House of Finn Juhl
Published by Sugar & Cream, Monday 20 May 2019
Text by Dinda Bestari, image courtesy of House of Finn Juhl
The legacy of Finn Juhl
Pekan Desain Milan 2019 atau yang kita kenal dengan Salone del Mobile.Milano 2019 masih terasa gaungnya hingga kini. Deretan desainer internasional mewarnai kemeriahan ajang pesta akbar desain dunia tersebut.
Salah satunya adalah desainer legendaris dengan mahakaryanya yang membuat kita berdecak kagum adalah, Finn Juhl, desainer asal Denmark. Kedua kursi ikonisnya, The Grasshopper dan The Chieftain tidak hanya sekadar tampil di ajang akbar tersebut namun turut mencuri perhatian para pencinta desain.
THE GRASSHOPPER CHAIR RELAUNCHED AT SALONE DEL MOBILE 2019
The Grasshopper, kursi yang dirancang oleh perancang asal Denmark, Finn Juhl, 81 tahun yang lalu, telah diluncurkan kembali di ajang pameran Salone del Mobile.Milano 2019. The Grasshopper adalah salah satu upaya pertama Finn Juhl dalam mengekspresikan kebebasan artistiknya dalam bentuk furnitur. Dengan pendekatan fungsionalistik dan minat besar dalam seni modern, Finn Juhl berhasil menciptakan mode ekspresi yang sepenuhnya baru dan artistik. Kursi ini juga menandai yang pertama dalam garis desain yang panjang, yang akan menjadikan Finn Juhl sebagai salah satu yang desainer terbesar sepanjang masa dalam desain furnitur
Pada malam musim panas yang hangat pada 1938, Finn Juhl duduk di apartemen kecilnya di utara Kopenhagen. Ia baru saja mendesain kursi seperti ‘belalang’ yang ia harap dapat dibuat oleh pembuat kabinet, Niels Vodder.
Kursi itu, yang kemudian dijuluki “The Grasshopper“, menjadi kenyataan. Dua buah diproduksi dan dipamerkan di stand Niels Vodder di pameran guild pada 1938. Kursi-kursi tersebut dipajang di samping kabinet mobile bar, dengan ilustrasi cocktail indah yang tergantung di dinding. Ini adalah tatanan yang cukup berani dan mewah jika dibandingkan dengan furnitur tradisional yang “berat” yang dipamerkan pada saat itu. Namun sayangnya dianggap provokatif pada saat itu. Untuk membantu Niels Vodder menghindari kerugian yang lebih besar, Finn Juhl membeli dua kursi yang telah dirancangnya. Dua The Grasshopper dari tahun 1938 adalah satu-satunya yang bisa Anda lihat, sampai hari ini.
Setiap kursi diberi nomor urut. Namun, alih-alih mengalokasikan nomor satu untuk kursi pertama produksi kami, House of Finn Juhl memilih untuk menugaskannya nomor tiga. Ini adalah hal yang benar untuk dilakukan, karena dua kursi pertama secara alami dianggap nomor satu dan dua.
Presented by Maison Haim
THE CHIEFTAIN CHAIR TURNS 70
Suatu pagi di musim semi 1949, Finn Juhl meletakkan selembar kertas di papan gambarnya dan menggambar empat garis vertikal dengan “sesuatu” di antaranya. Ia tidak tahu bahwa ia baru saja memulai perjalanan menuju penciptaan salah satu karya desain furnitur Denmark yang paling terkenal: The Chieftain Chair. The Chieftain Chair yang ikonis ini merayakan hari jadinya yang ke-70. Kursi ini diluncurkan kembali pada tahun 2001 oleh salah satu penggagas OneCollection, Ivan Hansen dan Hans Henrik Sørensen, yang mendirikan House of Finn Juhl. Kursi tersebut turut diperlihatkan di ajang Salone del Mobile.Milano 2019bulan April lalu.
Desain cerdas dari Chieftain tidak diragukan lagi, furnitur ini menjadi paling ekspresif dan ikonis dari Finn Juhl – dan juga menyatakan bahwa kursi ini sebagai sebuah konsep dari karya besar. Pemisahan antara elemen pendukung dan elemen mendukung, yang menandai fungsi masing-masing elemen, merupakan karakteristik yang menentukan dalam desain Finn Juhl, dan khususnya pada The Chieftain Chair. The Chieftain Chair adalah salah satu mahakarya dari Finn Juhl yang dirancang di puncak karirnya. Ketika dipamerkan pada tahun 1949, kursi ini menandai pembaruan desain furnitur Denmark. Karya-karyanya dari pada 1940-an, dan Juhl menjadi seorang desainer yang memperkenalkan gaya desain Denmark Modern di AS pada 1950-an. Karena itu Finn Juhl sering disebut ‘The Father of Danish Design’.
APARTAMENTO X BD COLLECTION
Apartamento and BD Barcelona have partnered to create a unique collection of everyday objects by four artists, showcasing creative freedom and...
read moreSEJAUH MATA MEMANDANG PRESENTS ''Republik Sebelah Mata'' AT JFW 2025
Sejauh Mata Memandang, in collaboration with Eko Nugroho and Felix Tjahyadi, presented a special collection at JFW2025, "Republik Sebelah Mata,"...
read moreKAREN NIJSEN IN "Satu Langkah Satu Karya"
Remarkable "Satu Langkah Satu Karya", founded by Karen Nijsen, a finalist for Miss Universe Indonesia 2024 has a mission to promote environmental...
read moreMUSEUM MACAN ANNOUNCES KORAKRIT ARUNANONDCHAI’S FIRST MAJOR SOLO PRESENTATION IN INDONESIA
Museum MACAN presents Korakrit Arunanondchai's artwork, "Sing Dance Cry Breathe |as their world collides onto the screen" for the first time from November...
read moreA Spellbinding Dwelling
Rumah milik desainer fashion Sally Koeswanto, The Dharmawangsa kreasi dari Alex Bayusaputro meraih penghargaan prestisius Silver A’ Design Award 2017.
read moreThomas Elliott, Translating the Dreams of Spaces and Shapes
Selama hampir seperempat abad tinggal di Indonesia, simak perbincangan dengan arsitek dan desainer Thomas Elliott.
read more