presented by

INDIE ART HOUSE: A SOLO EXHIBITION OF ANJASTAMA HP

SHARE THIS
2.66K

Published by Sugar & Cream, Monday 01 August 2022

Images courtesy of Indie Art House (Bantul)

Sinom Ing Mangsa Ketigo : 9-23 July 2022 Bantul

Perlahan dan tenang, kalimat tersebut dirasa dapat mewakili bagaimana Anjastama HP menyiasati batu kerikil yang dijumpai dalam hidup serta hal-hal yang dilontarkan secara implisit pada karya-karyanya. Konflik batin yang bersumber dari lingkungan terdekat, kebentukan karya, serta posisinya sebagai seniman, menjadi persoalan yang kemudian membentuk spektrum berpikirnya saat ini. Dalam pameran tunggalnya yang perdana, pembacaan ulang mengenai berbagai peristiwa yang telah mengiring langkahnya dalam berkesenian dijadikan sebagai landasan pada proses artistiknya kali ini.

Officiated by TOM TANDIO, Art Jakarta Founder

Mengenai tajuk Sinom Ing Mangsa Ketiga. Sinom sendiri merupakan daun asam muda yang tumbuh saat dimulainya musim hujan, dan Mangsa Ketiga adalah musim kemarau. Kemunculan sinom pada musim kemarau biasanya menjadi pertanda bahwa akan datang hujan. Penantian akan turunnya hujan pertama setelah kemarau dengan fenomena munculnya sinom menjadi analogi atas jawaban dari ketidakmungkinan yang sering kali kita temui dalam hidup. Bagi Anjas sendiri, ketidakmungkinan dalam hidupnya yaitu mendapat dukungan penuh dari orang terdekat untuk memilih seni sebagai jalan hidupnya. Namun berkat proses serta capaian yang telah dilalui perlahan orang terdekatnya mulai melunak mengenai apa yang ia pilih.

Melalui lukisan sebagai penghubung antara memori dan realita, karya yang hadir dalam pameran tunggal Anjas mengusung konsep trilogi: kemarin, hari ini, dan esok. Muatan visual yang dihadirkan pada karyanya merefleksikan fragmen memori dan prakiraan yang diwakili oleh simbol- simbol yang dibalut oleh unsur keruangan ambigu. Serta kemunculan figur yang merupakan hasil peleburan dari sikap dan sifat lakon pewayangan Antasena, Antareja & Gatotkaca dengan imaji akan proporsi tubuh yang ideal menurut Anjas, menghadirkan kekuatan tersendiri atas narasi dari setiap karyanya.

Gambar atas ki-ka: Duls Rumbawa, I Nyoman Darya (Indieart House), Tom Tandio, Anjastama Hp

Kedua saudara tiri Gatotkaca yang diimplementasikan dalam figur ciptaan Anjas menjadi point penting sebagai representasi posisi dirinya saat mengalami hal tersebut. Pada karya Waiting is Not The Last Option (2022), Figur Antasena diperlihatkan dalam proporsi tubuh anak-anak yang tengah berdiri di pinggir dermaga menatap jauh ke depan hamparan laut yang luas dengan ban pelampung yang melingkar di pinggang dan sekitarnya. Kemudian pada karya Sometimes, Comfort is A Trap (2022) dan Sometimes Doubt Comes, Our Job is To Fight To The End (2022) menghadirkan figur Antasena dalam postur tubuh remaja, keduanya tengah terduduk di atas sebuah objek beralaskan air yang bergelombang. Ketiga karya ini berhasil menyampaikan kepribadian Antasena yang teguh dengan pendiriannya yang menjadi metafora Anjas dalam menghadapi hal-hal yang bertendensi pada proses berkesenian maupun di kehidupanya.


Presented by Som Santoso

Lalu pada karya When You’re Unfortunate To Be A Friend, Calm Down…. Glad That’s Your Power (2022), The First Person Who Can Save Ourselves is Ourselves (2022), dan Sometimes Enough is More Than Enough (2022), Antasena kembali hadir dalam postur tubuh anak-anak, namun dengan fokus utama ke bagian wajah. Layaknya karya self portrait, Ketiga karya ini mengedepankan ekspresi mimik wajah untuk menyematkan personalitas perasaan dari perupanya. Berbeda dengan karya lain di ruang pamer, ketiganya lebih meminimalisir visualisasi objek yang hadir sebagai wahana penunjang narasi dari karya yang dibawakan.

When u’r unfortunate to be a friend, calm down.. Glad is Your Power

Sometimes Doubt Comes Our Job is to Fight Until The End | Calm Down, Not Everything has an Answer at This Time | The First Person Who Can Save Ourself is Ourself | Sometimes Enought is More Than Enough

Seperti sebelumnya, karakter yang diciptakan Anjas menyeruak ke berbagai bentuk postur tubuh manusia agar dapat mencapai hal-hal yang esensial dari presentasi rasa atas suatu keadaan saat mengalami hal tersebut. Karena kepekaannya terkadang ia merasa seperti anak-anak yang tidak tahu banyak hal, dan terkadang seperti remaja yang tengah mengalami masa pencarian. Pada karya yang berjudul We Need Bigger Than Expectation, Doubt and All Fear (2022), Don’t Be Afraid to Be An Imitator, Imitate Their Kindness (2022) menghadirkan dua figur perwujudan dari Antareja dan Antasena dengan modifikasi kostum yang unik. Menariknya kedua karya tersebut membolak balikan posisi dari Antasena dan Antareja, menjadikan kedua figur tersebut tidak terikat akan batas-batas tertentu sebagai wahana pengantar pesan.

Caged in on The Outside | The Boy Who Found The Courage and Made His First Decision | Luck is Another Name From Hard Work | Waiting isn’t The Last Option

Sometimes Comfort is a Trap

Pada akhirnya Anjas mengajak pengunjung untuk melihat kemungkinan- kemungkinan yang selama ini terabaikan untuk ditelaah kembali. Seperti yang terpampang pada karya Calm Down, Not Everything Has An Answer At This Time (2022). Deformasi figur Gatotkaca, Antasena, dan Antareja memberi visualisasi yang serta merta mewakili keyakinan yang menanggalkan mustahil. Kemarin yang telah berlalu menjadi landasan untuk menjalani hari ini, hal yang terjadi sekarang dijadikan sebagai bahan untuk membangun trek menuju ke depan. Walau terkesan sederhana, hal inilah yang membuat kemustahilan Anjas perlahan menjadi nyata. (Duls Rumbawa)

We Need Bigger Than Expectation, Doubt and All Fear | Don’t be Afraid tobe an Imitator, Imitate Their Kindness

Coulisse | INKZipblind & VF