Text by Anggid D. S, Images courtesy of SAVVY Studio.
Ada alasan tersendiri kenapa New York selalu menarik untuk dikunjungi: kota ini tak pernah berhenti berinovasi dan memberikan sesuatu yang baru kepada para penduduknya. Inovasi terbaru datang dari SAVVY Studio dengan proyek terbarunya, Omakase Room by Tatsu. Sushi bar yang terletak di West Village ini merupakan ten-seat bar dan mementingkan unsur keintiman dan pengalaman yang didapatkan saat akan menikmati makanan yang dihidangkan. Dipimpin oleh chef berpengalaman, Tatsuya Sekiguchi, di Omakase Room by Tatsu, makanan merupakan bintang sesungguhnya di mana para tamu akan menikmati hidangan yang disajikan oleh Chef Tatsu khusus untuk malam itu saja–berdasarkan keinginan, keingintahuan, dan suasana hati mereka.
Interior restoran ini didesain secara ringan dan minimalis, menggunakan bambu dan kain lembut yang berpusat pada desain khas dan tradisional ala Jepang. Material yang digunakan sedikit namun berkualitas tinggi, plafonnya rendah, dan tata letak kursi dan meja memberikan suasana tenang dan bersahaja tanpa adanya banyak gangguan. Hal ini pula yang membuat para tamu dapat merasakan kedekatan tersendiri dengan chef dan memusatkan pikiran pada hidangan yang terdapat di depan mata.
Berdasarkan filosofi restoran ini, SAVVY Studio mengembangkan sebuah multi-sensory brand identity, dengan adanya pengekangan, material, dan kebijaksanaan serupa. Brand identity ini menawarkan sesuatu dari karakternya yang halus tanpa harus menjauhkan fokus dari makanan, sembari menambahkan detail kecil seperti kertas semi transparan yang beraroma dan sejalan dengan tema interior.
Guna memperkaya pengalaman para tamu, SAVVY juga bekerja sama dengan seniman keramik Perla Valtierra dan conceptual perfumer Barnabe Fillion untuk memproduksi scented ceramic disk yang akan diberikan sebagai hadiah kepada setiap tamu di akhir pengalaman makan mereka. Hal ini ditujukan agar perasaan dan pengalaman yang didapatkan akan berlangsung lebih lama dan lebih membekas di pikiran mereka.
Scented ceramic disk ini dapat berubah warna dan aroma tergantung musim, dan menyesuaikan selera tamu dengan lima musim yang ada di Jepang: musim semi, musim panas, musim gugur, musim dingin, serta musim doyo, yakni periode transisi selama 18 hari yang berada di antara masing-masing musim. Aroma pertama adalah hinoki murni, pohon cemara asli Jepang, yang dihargai berkat aroma kayu dan citrus yang dipercaya dapat membuka pikiran secara spiritual.