presented by

THE NEW FACE OF GALERI INDONESIA KAYA

SHARE THIS
2.35K

Published by Sugar & Cream, Thursday 15 June 2023

Images courtesy of GALERI INDONESIA KAYA

Ready to Return as a Cultural Stage for Art Enthusiasts

Setelah ditutup selama lebih dari dua tahun karena pandemi global, Galeri Indonesia Kaya kembali dibuka untuk menyapa para pecinta seni di #GIKwajahbaru. Galeri Indonesia Kaya (GIK), yang terletak di lantai 8 West Mall Grand Indonesia, menjadi tempat publik pertama dan satu-satunya di Indonesia yang memadukan konsep pendidikan dan multimedia digital untuk menyampaikan budaya Indonesia secara fun, terbuka, dan tidak dipungut biaya.

“Pandemi yang melanda dunia membuat banyak acara seni pertunjukan panggung ditiadakan. Namun, keadaan ini mendorong kami untuk berkreasi dalam menampilkan berbagai kegiatan bertema #DiRumahAja ke dalam medium ruang virtual (online) dan mendorong para pekerja seni untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru ini agar ekosistem industri seni pertunjukan tetap bertahan. Kesempatan ini juga menjadi momen bagi kami untuk melakukan renovasi untuk mempercantik Galeri Indonesia Kaya agar bisa tampil dengan wajah baru yang memberi kesegaran dalam dunia kreatif seni pertunjukan Indonesia. Pembukaan kembali GIK ini juga tidak lepas dari dukungan para pekerja seni, rekan-rekan media, dan para pecinta seni Indonesia yang sabar menantikan #GIKwajahbaru,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Galeri Indonesia Kaya.

Sebagai panggung budaya, GIK menyediakan tempat pertunjukan seni ala auditorium dimana para seniman dapat mengikuti berbagai kegiatan seperti workshop, tari, teater, monolog, pertunjukan musik, apresiasi sastra, pemutaran film, dan lain sebagainya. Teater dengan kapasitas tempat duduk 150 orang ini didukung oleh fasilitas modern dan berfungsi sebagai tempat bagi seniman dan masyarakat umum untuk menampilkan berbagai kesenian Indonesia dan kegiatan lainnya secara gratis kepada pengunjung dan penonton. Setiap ‘pemain’ memiliki akses yang sama ke auditorium untuk latihan dan pertunjukan.

Presented by Melandas Indonesia

Auditorium GIK memiliki panggung berukuran 13x3m dengan tiga layar, proyektor utama dengan 10.000 lumens dan proyektor pendukung dengan 7.000 lumens, sound system dengan kapasitas akustik 5.000 watt, dan LED bergerak di atas panggung. Untuk mengakses semua layanan tersebut, masyarakat hanya perlu mengirimkan proposal program dan kegiatan tim GIK yang bertemakan Indonesia. Proses kurasi, penjadwalan pertunjukan, dan pemasangan iklan ditangani langsung oleh staf internal yang kemudian memilih program-program yang sesuai dengan gagasan GIK.

“Selain dapat digunakan oleh masyarakat umum, GIK juga menghadirkan pertunjukan unggulan yang diselenggarakan setiap Sabtu pukul 15.00 WIB dan akan ditayangkan keesokan harinya melalui akun YouTube IndonesiaKaya. Ini menjadi salah satu misi kami agar para penikmat seni yang berada di luar Jakarta dan sekitarnya dapat tetap menyaksikan berbagai pementasan di GIK secara virtual,” terang Renitasari.

Ide desain GIK ini mengangkat ciri khas Indonesia dalam sentuhan interior rotan kontemporer dengan rebung dan bunga tanjung, desain parang (di langit-langit), selain menampilkan keragaman budaya Indonesia di panggung budaya auditorium. Beberapa aplikasi baru dalam bentuk pemetaan proyeksi dengan teknologi sensor yang interaktif dan menarik diperlihatkan. Total ada tujuh aplikasi yang terinspirasi dari keragaman kekayaan Indonesia: Bersatu Padu, Selaras Seirama, Sajian Rasa, Arundaya, Cerita Kita, Arungi, dan Pesona Alam

Penikmat seni diberikan tema Bhinneka Tunggal Ika yang akan mewarnai pagelaran sepanjang Mei dengan tema besar konsep wajah baru GIK. GIK menghadirkan Tompi, Sri Panggung, dan Danang Suryonegoro untuk selebrasi pembukaan sekaligus pementasan perdana. Sri Panggung merupakan ansambel (trio) penyanyi wanita yang dikembangkan dari berbagai Indonesia Kaya, terdiri dari Galabby, Louise Monique, dan Jessica Januar.

Suasana menjadi haru dan terkenang ketika video di layar menampilkan beberapa seniman Indonesia yang telah tiada dan pernah hadir di GIK seperti Mpok Nori, Pak Raden, Laila Sari, Glenn Fredly, Sapardi Djoko Damono, Ayu Bulantrisna Djelantik, Elly Kasim, Nano Riantiarno, Rusdy Rukmarata, dan Carlos Saba.

Ratna Riantiarno sebagi pendiri Teater Koma mengungkapkan “Wajah baru Galeri Indonesia Kaya ini luar biasa. Penampilan Tompi luar biasa, Sri Panggung juga luar biasa. Semuanya sangat bagus dan menghibur. Harus sering-sering ngadain acara begini.”

Hal senada juga diungkapkan oleh Erwin Gutawa selaku komposer “Setelah menyaksikan acara ini, semakin bangga jadi orang Indonesia. Kalau untuk Galeri Indonesia Kaya-nya terus support seni budaya Indonesia, karena lewat seni budaya bangsa Indonesia akan jauh lebih hebat”

“Selama bertahun-tahun, GIK telah menjadi salah satu panggung budaya bagi para seniman dan komunitas kreatif dan dalam rentang waktu 10 tahun sejak diresmikan, kita telah kehilangan berbagai pekerja seni yang sempat menampilkan karyanya di panggung GIK ini. Semoga dengan kehadiran #GIKwajahbaru ini, dapat mendorong berbagai komunitas kreatif untuk menciptakan ide-ide baru dan mengembangkan lebih banyak lagi orang-orang kreatif di masyarakat Indonesia,” tutup Renitasari.

Coulisse | INKZipblind & VF