presented by

Susan Budihardjo X AccorHotels : Linens For Life

SHARE THIS
3.35K

Published by Sugar & Cream, Tuesday 14 May 2019

Text by Dira Rohmatun, images courtesy of LPTB Susan Budihardjo

Reused the old linens from the hotel and transform it into new fashion collections

Mengolah bahan linen bekas seperti seprai atau handuk menjadi pakaian baru bukanlah hal yang mudah. Selain banyak pertimbangan untuk mengolahnya, tak sedikit orang yang enggan memakai pakaian “bekas” tersebut karena dinilai “kurang” trendi. Tapi, siapa sangka? Di tangan desainer Susan Budihardjo dan murid-muridnya, limbah bahan linen disulap menjadi pakaian dengan desain mode yang bernilai tinggi.

Bersama dengan AccorHotels, Sekolah mode Lembaga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo bekerjasama mengolah limbah yang diberi tajuk “Linens for Life”. Kain linen hotel seperti seprai, handuk, dan lainnya yang sudah tidak terpakai namun dalam kondisi masih bagus didaur ulang menjadi koleksi busana beragam tema mulai dari busana santai, pakaian olahraga, gaun malam, hingga baju winter coat sekali pun. Bahkan dalam program ini, Susan dan tenaga pengajar LPTB Susan Budihardjo dalam satu tahun ke depan mengajarkan ibu-ibu yang ada dalam binaan AccorHotels untuk ikut mengolah bahan bekas tersebut menjadi pencaharian baru.


Presented by MOIRE Rugs

Susan dan murid-muridnya mampu menunjukan imajinasi “liar” mereka dalam merancang pakaian baru dari bahan bekas dengan menghasilkan 70 set koleksi busana yang tampil dalam peragaan “Linens for Life” di Sofitel Hotel, Nusa Dua, Bali pada 23 Maret lalu.

Seperti yang dilakukan Susan Budihardjo dalam koleksi Seasons for Linens, Ia membuat tiga busana yang menggambarkan spring summer autumn winter menggunakan seprai bekas yang ia ubah berwarna hitam menjadi baju-baju modern dengan palet warna-warni dalam sablon dan digital printing yang disematkan dan detail kaya warna dalam sentuhan tahun 70-an; Ni Putri Indah dengan koleksi Adam dan Hawa, Ia mengubah seprai menjadi gaun cocktail dan dua jumpsuits hitam bersandingan dengan elemen ruffles dan manik-manik dekoratif yang menyeruakkan kesan mewah sekaligus elegan; Ni Luh Putu Kurnia Widya Putri melalui Garden of Eden, menyulap seprai bekas menjadi gaun cantik berwarna nude dengan permainan siluet yang menawan dan handuk yang diubah menjadi busana pria dalam warna biru legam dengan sentuhan ruffles yang acak, menampakan kesan baju formal yang elegan nan gaya untuk sepasang pria dan wanita.

Selain itu, permainan warna dan motif juga ditunjukan di atas panggung oleh beberapa desainer lainnya seperti Yulia Tori, Vidya, Andre Puspa, Nia Roy, Donny Silvester, Ni Made Rica, Eva Ratnasari, Marchelle Tan, Indy Rizkiana, Dahlia, Luh Wina Sadevi, Asuta, Ian Diwijaya, dan Liza Chan. Ajang peragaan ini dikemas menarik dalam sebuah gala dinner dan charity, yang di mana hasil pelelangan koleksi fenomenal mereka didonasikan untuk membantu pembiayaan program Linens for Life.

Melalui program “Linens for life” membuktikan bahwa bahan bekas yang nantinya menjadi ancaman untuk lingkungan dapat menjadi sesuatu yang bernilai tinggi. Kepiawaian Susan dan murid-muridnya dalam unjuk gigi mengolah bahan linen bekas menjadi angin segar dalam industri mode ini.

Coulisse | INKZipblind & VF