainer, brand, mitra, hingga komunitas seni dan fashion.

BINhouse karya Obi

Ada sesuatu yang magis saat lampu panggung perlahan meredup. Denting awal lagu “Fallin” dari Alicia Keys menggema, dan seketika ruangan larut dalam keintiman. Dari balik cahaya, lima model muncul dalam kebaya kontemporer BINhouse karya Obin—melangkah, menari, seolah berbicara lewat kain yang mereka kenakan. Momen itu bukan hanya sebuah peragaan, tapi semacam undangan untuk kembali merasakan batik sebagai bahasa rasa, bukan sekadar tradisi. Ketika tiba-tiba terdengar lagu viral “Garam atau Madu”, audiens tersenyum. Obin, seperti biasanya, tahu bagaimana menjembatani masa lalu dan masa kini. Kain sutra, tenun, dan kebaya panjang sleeveless kuning dengan high-collar tak lagi terasa kuno; ia hidup, berdialog dengan generasi yang tumbuh bersama musik pop. Obin, di usianya yang 70, masih setia merawat batik dengan cara paling sederhana: membuatnya hidup dan dekat dengan semua orang.


Presented by Coulisse | INK

itu, Array & Array day Off membawa kita pada perjalanan berbeda. Koleksi “Grace & Grit” adalah refleksi tentang hidup kita sehari-hari—tentang bagaimana kelembutan dan keteguhan bisa berjalan beriringan. Renda, pita, dan mutiara yang dulu lekat dengan kesan manis kini tampil sebagai simbol kekuatan. Siluet blus, rok, dan outerwear didesain ulang dengan tailoring lembut, menghadirkan busana sehari-hari yang klasik sekaligus abadi—sebuah wardrobe yang tumbuh bersama pemakainya.

Array & Array day Off

Kontras terasa ketika “Jagad Rasa” dari kolaborasi Iwan Tirta Private Collection x Julianto hadir. Ada ketegangan yang indah antara batik klasik dan siluet modern nan refined. Motif sogan, hitam, emas, dan putih seolah bicara tentang akar; sementara garis rancang kontemporer Julianto membawa kita pada kemungkinan masa depan. Setiap helai kain terasa seperti puisi yang ditulis ulang—menyentuh rasa, bukan hanya mata. Dengan menciptakan puisi visual yang menyentuh rasa. Setiap potongan menjadi ajakan untuk melihat batik bukan hanya sebagai warisan, melainkan bahasa mode yang terus berevolusi.

Iwan Tirta Private Collection x Julianto

Lalu ada kolaborasi personal: 3Mongkis x Rama Dauhan. Inspirasi datang dari foto lama seorang ibu dalam seragam Menwa—kuat, tenang, penuh keyakinan. Dari sana lahirlah koleksi utilitarian yang fungsional tapi sarat emosi. Khaki, olive, slate, beige. Outerwear boxy dan rok panjang. Potongan yang keras, tapi di baliknya ada kelembutan: sebuah penghormatan terhadap kekuatan yang lahir dari cinta dan ingatan. Menghadirkan pakaian dengan jiwa—seragam baru bagi perempuan modern yang kuat dan penuh keyakinan.

3Mongkis x Rama Dauhan

Hari ditutup dengan energi segar dari Artkea Stripes. Koleksi “Cascade” bergerak bebas, seperti air yang mengalir tanpa batas. Warna-warna hangat bertemu dengan volume puff sleeves dan balloon pants, menciptakan tarian visual di atas runway. Ada sesuatu yang playful sekaligus puitis—sebuah pengingat bahwa fashion, pada akhirnya, adalah tentang keberanian untuk mengekspresikan diri apa adanya. Koleksi ini memadukan ketegasan dan keluwesan, maskulin dan feminin, menghadirkan energi ekspresif yang segar dan penuh dinamika.

Artkea Stripes

Hari ketiga PIFW bukan hanya rangkaian show. Ia terasa seperti percakapan panjang—antara tradisi dan modernitas, antara kelembutan dan kekuatan, antara ingatan masa lalu dan langkah ke depan. Sebuah surat cinta lain untuk Plaza Indonesia di usianya yang ke-35.

Magran LivingCoulisse | INK