Text by Auliya Putri, Image Courtesy of de Gournay.
Melansir showroom baru bukan strategi yang mudah. Apalagi di kota bersejarah seperti Beirut dengan keindahan alam dan pesonal lautnya. de Gournay melebarkan sayap bisnisnya memasuki kawasan Timur Tengah dengan menjajaki dirinya di kota Beirut melalui showroom terbaru. Beirut termasuk salah satu kota tertua dan dianggap sebagai ‘Paris of the Middle East‘.
“I always knew I wanted to open a showroom in Beirut. It has so many different cultures in one place. It is a crossroads of Arabic, French and English – when you get a mix like that it’s magical.” – Claud Cecil Gurney.
Presented by Zipblind
Tidak tanggung-tanggung, kawasan butik pun dipilih dengan cermat yaitu daerah the Achrafieh quarter: historic hub of Beirut’s artistic cognoscenti. Apartemen yang bernuansa Italia ditahun 1920-an ini dengan indah mengiringi seluruh koleksi de Gournay melalui semburat cahaya dan angin bertiup masuk dari jendela. A dreamy ambience.
“Magnolia Canopy” menyambut hangat kedatangan Anda, ditemani dengan “Orchid Tint” slub silk yang terbentang di seluruh gorden. Melanjutkan perjalanan, Anda dapat menemukan taman indah dari koleksi favorit “Temple Newsam” yang memenuhi interior utama. Emas 12 karat memantulkan keindahan cahaya yang dipermanis dengan scenography yang dibuat melalui ornament sulaman tangan.
Dan untuk pertama kalinya, de Gournay memamerkan koleksi “Klimt” dalam showroom-nya. Ditempatkan pada bagian kamar mandi, koleksi ini memiliki motif grafis abstrak berwarna emas yang meningkatkan nuansa Art Deco. Lalu bergeser disebelahnya terdapat ruang kamar tidur dalam nuansa romantis dipenuhi dengan bunga melalui komposisi koleksi “St. Laurent’ Chinoiserie”.
Lanskap dekoratif dari “Namban” menciptakan pantulan sinar matahari yang menarik berkat tampilan 3-dimensi dan material Deep Rich Gold Gilded Paper.
Dan untuk dua ruangan terakhir, de Gournay menggandeng Mahdavi and David/Nicholas untuk mempersembahkan koleksi yang dibuat khusus untuk showroom ini. Dimana Mahdavi dengan “Abbasi in the Sky” yang memperlihatkan lanskap diatas sutra hitam. Terinspirasi dari karya Reza Abasi pada abad ke-16, Mahdavi memainkan sebuah narasi dari ilustrasi yang elegan.
Sedangkan David/Nicholas merujuk pada desain kontemporer yang terinspirasi dari skrip simbolik kuno. “Glyph” menyampaikan ribuan sulaman dalam komposisi staccato dengan halus. Warnanya yang pucat menampilkan kontras ajaib dengan pemilihan furnitur hingga pintu dan jendela yang berwarna merah.