Text by Anggita D S, Images courtesy of AB Concept.
Mei Ume Restaurant, flagship restaurant Four Seasons Hotel London di Ten Trinity Square, telah resmi dibuka untuk umum pada 9 Juni lalu. Mei Ume, yang mengambil inspirasi namanya dari bahasa Tiongkok dan Jepang yang bermakna “bunga plum”, tidak lain adalah hasil rancang oleh duo kolaborator di balik studio desain internasional AB Concept yaitu Ed Ng dan Terence Ngan. Restoran ini merupakan karya mereka pertama di Inggris, dan memadukan budaya Timur dan Barat.
Saat memasuki Mei Ume, para tamu akan disambut oleh besar yang dibuat menggunakan teknik cat enamel di kaca dengan bunga plum warna-warni. Layarnya digantung dari dua kolom logam dengan desain portholes yang tersebar di seluruh restoran. Berlokasi secara strategis di area penerima tamu, layar ini menyatukan dua dunia, Barat dan Timur, sehingga memungkinkan para tamu merasa seakan mereka tengah memasuki era yang berbeda.
Peran kota London sebagai ‘pintu gerbang’ bagi para pedagang dari Timur untuk menjajakan berbagai komoditas seperti teh, kain sutra, dan keramik, banyak menginspirasi Ed dan Terence saat mendesain restoran ini, termasuk dari sejarah gedung itu sendiri. “Sebagai proyek pertama kami di Inggris, Mei Ume Restaurant di Four Seasons Hotel ini memang merupakan milestone luar biasa, dan kami sangat menikmati berusaha sekuat tenaga untuk menjaga agar warisan budaya ini tetap hidup,” kata Ed.
“Sebagai seseorang yang tumbuh besar di Hong Kong, sebuah melting pot budaya Timur dan Barat, proyek ini amat menarik bagi saya karena memberikan tantangan akan cara merepresentasikan beberapa tema sensitif”
Ed Ng, AB Concept.
Sedangkan ruang makan utama terlihat memesona dengan aksen merah menyala, sebuah tema yang terlihat secara konsisten di restoran dan melambangkan kebahagiaan dan perayaan di budaya Tiongkok. Fitur paling menonjol dari restoran ini adalah bingkai pernis merah yang memiliki three-layer gilded triptych. Setiap panel menggambarkan sebuah cerita dan telah dibuat dengan teknik melukis multi layer di lapisan kaca, memungkinkan para tamu memiliki persepsi berbeda saat melihatnya.
Salah satu tantangan terbesar bagi Ed dan Terence saat merancang restoran ini adalah usaha untuk melestarikan bentuk gedung layaknya aslinya (gedung ini pertama kali dibangun pada tahun 1922), namun di saat bersamaan harus reinvent gedung dengan semangat dan tujuan baru. Contohnya bisa Anda lihat di bar, yang ditutupi struktur mirip paviliun dan diterangi lentera khas Tiongkok yang dilapisi logam hitam dan kaca bermotif. Atau dining space semi-privat, yang dipisahkan oleh panel yang dilukis tangan dan bordir kain sutra yang didesain sedemikian agar tampak modern dengan kuas sikat hitam putih dalam bentuk bambu. Very inspiring, indeed!