MUSEUM MACAN MEMPERSEMBAHKAN VOICE AGAINST REASON
Published by Sugar & Cream, Thursday 23 November 2023
Images courtesy of Museum MACAN
Sebuah Pameran Grup Besar yang Melibatkan Lebih 24 Perupa Lintas Asia-Pasifik
Museum MACAN dengan bangga mempersembahkan “Voice Against Reason”, sebuah pameran grup besar yang melibatkan 24 perupa dari lintas Asia-Pasifik, di antaranya Australia, Bangladesh, India, Indonesia, Jepang, Singapura, Thailand dan Vietnam. Pameran ini akan dibuka untuk publik pada tanggal 18 November 2023 dan menghadirkan karya-karya komisi terbaru, proyek terkini dari perupa ternama, dan karya-karya kontemporer yang mengangkat dialog sejarah seni dari periode modern Indonesia.
Griya Seni Hj. Kustiyah Edhi Sunarso, Hyphen—, Tom Nicholson bersama Ary _Jimged_ Sendy, Aufa Ariaputra, Nasikin Sesudah banjir itu_No. 32
Perupa yang terlibat di antaranya: Bagus Pandega; Nadiah Bamadhaj; Chang En Man; Heman Chong; Griya Seni Hj. Kustiyah Edhi Sunarso, Hyphen—, Tom Nicholson with Ary “Jimged” Sendy, Aufa R. Triangga, Nasikin Ahmad; Emiria Soenassa; Galih Johar; Shilpa Gupta; I Ketut Muja; I Wayan Jana; Ika Arista; Jumaadi; Khadim Ali; Meiro Koizumi; Natasha Tontey; Tuan Andrew Nguyen; Mumtaz Khan Chopan, Ali Froghi, and Hassan Ati; Rega Ayundya Putri; S. Sudjojono; Khaled Sabsabi; Kamruzzaman Shadhin; Sikarnt Skoolisariyaporn; Amin Taasha; dan The Shadow Factory.
Bagus Pandega (b. Indonesia, 1985) Yesteryears (2023)
Apa makna dari bersuara atau berpendapat? Voice Against Reason menggali pertanyaan ini. Pameran ini merajut realitas yang sementara dan rapuh, yang terhubung dengan narasi-narasi pribadi, konteks sejarah, dan tema-tema politik, serta geografi, semua melalui sudut para perupa kontemporer terkemuka
Rega Ayundya Putri (b. Indonesia, 1988) Mirageology (2022)
Aaron Seeto, Direktur, Museum MACAN, berkata, “Voice Against Reason menghadirkan deretan perupa terkemuka dari seluruh Asia. Pameran ini dimulai dari gagasan bahwa perupa membantu kita dalam menyuarakan dan memberi bentuk pada isu-isu dan ide-ide yang terkadang bergolak di bawah permukaan, atau yang mungkin berlawanan dengan arus. Di masa ini, di mana teknologi terkadang mendorong keseragaman, atau penulisan sejarah yang menyamarkan pengalaman individu dan pribadi yang berbeda, berbicara atau mengungkapkan pendapat adalah hal yang penting agar kita dapat melihat lingkungan sekitar dengan cara yang lebih kritis. Selama lebih dari 12 bulan, kami telah bekerja sama dengan para perupa dalam mengembangkan dan mengkomisi sejumlah karya baru yang akan dipamerkan bersamaan dengan karya-karya besar oleh para perupa dari seluruh regional Asia. Voice Against Reason digagas tidak hanya sebagai sebuah pameran, namun sebagai sebuah wadah keterlibatan yang dinamis antara perupa, karya, dan pengunjung, yang diaktivasi melalui wicara, kuliah umum, dan presentasi selama periode pameran berlangsung.”
Presented by Coulisse | INK
Voice Against Reason dilengkapi dengan rangkaian diskusi, program kuliah terbuka, dan program-program publik. Rangkaian acara ini direncanakan akan berlangsung sepanjang periode pameran, serta dirancang untuk memperdalam keterlibatan audiens dengan karya seni dan tema-tema yang digagas, dan diselenggarakan oleh tim Kuratorial dan Edukasi Museum MACAN, dengan dukungan ko-kuratorial dari Putra Hidayatullah dan Rizki Lazuardi.
Griya Seni Hj. Kustiyah Edhi Sunarso, Hyphen—, Tom Nicholson bersama Ary _Jimged_ Sendy, Aufa Ariaputra, Nasikin Sesudah banjir itu_ No. 32 (2023) | Amin Taasha (l. Afghanistan, 1995) The Heart of Sadness (2023) | Tuan Andrew Nguyen (b. Vietnam, 1976) Installation view of Saturated Sparks (2023) and A Couple Small Blasts (2023). Courtesy of the artist and James Cohan Gallery Image courtesy of Museum MACAN, Jakarta, 2023
Nin Djani, Kurator Edukasi dan Program Publik Museum MACAN, berkata, “Voice Against Reason menyoroti isu seputar kedaulatan, partisipasi, dan beragam cara kita menginterpretasi seni dan peristiwa. Kerangka kuratorial ini mendorong tim Edukasi kami untuk lebih banyak melibatkan siswa dan guru dalam jejaring kami. Kami melakukan pendekatan-pendekatan baru dalam proses produksi materi pendidikan, dengan memperbanyak kolaborasi dan mengajak beragam komunitas untuk turut berkontribusi.”
Heman Chong (b. Malaysia, 1977) Sabotase Sederhana (2023)
Putra Hidayatullah, ko-kurator, berkata, “Dengan melibatkan perupa dari Australia, Bangladesh, India, Indonesia, Japan, Singapore, Taiwan, Thailand, dan Vietnam, pameran ini mengajak kita menggali lebih dalam tentang perbatasan, narasi pribadi, sejarah, dan politik yang saling terkait dengan geografi dan lanskap budaya yang beragam.”
Khadim Ali (b. Pakistan, 1978) Fragments of Identity (2023)
Bertepatan dengan pembukaan pameran, Museum MACAN juga menghadirkan penampilan perdana dari Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang, sebuah pertunjukan wayang terbaru oleh Jumaadi dan The Shadow Factory, dengan jadwal pertunjukan terbatas pada 18-26 November 2023. Pertunjukan wayang yang inovatif ini menampilkan ratusan wayang kertas dalam berbagai ukuran dan bentuk–setiap wayang kertas mewujudkan sebuah potongan peristiwa, dan dimainkan secara terampil oleh dua orang pawang bayang-bayang di atas dua mesin OHP (overhead projector) diiringi dengan musik eksperimental. Pertunjukan yang berdurasi 45-60 menit ini mengandung unsur kekerasan dalam sejarah dan cocok untuk segala umur, dengan bimbingan orang tua untuk anak-anak. Pengunjung dianjurkan untuk melakukan reservasi terlebih dahulu karena keterbatasan kapasitas di www.museummacan.org/shadowplay.
Jumaadi (b. Indonesia, 1973) Migration of Flora and Fauna (2023)
Sebuah wicara bersama Hyphen–, Kamruzzaman Shadhin, Nadiah Bamadhaj, Natasha Tontey, Sikarnt Skoolisariyaporn, dan Khaled Sabsabi bersama dengan para ko-kurator Rizki Lazuardi dan Putra Hidayatullah, dalam rangka pembukaan Voice Against Reason pada hari Sabtu, 18 November 2023, dari pukul 13:00-15:00 WIB. Dibawakan dalam Bahasa Inggris, wicara ini akan diselenggarakan dalam dua sesi berdasarkan tema yang diangkat oleh para perupa. Sesi pertama yang berjudul ‘Remnants and Remembrance’ akan membedah praktik artistik yang digunakan untuk menyampaikan suatu memori kolektif. Sementara sesi kedua yang bertajuk ‘Future Forecast’ akan berfokus pada eksplorasi pergeseran praktik budaya dan tradisi–juga peran teknologi dan seni kontemporer dalam prosesnya. Voice Against Reason dibuka mulai tanggal 18 November 2023 hingga 14 April 2024. Tiket saat ini sudah tersedia di https://www.museummacan.org/tickets dan mitra tiket: Loket.com, Tiket.com, dan Traveloka.
Jumaadi (l. Indonesia, 1973). Sirkus di Tanah Pengasingan_ Oyong-oyong Ayang-ayang (2023) | Kamruzzaman Shadhin (b. Bangladesh, 1974). Untitled (2023) | Ika Arista_Keris Panangko_2022 | Shilpa Gupta (b. India, 1976). Threat (2008-2009)
PAÑPURI'S ART OF GIFTING COLLECTION – JOURNEY TO THE PEAK
Discover three new scents of the PAÑPURI's JOURNEY TO THE PEAK collection, which allows you to share happiness and well-wishes with yourself and your...
read moreNILUFAR AT SALONE ART + DESIGN IN NEW YORK
At Salone Art + Design in New York ( November 8-11, 2025) , Nilufar presented a curated selection of pieces that showcase the gallery’s vision of design...
read moreMUSEUM MACAN ANNOUNCES KORAKRIT ARUNANONDCHAI’S FIRST MAJOR SOLO PRESENTATION IN INDONESIA
Museum MACAN presents Korakrit Arunanondchai's artwork, "Sing Dance Cry Breathe |as their world collides onto the screen" for the first time from November...
read moreJFW 2025 OPENING PARADE ''Kain Nusantara''
Jakarta Fashion Week 2025 kicked off with a vibrant "Kain Nusantara" fashion parade, showcasing designs and brands using wastra fabrics, in line with the...
read moreA Spellbinding Dwelling
Rumah milik desainer fashion Sally Koeswanto, The Dharmawangsa kreasi dari Alex Bayusaputro meraih penghargaan prestisius Silver A’ Design Award 2017.
read moreThomas Elliott, Translating the Dreams of Spaces and Shapes
Selama hampir seperempat abad tinggal di Indonesia, simak perbincangan dengan arsitek dan desainer Thomas Elliott.
read more