Text By Intan Kalih, Photography by Sefval Mogalana.
Vincentius Hadi Soetjiadi, principal dari Hadivincent Architects, mengenalkan project terbarunya di bilangan Serpong, Jakarta. Porto Bistreau, menekankan keunggulan desain restoran seiring dengan kelezatan kulinernya.
Alasan sebuah restoran begitu diminati pengunjungnya tak lain berkat cita rasa yang ditawarkan. Bukan hanya pada hidangan, melainkan desain dan interior menjadi magnet utama dalam meraup pelanggan. Porto Bistreau, hasil kreasi arsitek Vincentius Hadi Soetjiadi, principal dari Hadivincent Architects, yang telah berpengalaman dalam mendesain restoran ternama kembali membuktikan keabsahan tersebut.
Pendekatan pada paduan desain vintage, simple elegance, dengan sentuhan industrial melalui pemakaian material natural seperti besi dan baja exposed, teakwood paneling, serta polished concrete floor dengan inlay brass, membungkus konsep dari Porto Bistreau sebagai restoran kecil yang mengantarkan pengalaman kuliner dunia melalui pilihan menu dari berbagai negara. Di mana Porto diartikan sebagai port atau pelabuhan untuk menikmatinya.
“Ambience, kita harus menciptakan suasana ruang sesuai konsep, ‘space’, beserta pola ruang yang dinamis dengan mengomposisikan elemen lantai, dinding, dan plafond,” jelas lelaki yang akrab disapa Vincent mengenai hal esensial yang patut diperhatikan dalam mendesain restoran.
“Hal esensial dalan mendesain restoran: ambience. Kita harus dapat menciptakan suasana ruang sesuai konsep, ‘space’, beserta pola ruang yang dinamis dengan mengomposisikan elemen lantai, dinding, dan plafond.”
Vincentius Hadi Soetjiadi
Terbagi atas empat area, Vincent mengolah Porto Bistreau dengan pengalaman ruang yang berbeda namun tetap dalam satu konsep berkesinambungan. Pada lantai satu, entry area disambut dengan open kitchen dan drop ceiling yang bermaterial concrete, juga area makan outdoor. Berpindah ke lantai dua, terdapat area makan dengan konsep living room serta area outdoor mezzanine untuk smoking room yang terasa lebih intim.
Permainan layout yang dinamis dengan ‘kejutan’ ruang dinyatakan Vincent menjadi salah satu kunci untuk menciptakan alur yang nyaman di dalam restoran. “Perhatian terhadap ukuran meja dan ergonomis kursi untuk mendapatkan kenyamanan pada saat makan maupun bersirkulasi,” rincinya, “Penekanan ruang dengan ketinggian, pola, dan material plafond yang berbeda-beda. Penggunaan material grey mirror untuk memperluas ruang, terutama koridor tangga. Juga warna hitam pada area tangga untuk mendapatkan tekanan pada ruang.”
Ditambahkan Vincent, penataan lampu dan cahaya memegang andil besar pada ambience. Pemakaian lampu gantung Edison juga lampu dinding gelas dengan bayangan pada dinding maupun plafond ditujukan untuk memperkuat kesan vintage elegance. Sementara pemakaian lampu spotlight diperlukan untuk mengisi ruang pada lantai satu yang memiliki plafond exposed tinggi.
Desain matang disiapkan sang arsitek dalam membangun setiap area sehingga pemanfaat ruang yang sempit terlihat maksimal. Suasana yang dibangunnya mampu melepaskan diri dari kesan shophouse, justru mengantarkan pada perjalanan kuliner yang tematik.