Text by Anggita D.S, Images courtesy of A&Partners, Bali.
BOY’N’COW – THE FIRST MEAT BOUTIQUE IN BALI
Padat dan semerautnya area Seminyak, Bali tidak semena-mena tanpa kesan artistik ataupun tanpa kontribusi yang signifikan. Nyatanya kawasan yang mendunia ini boleh dikatakan sebagai medan magnet bagi fashion, desain dan ragam kuliner yang terus silih berganti menyuarakan dan menawarkan pembaruan-pembaruan. Boy’N’Cow Meat Boutique hadir dengan signature-nya sebagai steakhouse dengan spesialisasi dry-aged meat pertama di Bali, tepatnya di kawasan Seminyak.
Danny Chaney sebagai salah satu founder Boy’N’Cow bersinergi dengan A&Partners (sebuah firma arsitek dan interior dipimpin oleh Alvin Jo dan Japa Wibisana) untuk mewujudkan visinya menjadi nyata dan hidup : Boy’N’Cow.
Sekilar wajah interior Boy’N’Cow menampilkan sisi industrial yang berbeda : dirancang dengan detil yang artistik (halus dan kasar, kontras), berkesan maskulin menjadi salah satu pilihan lebih dari sekadar nyaman untuk bersantap maupun menikmati minuman.
Dari luar, terpancar kesan understated elegant berdasarkan gaya interior dan materi yang dipilih. Secara keseluruhan, tempatnya merupakan satu ruang aula besar dengan mezzanine. Seluruh dinding tertutup batu bata, yang dicampur secara acak dengan semen agar bisa mendapatkan tampilan ‘berumur’, yang merupakan tantangan tersendiri dalam pekerjaan konstruksi. Lantai dasar berfungsi untuk bersantap dengan dapur terbuka, sedangkan mezzanine berfungsi untuk lebih banyak bersantai, seperti di bar dan lounge. Area restoran sendiri mencakup sekitar 120 orang; 80 pax di ruang makan dan 40 pax di area lounge. Pintu masuk merupakan pintu geser baja corten setinggi 4m, terletak di sisi bangunan. Di sampingnya adalah fitur air yang dirancang untuk menarik perhatian orang ke area masuk. Saat orang berjalan masuk, mereka dapat melihat penyimpanan daging yang terbuka di sudut yang dapat dilihat dari luar. Sebuah bar kasir dan panel baja corten tinggi dipasang secara diagonal sebagai partisi yang menutupi area makan. Hal ini menciptakan ruang linear asimetris yang memberikan sebuah ‘urutan’ pengalaman yang dirasakan dalam ruang, ketika para tamu seakan ‘ditekan’ secara spasial sebelum dapat merasakan kegiatan sesungguhnya di sini.
Di ruang makan, desainer menciptakan dua jenis konfigurasi meja makan yang berbeda. Kursi perjamuan tetap bersandar pada dinding yang dicampur dengan kursi dan meja yang longgar. Sementara di tengah-tengah area makan, track yang tersembunyi dipasang bersama dengan meja geser yang disesuaikan dan dapat diatur tergantung kebutuhan. Mural masif oleh Brian ‘Tazroc’ Garcia seakan melengkapi dinding bata dengan gambar-gambar untuk menciptakan suasana ‘pemberontak’ yang lebih dominan. Panel wire mesh yang dipasang di depannya memberikan kedalaman dan variasi pada tekstur. Gudang anggur (ruang penyimpanan anggur) terletak di bawah tangga sebagai satu desain terintegrasi dengan rak minimalis yang terbuat dari rebar baja dan dibingkai oleh garis diagonal kontinu dari pagar (railing tangga).
Menaiki tangga, Anda dapat menemukan sebuah mezzanine berbentuk L. Koktail klasik dan fusion disajikan oleh barista di belakang meja bar logam(metal) tipis. Sofa dan meja diatur lebih rendah berbahan faux leather dalam warna merah dan karamel. Beberapa pelat logam(metal) dipasang secara acak di dinding bata di samping bar untuk meletakkan lilin yang menciptakan efek dramatis. Sisi lain adalah sudut kecil lounge dengan dua lampu gantung (chandelier). Kontradiksi-kontradiksi ini membuat Boy ‘N‘Cow menjadi ruang dengan nuansa pedesaan yang apik, ditambah sentuhan mewah.
Additional Info :
Land Area: 396.5sqm
Building Area: 380sqm
Interior & Facade by: ANP (A&Partners)
Presented by Maison Haim