Text by Janto Wihardja, Photography courtesy of Lasvit.
Zaha Hadid/Kengo Kuma/Yabu Pushelberg/Ed Ng & Terence Ngan
Nama besar Lasvit, produsen lampu berbahan gelas dengan garis desain kontemporer dari negara Ceko kembali membuat gebrakan baru dengan koleksi 2017 . Seiring dengan selebrasi tahun ke 10 berdirinya Lasvit, Lasvit akan hadir di dua ajang berbeda yaitu Euroluce, Salone del Mobile dan juga WALLPAPER* POP-UP STORE.
Untuk artikle mengenai koleksi Lasvit 2016 bisa dibaca di sini.
Seperti tahun lalu, kali ini Lasvit kembali lagi berkolaborasi dengan nama berpengaruh dalam dunia desain seperti Zaha Hadid Design, arsitek Kengo Kuma, firma desain Yabu Pushelberg (George Yabu & Gleen Pushelberg) dan firma desain AB Concept ( Ed Ng & Terence Ngan). Koleksi terbaru bertajuk ‘Laterna Magica’ akan dipameran di ajang Euroluce bagian dari Salone del Mobile bulan April 2017 di Milan, Italia. Judul pameran diambil dari nama alat projector gambar dari abad 17. Pameran Laterna Magica akan mengetengahkan hubungan timbal balik antara objek, cahaya dan ruang dari sudut seorang pandang arsitek terhadap materi gelas. “Kami tertarik dengan persepsi arsitek terhadap cahaya sebagai objek dalam ruang dan materialisasi cahaya,” tambah Maxim Velcovsky, Creative Director dari LASVIT.
Dan dengan menggunakan video mapping, Lasvit mensimulasikan prinsip ini melalui benda-benda kaca dan cahaya untuk menceritakan kisah-kisah unik dari visi artistik terungkap melalui kaca.
Berikut koleksi terbaru Lasvit
Duna by Zaha Hadid Design
Duna diwujudkan berupa sepasang potongan kristal berbentuk asimetris dengan permukaan bertekstur seperti lurik. Bias lampu dari sumbernya diserap keseluruh elemen masa kaca kristal hingga membuat bentuk geometri yang asimetris ini berkilau.
Yakisugi by Kengo Kuma
Sesuai dengan namanya, Koleksi Yakisugi terinspirasi oleh teknik Jepang kuno untuk melestarikan kayu dengan teknik ‘charring’ di permukaannya. “Gagasan di balik koleksi Yakisugi adalah tentang mempertanyakan materialitas kaca dan tekstur kayu alami. Tujuan saya adalah untuk menyelami kedalaman jiwa kayu, ditangkap di dalam gelas,” jelas Kengo Kuma. Koleksi Yakisugi menonjolkan tekstur kayu hangus yang diserap oleh materi kaca. Hasilnya adalah koleksi modern dan minimalis yang menggabungkan bentuk-bentuk geometris sederhana dengan tekstur organik yang tidak biasa.
Cipher by Yabu Pushelberg
Lampu gantung Cipher mengandalkan teknik tradisi pembuatan gelas dalam wujud kontemporer. Bentuk linear Cipher keseluruhannya menciptakan ritme visual puitis. Mencerminkan keanggunan bersahaja dengan permainan efek cahaya yang lembut. Cipher terkomposisi dari kristal dengan variasi potongan silinder hasil tiup tangan kemudian ditorehkan garis-garis yang jelas. Potongan kristal tersebut diatur dalam seri dan di sambung dengan konektor yang dipoles champagne-emas.
Flux by Ed Ng & Terence Ngan (AB Concept)
Flux adalah sebuah lampu meja yang terinspirasi oleh jejak pantulan cahaya di permukaan laut yang dangkal ketika air surut. Dengan permukaan gelas yang bertektur dan bagian bawah lampu terdapat dua lapisan warna yaitu warna emas pada sisi luar dan warna platinum bagian sisi dalam, membuat bias cahaya terperangkap antara dua lapisan warna dengan impresi gerak air. Setiap lampu Flux adalah hasil dari teknik tiup gelas dengan bantuan wadah cetak (mold).
Eve by Zaha Hadid Design
Terdiri dari lima belas potongan-potongan kaca diatur dalam satu ensemble menarik, Eve adalah chandelier yang menggabungkan teknik pembuatan kaca tradisional dengan desain parametrik. Dengan bentuk khas yaitu fluid dan organic, lampu gantung ini membuka dimensi baru yang berbeda pada siang maupun malam hari dengan permainan bias cahayanya.
The new Neverending Glory by Jan Plechac & Henry Wielgus
Jika sebelumnya gugusan lampu ini tanpa warna, untuk 2017, Neverending Glory hadir dengan wajah baru yaitu sapuan warna-warna lembut yang tembus pandang. Koleksi ini mencerminkan emosi nostalgia dan menginterpretasikan kemewahan chandelier yang menyiratkan puncak apresiasi.