MUSEUM MACAN : FAUNA WASTOPIA OLEH REGA AYUNDYA PUTRI
Published by Sugar & Cream, Tuesday 05 December 2023
Images courtesy of Museum MACAN
Karya Seni Interaktif dan Edukatif yang Mengeksplorasi Isu Kepunahan dan Lingkungan
Museum MACAN mempersembahkan Fauna Wastopia, sebuah komisi Ruang Seni Anak oleh perupa yang berbasis di Bandung, Rega Ayundya Putri. Lulus dengan gelar Magister Seni Rupa dari Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung, ia dikenal dengan karya-karya berskala besar melalui gambar-gambar yang rumit di atas kertas dengan ballpoint. Untuk Ruang Seni Anak Museum MACAN, Rega menghadirkan Fauna Wastopia, yang didasari oleh ide fiksi spekulatif, menampilkan koleksi gambar hewan-hewan di masa distopia yang telah mengalami mutasi akibat degradasi lingkungan.
Fauna Wastopia mengeksplorasi isu kepunahan dan degradasi lingkungan yang merupakan konsekuensi dari pengolahan sampah yang buruk. Perupa Rega Ayundya Putri menciptakan gambar-gambar mutan imajiner dan spesies hewan yang telah mengalami mutasi. Perubahan pada fisiologi hewan-hewan imajiner ini merupakan hasil dari paparan limbah beracun–sebuah krisis lingkungan yang disebabkan oleh manusia.
Di dalam area Ruang Seni Anak, pengunjung akan dapat melihat mural sebuah kota imajiner yang ditinggalkan. Akan ada sekitar 28 gambar mutan imajiner dalam bentuk cetakan akrilik yang terpampang di dinding. Deskripsi singkat tentang mutan-mutan ini juga disediakan. Nuansa dari kota imajiner yang ditinggalkan dan hewan-hewan diperkaya dengan elemen akustik yang dirancang dan diproduksi oleh sang perupa, berkolaborasi dengan Deathless Ramz sebagai bagian dari instalasi.
Di area aktivitas, anak-anak dapat menciptakan spesies mutan mereka sendiri dengan cara membuat kolase. Spesies baru yang telah diciptakan tersebut dapat dibawa pulang atau bisa ditempel di dinding di area aktivitas.
Presented by Interni Cipta Selaras
Nin Djani, Kurator Edukasi dan Program Publik, berkata, “Bagi kita masyarakat perkotaan, hubungan dengan alam dan lingkungan adalah suatu hal yang terasa jauh–padahal sebetulnya isu lingkungan sangat dekat dengan keseharian kita juga. Fauna Wastopia memperkenalkan isu lingkungan kepada anak-anak melalui wacana pengelolaan sampah. Sampah rumah tangga yang kita hasilkan, seperti sampah makanan dan elektronik, dapat mencemari sungai, tanah, dan udara dan hewan-hewan yang hidup di habitat tersebut. Kami harap proyek ini menginspirasi anak-anak dan keluarga untuk lebih sadar dalam mengelola sampah dan menjaga lingkungan sekitar, karena setiap tindakan kita akan berdampak pada alam.”
Museum MACAN menginisiasi Ruang Seni Anak pada tahun 2017 sebagai wadah di mana museum mengkomisi perupa untuk membuat instalasi yang didesain khusus untuk anak-anak dan keluarganya. Melalui komisi ini, Museum MACAN ingin memperkenalkan praktik artistik perupa kepada audiensnya, serta melibatkan perupa dengan pendekatan pendidikan yang interaktif dan partisipatif dalam presentasi artistik mereka. Sejak tahun 2017, Museum MACAN telah mengkomisi perupa dari seluruh Asia Tenggara, di antaranya: Entang Wiharso, Gatot Indrajati, Shooshie Sulaiman, Mit Jai Inn, Citra Sasmita, Tromarama, dan Theresia Agustina Sitompul. Karya-karya mereka mengeksplorasi ide-ide mengenai alam, keberlanjutan, sejarah, dongeng tradisional, biodiversitas, dan pengalaman selama karantina.
Terobosan lain yang hadir pada pameran Voice Against Reason di antaranya sebuah proyek baru bernama “In My Own Words”, yakni label yang memuat penjelasan terkait karya yang sedang dipamerkan, yang dibuat oleh anak-anak berusia 6-10 tahun. Selama pameran berlangsung, label-label ini akan terus bertambah seiring dengan kunjungan anak-anak ke pameran, dan memberikan interpretasi mereka.
Sebagai bagian dari proyek ini, museum mengundang 15 anak berusia 6 hingga 10 tahun dari tiga sekolah (SDN Kampung Bali 01, Sekolah Dasar Tzu Chi, dan SD Pesantren Asshidiqqiyah) untuk berpartisipasi dalam lokakarya menulis yang dibawakan oleh penulis buku anak-anak, Reda Gaudiamo. Anak-anak ini berbagi tanggapan dan pemikiran mereka tentang karya seni yang dipresentasikan, lewat kata-kata mereka sendiri dan melalui gambar.
Voice Against Reason adalah sebuah pameran grup besar yang melibatkan 24 perupa dari lintas Asia-Pasifik, di antaranya Australia, Bangladesh, India, Indonesia, Jepang, Singapura, Thailand dan Vietnam. Pameran ini akan dibuka untuk publik pada tanggal 18 November 2023 dan menghadirkan karya-karya komisi terbaru, proyek terkini dari perupa ternama, dan karya-karya kontemporer yang mengangkat dialog sejarah seni dari periode modern Indonesia.
PAÑPURI'S ART OF GIFTING COLLECTION – JOURNEY TO THE PEAK
Discover three new scents of the PAÑPURI's JOURNEY TO THE PEAK collection, which allows you to share happiness and well-wishes with yourself and your...
read moreNILUFAR AT SALONE ART + DESIGN IN NEW YORK
At Salone Art + Design in New York ( November 8-11, 2025) , Nilufar presented a curated selection of pieces that showcase the gallery’s vision of design...
read moreMUSEUM MACAN ANNOUNCES KORAKRIT ARUNANONDCHAI’S FIRST MAJOR SOLO PRESENTATION IN INDONESIA
Museum MACAN presents Korakrit Arunanondchai's artwork, "Sing Dance Cry Breathe |as their world collides onto the screen" for the first time from November...
read moreJFW 2025 OPENING PARADE ''Kain Nusantara''
Jakarta Fashion Week 2025 kicked off with a vibrant "Kain Nusantara" fashion parade, showcasing designs and brands using wastra fabrics, in line with the...
read moreA Spellbinding Dwelling
Rumah milik desainer fashion Sally Koeswanto, The Dharmawangsa kreasi dari Alex Bayusaputro meraih penghargaan prestisius Silver A’ Design Award 2017.
read moreThomas Elliott, Translating the Dreams of Spaces and Shapes
Selama hampir seperempat abad tinggal di Indonesia, simak perbincangan dengan arsitek dan desainer Thomas Elliott.
read more