presented by

Upaya Pemulihan Ekonomi Pelaku Seni Rupa Saat Pandemi

SHARE THIS
3.17K

Published by Sugar & Cream, Tuesday 08 June 2021

Text by Bambang A Widjanarko, images courtesy of UOB Indonesia

Webinar by UOB Indonesia – ”Peran Dan Potensi Seni Rupa Dalam Ekonomi Kreatif”

Tiga hal kunci utama dalam upaya pemulihan potensi pelaku ekonomi seni rupa yakni kapabilitas sumber daya personal, penguatan ekosistem dan transformasi digital secara integratif.

Dalam webinar akhir Mei lalu, tiga hal diatas menjadi semacam kesepakatan bersama dengan topik Peran dan Potensi Seni Rupa dalam Ekonomi Kreatif. Webinar mengetengahkan nara sumber dari ekonom UOB Indonesia, Direktur Art Fair, mantan diplomat dan seniman, sampai penyelenggara UOB painting of the Year.

Tinjauan dari Enrico Tanuwidjaja, Head of Economic and Research, UOB Indonesia cukup menarik dengan menyebut bahwa kita sekarang menghadapi tantangan global dengan istilah “Vaccine”.

Dalam papernya yang dikirimkan pada penulis, Enrico menyebut Vaccine merupakan penjabaran dari Volatility yakni pergerakan cepat disebabkan penguncian ekonomi, dan berangsur-angsur dilepaskan. Ambiguity, ketidakjelasan seberapa cepatkah vaksin membantu pemulihan ekonomi? Complexity, secara global kompleks keragaman pemberian vaksinasi terkendala pada distribusi dan pergudangan serta jumlah populasi.

Sedangkan Confusion, adalah kondisi kebingungan kontrol dan layanan medis sejumlah negara yang berbeda-beda, Inoculation yakni mayoritas populasi mungkin hanya melakukan pada masa kritis penguatan antibodi, New Normal, yaitu mencipta kenormalan baru dengan bisnis secara digital serta Emerging Stronger yang merupakan adaptasi digitalisasi lebih cepat dan lebih baik.

Enrico menjelaskan juga bahwa visi tahun 2045, Indonesia diharapkan mampu meningkatkan potensi ekonomi kreatifnya mencapai 46% yang sekarang dipegang oleh Tiongkok. Dari 17 sub sektor ekonomi kreatif, seperti contoh: aplikasi, game, arsitektur, desain interior, desain visual, desain komunikasi publik, musik, film, fashion, seni rupa dan seni pertunjukkan.

Visi 2045 dan Digitalisasi
Beberapa argumentasi dijabarkan Enrico akan ada harapan pada visi 2045 apabila menyitir kebijakan Kemenparekraf bahwa selama terjaminnya protokol kesehatan dalam aktifitas off lines, stimulus tertentu pada pelaku bisnis, seperti reduksi pajak, bantuan langsung tunai sampai pinjaman lunak bisa dijalankan secara konsisten.

Selain itu, akselerasi atas iklim investasi dan kebijakan fiskal yang jelas, pemberdayaan ketrampilan lewat pelatihan, seminar dan tentu saja ini: adaptasi digitalisasi seluruh perangkat kerja dan aktifitas yang memproduk seni rupa serta peningkatan dalam pemasarannya di manca negara.

Sementara wakil Kemenparekraf, Joshua Simanjuntak, sebagai staf ahli Menteri Bidang Inovasi dan Kreativitas menyampaikan bahwa kuncinya memang pemerintah memulai menerapkan digitalisasi ekonomi, agar kembalinya produktifitas para pekerja kreatif, pemilik galeri dan terutama seniman untuk menciptakan kondisi adaptasi digital dengan menemukan beragam inovasi ”.

Joshua menyampaikan juga agenda kampanye pemulihan ekonomi kreatif dengan anjuran membeli produk lokal yang disebut sebagai BBI, Bangga Buatan Indonesia.

Harapan dari ekonom Enrico dan pernyataan Joshua bisa jadi mampu menggapai visi 2045  dengan akselarasi pemulihan terwujud. Namun tentu saja pemerintah selayaknya menimbang beberapa hal, bahwa aspek seni rupa selama ini memiliki kluster yang berbeda-beda. Selayaknya, bantuan individu dilakukan konsisten (kecenderungan seniman berkarya secara personal) selain komunitas. Terutama, pendistribusian yang merata dengan pemilihan penerima bantuan sejumlah daerah baik di dalam dan diluar Jawa dan Bali secara geografis.

Memang ada dukungan hibah dan pelatihan serta seminar (sejak 2020) pada sebagian (masih kecil) pelaku industri, terutama seniman dan pengusaha kecil produk material seni. Yang lebih urgensi adalah ketersediaan data-data akurat jumlah produsen, distribusinya serta daya capai pada sasaran yang tepat. Sejumlah komunitas seni rupa besar pada 2020 sempat mendapatkan hibah; namun sebagian besar yang lain, tentu dengan persyaratan tertentu belum tercapai.

Cukup ditimbang pula bahwa iklim usaha tentunya lebih sehat jika ada bantuan hutang cukup lunak bunganya dalam jangka panjang. Bagi pelaku usaha kecil seni rupa (seperti adanya dukungan pada studio seni); menimbang jika hibah cenderung akan habis untuk konsumsi. Tentunya, pinjaman jangka panjang ini memberi energi produksi lebih lama dan ada ikatan pertanggung jawaban atas hasil hutang.

Kompensasi, misalnya pada pelaku kecil, masih minim bagi pelaku seni dan seniman. Sebagai misal, layak mendapatkan dukungan wi-fi gratis tak hanya ketrampilan digitalisasi, juga prioritas penerapan beberapa kriteria pemilihan: konsistensi berkarya, prestasi dan waktu yang lebih lama menjalani profesi yang perlu ditimbang dengan hasil riset yang seksama.

Presented by Eztu Glass

Industri Besar Seni Rupa, Seniman dan Pencitraan Diri
Pemerintah memang sempat ada semacam koordinasi lintas sektoral, dengan kondisi pandemi masih berlangsung. Sejak 2020 lalu, Kemdikbud dan Kemenparekraf juga bulan Mei 2021 lalu, terjadi koordinasi Kemenlu, Departemen Pajak, dan Kemenparekraf yang membincangkan skema dan strategi tertentu untuk percepatan pemulihan ekonomi kreatif, namun realisasinya memang perlu segera diwujudkan.

Tom Tandio, Direktur art Jakarta, salah satu Art Fair di Jakarta yang menjadi pelaku industri besar seni rupa mengatakan bahwa dalam upaya penguatan ekosistem seni dan promosi produk Indonesia, pihaknnya memberi ruang tak hanya dalam bentuk digital berupa pameran online dan transaksi ekonomi. Tapi, juga melakukan eksperimen langsung secara offline, seperti yang dilakukan oleh Art Jakarta melalui perencanaan Art Jakarta Garden 2021.

“Acara Art Jakarta Garden adalah sebuah perhelatan seni terbatas di ruang terbuka dengan menampilkan karya patung dan jumlah tertentu partisipan galeri. Menurut saya dengan sistem open air seperti ini, keselamatan pengunjung bisa lebih diutamakan dan ini semestinya pemerintah bisa memberi dukungan” ujar Tom.

Sementara, menurut Astari Rasjid, nara sumber lainnya, Perupa dan Duta Besar RI untuk Bulgaria, Albania dan Makedonia Utara (Periode 2016-2020) mengatakan bahwa seniman sebagai pelaku ekonomi adalah duta informal kultur Indonesia di manca negara.

“Potensi seni di manca negara sangat tergantung bagaimana kita membangun pencitraan dan komunikasi. Kita harus meninggalkan karakter pergaulan lokal, dalam artian mampu menciptakan kemasan yang profesional secara global,” ujarnya. Astari menekankan bahwa kita twajib bangga dengan nafas kesenian yang memuat kultur lokal, tapi manifestasi pemasarannya semestinya yang mengglobal.

Tatkala Astari menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Bulgaria, Albania, dan Makedonia Utara, selama periode jabatannya terdapat beberapa capaian prestasi semacam memamerkan maestro seniman Indonesia di Galeri Nasional Bulgaria, kemudian menginisiasi Festival Asia yang diwakili oleh hampir seluruh partisipan benua Asia.

Nara sumber terakhir, Maya Rizano, Strategic Communications and Brand Head, UOB Indonesia juga setuju jika misi utama perhelatan UOB Painting of the Year tahun 2021 adalah menciptakan panggung lokal yang bertransformasi ke global. Proses pertukaran ide-ide besar, visi kultural lewat karya seni rupa para seniman Indonesia dipentaskan secara regional.

UOB Indonesia, sebagai institusi privat, adalah contoh kongkrit dari upaya mendukung komunitas seni rupa Indonesia dengan sebuah sayembara yang setiap tahun digelar dan memberi kesempatan talenta-talenta terbaik seniman Indonesia.

“Penguatan pencitraan personal seniman penting dalam jangka panjang akan memberikan kontribusi pada sektor ekonomi yang melekat pada karya-karya lukisannya” jelas Maya.

UOB Indonesia yang berkomitmen pada ajang sayembara seni merupakan sumbangsih UOB Indonesia dalam membangun ekosistem seni rupa yang baik dan sehat.

Coulisse | INKZipblind & VF