Yayasan Papua Menyapa Dunia Sumbang Komputer ke Yasepkap
Published by Sugar & Cream, Thursday 22 March 2018
Text by Salma/Tomy and Image courtesy of SALAM PAPUA
Kegiatan Amal YPMD
Yayasan Papua Menyapa Dunia (YPMD) memberikan sumbangan komputer kepada Yayasan Pengembangan Sosial, Kesehatan, Pendidikan Anak Papua (Yapsepkap) di halaman Gereja GKI Hosana Jalan Cenderawasih SP 2, depan Petrosea, Sabtu (10/3).
Tokoh masyarakat Mimika yang hadir dalam acara ini, Athanasius Allo Rafla, dalam sambutannya mengatakan, kepedulian pemerintah daerah dan pihak swasta terhadap anak-anak jalanan masih sangat kurang. Anak- anak harus dibantu dan di bina agar bisa sekolah dan mengisi masa kecilnya dengan baik sehingga kelak bermanfaat bagi daerah, khususnya pembangunan Kabupaten Mimika.
Kembali mengenang masa kecilnya, Allo mengatakan, dulu sewaktu masih sekolah SD di Fak-Fak, ia memiliki banyak teman sekolah anak-anak dari Suku Kamoro. Begitu juga saat melanjutkan SMP di Jayapura. Anak-anak sekolah asal Suku Kamoro ini banyak yang kemudian menjadi guru.
“Dulunya di Papua ada guru-guru dari Suku Kamoro, mengajar anak-anak Kamoro dan anak-anak suku lainnya. Tapi saat ini sama sudah susah ditemukan guru dari Suku Kamoro. Mulai saat ini kita harus benahi kondisi ini,” ujar Allo.
Allo mengatakan, saat ini hasil hutan sudah mulai habis begitu pula dengan hasil laut. Kendati demikan, kebanyakan yang mendapatkan dan menerima hasil itu dari bukan masyarakat asli Papua.
“Masyarakat asli sudah mulai kehilangan kesempatan itu. Sehingga harus di mulai dari anak anak yang ada saat ini,” ujarnya.
Dalam sambutannya Allo bertanya kepada anak-anak jalanan yang hadir, apakah saat ini bersekolah atau tidak dan sebagian dari mereka menjawab bersekolah. Sebagian tidak menjawab. Allo pun meminta yayasan (Yapsepkap-Red) yang saat ini menaungi anak-anak ini agar terus mendorong anak-anak yang belum sekolah agar bisa sekolah.
“Besok (Minggu-Red) saya akan datang lagi ke sini untuk memberikan sumbangan berupa buku dan alat tulis kepada anak-anak ini. Saya minta yayasan dorong anak-anak untuk sekolah, untuk pintar dan bisa memiliki masa depan yang baik. Tanpa sekolah, tidak mungkin bisa menjadi orang yang berguna bagi daerah ini. Jadi sekali lagi saya minta anak-anak ini harus sekolah,” kata Allo.
Allo juga berterima kasih kepada Yayasan Papua Menyapa Dunia yang memiliki kepedulian kepada anak-anak Papua ini. “Tidak banyak yayasan yang memiliki kepedulian kepada anak-anak jalanan di Papua. Apa yang dilakukan oleh Yayasan Papua Menyapa Dunia ini patut ditiru oleh pihak lain, baik itu Pemda Mimika dan pihak swasta lain yang ada di daerah ini,” kata Allo.
Untuk membantu anak-anak ini bisa memiliki pendapatan sendiri, Allo meminta Manajemen SKH Salam Papua yang diwakili Pemimpin Umum SKH Salam Papua Yulius Lopo yang hadir dalam acara ini agar ada kerjasama Salam Papua dengan Yasepkap, untuk menjadikan anak-anak ini sebagai loper koran. Dengan catatan, anak-anak ini tetap sekolah.
Sementara itu, salah satu Pengurus Yayasan Papua Menyapa Dunia, Dennny Jigibalom mengatakan, yayasan ini yg di support dgn rekan-rekan para pemerhati, pengusaha dan professional lainnya dari Jakarta. Yayasan Papua Menyapa Dunia memiliki visi dan misi memperkenalkan potensi-potensi yang dimiliki Papua kepada dunia dan juga membantu mencari solusi bagi permasalahan-permasalahan yang dialami di Papua termasuk sumber daya manusia (SDM). Hal ini dilakukan karena penilaian orang luar terhadap Provinsi Papua masih negatif.
“Orang menilai Papua itu masih ketinggalan. Masih ada anak-anak jalanan di Timika dan itu hampir ada diseluruh daerah di Papua. Anak-anak ini membutuhkan perhatian dari semua pihak, agar bisa menikmati hidup yang lebih baik, termasuk bisa sekolah,” ujar Denny yang berprofesi sebagai pilot salah satu maskapai yang beroperasi di Papua.
Denny meminta agar label anak-anak aibon tidak dikenakan kepada anak-anak ini, karena secara psikologi tidak menolong perkembangan anak-anak tersebut. “Di Wamena dan sejumlah tempat di Papua yang dekat dengan anak-anak ini, saya menerima mereka apa adanya dan secara perlahan saya sadarkan mereka akan bahaya dari aibon itu bagi kesehatan dan masa depannya. Anak-anak ini kalau ditanya tidak ada yang ingin menjalani hidup seperti ini. Semua ini terjadi karena terpaksa, karena tidak memiliki pelihan aktivitas lain yang positif untuk mereka, karena itu mereka harus ditolong,” kata Denny.
Denny mengatakan, anak-anak Papua pada hakekatanya memiliki potensi yang luar biasa untuk mengharumkan nama Papua, bahkan nama Indonesia sampai ke luar negeri. Kendati demikian, perlu adanya perhatian dari individual untuk memberikan sesuatu yang dapat menunjang potensi tersebut.
Senada dengan Denny, Pengurus Yayasan Papua Menyapa Dunia yang juga merupakan aktor sejumlah film, Yuleks Sawaki, mengatakan, bantuan computer yang diberikan bertujuan mendorong anak-anak untuk sekolah dan bisa mengetahui teknologi dan informatika.
“Harus sekolah, harus pintar, harus bisa kuasai komputer. Tadi saya tanya ada sejumlah anak yang mau jadi pilot seperti Kakak Denny, jadi saya bilang, kalau mau jadi pilot maka salah satunya harus bisa kuasai komputer,” kata Yuleks.
Sementara itu, Ketua Yasepkap, Andre Kotouki, mengatakan, saat ini anak-anak yang diasuh yayasannya terdiri dari anak-anak yang tidak mampu dan anak jalanan. Anak-anak ini terpaksa turun ke jalan karena tidak diperhatikan oleh orangtuanya. Bahkan ada anak-anak yang orangtuanya sudah meninggal atau bercerai, sehingga tidak tahu siapa yang harus mengasuh mereka.
“Selain anak-anak disini, kami juga menampung anak-anak jalanan yang ada di Gorong-Gorong. Banyak dari mereka yang juga pemakai lem aibon. Kami terus berupaya menyadarkan mereka akan bahaya dari lem aibon tersebut, ada yang sudah sadar dan berhenti, namun ada yang masih menikmati aibon,” ujar Andre.
Andre berterima kasih kepada Yayasan Papua Menyapa Dunia yang sudah membantu dua unit computer kepada yayasannya dengan tujuan bisa ikut membantu menolong anak-anak jalanan yang ditanganinya.
“Bantuan ini manjadi cikal bakal untuk kami semakin serius mengurus anak-anak jalanan ini. Apa lagi akan ada bantuan bola kaki dan juga buku dan alat tulis. Kami merasa diperhatikan, begitu juga anak-anak ini, tentu bisa sekolah dan bermain bola, sehingga menghilangkan keinginan anak-anak untuk menghirup lem aibon,” kata Andre.
Program peduli anak jalan itu dari yayasan ini sudah berjalan sejak tahun 1998 sampai sekarang. Belum banyak hal positif yang bisa dibuat karena minimnya kepedulian dan perhatian dari pemerintah daerah dan pihak swasta di daerah ini.
Untuk memotivasi anak-anak aiobon ini, Andre merubah istilah Aibon yang dinilai buruk oleh masyarakat, diganti dengan arti Aku Ingin Berubah dari Organisasi Narkoba (AIBON). Diharapkan pihak lain juga tergerak membantu yayasan ini sehingga bisa membantu anak-anak ini memiliki masa depan yang baik.
Bagi masyarakat yang ingin menjadi donator, dapat menghubungi Ketua Yasepkap, Andre Kotouki dengan nomor telepon 081240294445 / 082398882229 (WA).
Bantuan komputer ini diserahkan Tokoh Masyarakat Mimika Athanasius Allo Rafra dan Pengurus Yayasan Papua Menyapa Dunia, Denny Jigibalom kepada dua Pendeta Gereja GKI Hosana.
BAROVIER&TOSO: THE HOLIDAY WINDOW DISPLAY
Barovier&Toso has just unveiled its new holiday window display curated by vandersandestudio featuring iconic vases and the new collection.
read moreHERMÈS CHEZ MIX JAKARTA
At Hermès Pacific Place, guests invited to participate in simple games via Chez Mix Conveyour displaying a curated selection of Hermès Fashion Jewelry.
read moreTHE (NEW) PAUL CLASSIC AT SEIBU, GRAND INDONESIA
PAUL Classic at SEIBU Grand Indonesia offers a unique dining experience in Jakarta, blending French flavors with an authentic Parisian atmosphere.
read moreMUSEUM MACAN ANNOUNCES KORAKRIT ARUNANONDCHAI’S FIRST MAJOR SOLO PRESENTATION IN INDONESIA
Museum MACAN presents Korakrit Arunanondchai's artwork, "Sing Dance Cry Breathe |as their world collides onto the screen" for the first time from November...
read moreA Spellbinding Dwelling
Rumah milik desainer fashion Sally Koeswanto, The Dharmawangsa kreasi dari Alex Bayusaputro meraih penghargaan prestisius Silver A’ Design Award 2017.
read moreThomas Elliott, Translating the Dreams of Spaces and Shapes
Selama hampir seperempat abad tinggal di Indonesia, simak perbincangan dengan arsitek dan desainer Thomas Elliott.
read more