Text by Anggita D S, Images courtesy of MIWA.
Jika Anda sering mengunjungi Central Dept. Store di Grand Indonesia, bukan tidak mungkin Anda akan mendapati diri berhenti sejenak ketika melihat area pameran textile art atas nama MIWA dari Mira Hoeng. Textile art ini sendiri diterjemahkan ke dalam 3 motif scarf untuk koleksi eksklusif MIWA di sana, yaitu Paradise in Galaxy, Paradise on Earth, serta Underwater Paradise. Melihat keunikan dari permainan corak dan motif di scarf ini, Sugar & Cream pun berbincang dengan Mira Hoeng untuk mengetahui lebih lanjut mengenai karyanya dan inspirasi di balik pembuatannya.
Ceritakan mengenai awal perjalanan karier Anda dalam mendirikan MIWA.
“Setelah lulus kuliah di Singapura dengan jurusan Textile Design, saya langsung mendapatkan pekerjaan di sana dalam bidang creative and design. Tiga tahun kemudian, saya dipulangkan ke Jakarta untuk bergabung di PT Walt Disney Indonesia. Setelah kurang lebih 3 tahun bekerja di salah satu perusahaan terbesar di dunia itu, saya memberanikan diri untuk mewujudkan cita-cita saya dari kecil, yaitu mempunyai brand sendiri dengan gambar karya saya sendiri. Pada Juni 2016, saya resmi ‘meluncurkan’ MIWA di pasaran untuk pertama kalinya. Semenjak itu, saya sangat berbahagia karena berkesempatan berkarya dan diterima baik oleh pasaran.”
Apa yang membuat Anda tertarik mendesain customized print/pattern buatan tangan dengan ilustrasi watercolor?
“Ini memang impian dan cita-cita saya sejak kecil. Maka dari itu, nama brand saya MIWA, diambil dari nama kecil saya untuk melambangkan bahwa inilah impian masa kecil saya yang terwujud.”
Bagaimana Anda mendeskripsikan gaya ilustrasi Anda?
“Experimental, expressive, dan bold.”
Medium apa saja yang biasanya Anda gunakan, serta peralatannya?
“Saya menyukai medium cat, seperti cat air, cat acrylic, dan lainnya. Untuk peralatannya, pastinya kuas dan kertas khusus untuk memaksimalkan cat tersebut.”
Tantangan terbesar yang pernah Anda hadapi selama ini? Sebaliknya, apa keberhasilan terbesar Anda?
“Tantangannya sama seperti kebanyakan seniman lainnya, misalnya kadang tidak ada ide dan inspirasi, keterbatasan peralatan seni di Indonesia, serta persepsi masyarakat Indonesia tentang seni dan desain produk lokal pada umumnya. Keberhasilan saya yang paling berkesan adalah ketika berhasil membuat suatu karya yang sangat saya impikan sejak dulu terwujud. Salah satunya adalah pameran textile art untuk memperingati ulang tahun ke-3 Central Dept. Store di Grand Indonesia pada Oktober 2017 lalu.”
Siapa yang menjadi influence terbesar Anda ketika berkarya?
“Scandinavian movement artists dan keluarga, khususnya ibu dan kakak saya.”
“Peluang di dunia kreatif semakin membaik dengan adanya dukungan dan bantuan fasilitas dari pemerintah untuk pelaku seni. Yang kita perlukan sebagai seniman adalah bersikap positif dan berusaha sebaik-baiknya.”
Mira Hoeng
Dengan siapa Anda ingin berkolaborasi?
“Saat ini saya ingin sekali berkolaborasi dengan brand furnitur atau home living. Tapi memang sebagai seniman, saya sangat terbuka untuk kolaborasi dengan siapa saja, asal secara pribadi saya bisa ‘klik’ dengan proyeknya. Karena saya selalu mengerjakan semua ini dengan sepenuh hati, maka sangat penting untuk merasa nyaman dan terinspirasi dengan proyeknya itu sendiri.”
Menurut Anda, bagaimana Anda melihat peluang dunia kreatif di tahun ini, khususnya yang berhubungan dengan bidang Anda?
“Peluang selalu ada bila kita mau jeli melihat dan berusaha, bekerja keras dan tetap tulus. Di tahun yang baru ini, semua orang pasti sudah merencanakan setahun ke depan mau melakukan apa saja. Untuk bidang kreatif, semakin membaik dengan adanya dukungan dan bantuan fasilitas dari pemerintah untuk pelaku seni. Yang kita perlukan sebagai seniman adalah bersikap positif dan berusaha sebaik-baiknya.”
Menuangkan karya dari kanvas ke fabric melalui proses printing untuk scarf tidaklah mudah. Anda sepertinya cukup familier mengenai saturasi warna atau gradasi warna yang sesuai untuk hal ini. Bisa cerita sedikit mengenai proses Anda secara keseluruhan?
“Memang saya sudah menggambar dan sering mengikuti les menggambar sejak usia 4 tahun hingga akhirnya kuliah di LaSalle College of the Arts, Singapura dengan jurusan Textile Design. Untuk pemilihan warna, selera dan keahlian di bidang ini sangat saya kuasai karena perjalanannya sudah dipupuk dari kecil. Bahkan, bidang usaha ibu dan kakak saya juga di bidang desain. Lingkungan keluarga yang sangat mendukung saya untuk terjun di bidang ini. Untuk pemilihan warna dan desain, semua saya lakukan tanpa perencanaan dan mengalir begitu saja. Enjoy the present moment, nikmati saja prosesnya, sesuai insting ketika menggambar. Semua gambar saya tidak ada yang saya sketsa terlebih dahulu. Semua mengalir begitu saja, maka dari itu saya sebut gaya saya eksperimental.”
Kreasi apa saja yang Anda rencanakan di tahun 2018 ini? Loncatan kreativitas seperti apa yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya?
“Akan ada banyak produk baru, pengembangan produk untuk MIWA, juga adanya banyak tawaran dari berbagai pihak untuk bekerja sama, ditunggu saja, ya.”
QUICK QUESTIONS
Restoran favorit Anda di Jakarta saat ini?
“Saya suka semua masakan Asia, khususnya China, Jepang, Indonesia, dan Thailand. Saat ini restoran favorit saya adalah Seribu Rasa, The Duck King, Sushi Hiro, dan LARB.”
Cara favorit Anda untuk bersantai setelah mengalami hari yang melelahkan?
“Makan makanan favorit, meditasi, atau sekadar rebahan santai di sofa favorit.”
Film favorit yang terakhir Anda tonton?
“Saya suka film animasi, karena saya pernah bekerja di bidang ini dan sangat menghargai proses sulit dan detail dalam pembuatannya. Film terakhir yang saya tonton adalah Finding Dory di pesawat beberapa waktu lalu.”