JAKARTA DOODLE FEST 2025 HADIRKAN “MUSIKAL ABSURD: HIDUP SEGAN BUT I’M NOT DONE”
Published by Sugar & Cream, Tuesday 11 November 2025
Images courtesy of Jakarta Doodle Fest (JDF) 2025
Kolaborasi Lintas Seni di Jakarta Doodle Fest 2025
Mengusung tema “Welcome Home, Doodlers!”, Jakarta Doodle Fest (JDF) 2025 yang digelar di Senayan City menjadi panggung bagi para kreator lokal dan mancanegara untuk menampilkan turunan karya seni visual yang kini merasuk hingga ke ranah rumah tangga, seperti sarung bantal, lampu, hingga peralatan makan.

“Harapannya, karya tidak hanya bisa dinikmati secara visual tapi fungsional, di mana produk dari ilustrator dan desainer bisa menghiasi rumah-rumah dan digunakan juga, karena karakter dan visual pada produk akan memberikan sentuhan khusus,” ujar Co-founder JDF dan TFR News, Christine Laifa.
Digawangi oleh media TFR News, puncak acara JDF 2025 ini sukses menggelar pertunjukan Musikal Absurd: Hidup Segan But I’m Not Done pada 2 November 2025 lalu. Terlihat antusias penonton memenuhi Galeri Indonesia Kaya di Grand Indonesia West Mall lantai 8. Pertunjukan ini diproduksi oleh Jakarta Art House bersama JDF dengan dukungan Indonesia Kaya. Visual panggungnya terinspirasi ilustrasi karya Sherchle, seorang partisipan JDF 2025 sekaligus kolaborator desain merchandise eksklusif “For The Win(d)” bersama Tolak Angin.

Pementasan ini berkisah tentang seorang bernama Vina, pekerja ibukota yang mulai kehilangan makna ketika hidupnya terasa datar, dan menemukan dirinya berbincang dengan makhluk alam khayalan. Melalui perpaduan musik, seni visual, dan emosi, pertunjukan musikal ini akan mengajak penonton menelusuri memori demi menemukan kembali semangat yang hilang dan alasan untuk bertahan.
Michelle Sherrina, seniman di balik nama Sherchle, menuturkan bahwa inspirasi dari ilustrasi yang menjadi judul musikal ini berawal dari masa-masa lelahnya menanggapi kehidupan dan segala permintaan yang datang tak berhenti, “Waktu itu aku lagi suka mendengarkan lagu-lagunya Joji, terus pas kulihat mukanya sempat terpikir, “Gila capek banget muka ini orang, but he keeps going”. Dari situ aku jadi ingat pepatah “hidup segan, mati tak mau”, terus aku plesetin aja,” terang Michelle.

Saat tahu karyanya akan menjadi musikal, Michelle mengatakan, “Rasanya kaget sih, soalnya ini sesuatu yang aku nggak terbayang sama sekali bisa terjadi. Terima kasih sekali untuk Jakarta Doodle Fest, Galeri Indonesia Kaya, dan Jakarta Art House yang mau repot bareng-bareng mewujudkan pentas musikal ini.”
“Dipilihnya karya “Hidup Segan but I’m Not Done” sebagai tema utama ini aku rasa juga karena orang-orang bisa relate dengan sentimennya, berhubung dalam hidup ada saja nggak sih momen di mana rasanya susah, tapi manusia menolak menyerah. Menarik juga menjalani prosesnya, dari duduk bareng para manusia teater ini ketika mereka berproses dan melihat bagaimana karya-karyaku bisa dijahit di musikal ini. Aku ikut memantau skrip, set design, dan juga visual design visual,” jelas Michelle.

Presented by Coulisse | INK
Disutradarai oleh Aulion, kreator visual dengan gaya penceritaan energik dan penuh warna, musikal ini memadukan beragam disiplin seni dalam satu panggung yang hidup. Diproduksi dan dimainkan oleh talenta muda Jakarta Art House, pertunjukan ini menjadi wujud eksplorasi segar dunia teater musikal Indonesia.
Menariknya, bagi JAH & JDF, sejak awal Aulion sudah menjadi kandidat paling tepat untuk menjadi sutradara musikal ini. “Karena pas tahu IP-nya Sherchle, aku dan Christine udah bilang, “Wah ini nggak ada lagi selain Aulion yang cocok buat nge-direct ini. Udah match-lah keabsurdannya dengan Aulion. Jadi aku bilang ke Aulion, Ayo ikut nge-direct ini,” terang Fadli Hafizan, Founder Jakarta Art House.

Selaras dengan itu, Aulion pun mengatakan, “Seru banget ngeliat ilustrasi Sherchle yang tadinya 2D bisa hidup di atas panggung. Proses kreatif dan latihan musikal ini tuh ngakak mulu, karena musikal ini tuh kayak lagi ngetawain hidup, tapi diam-diam juga menyentuh sisi paling manusiawi dari diri kita.”
Musikal ini melibatkan Palka Kojansow sebagai penulis naskah dan lirik, serta Andita Mardhiaputri sebagai koreografi yang menari di antara kegelisahan dan kelucuan. Kolaborasi ini melahirkan Musikal Absurd: Hidup Segan But I’m Not Done sebagai pertunjukan satir penuh gelak tawa yang diam-diam menyentuh hati siapa pun yang pernah merasa terjebak dalam rutinitas hidup dan mencari alasan untuk terus melangkah.

Selama 60 menit, penonton dihibur lewat lima lagu, termasuk “Sumpah Palapa” dan “Pelan tapi Party”, karya Ammir Gita sebagai komposer utama, serta “Ragam Ulahnya, Ragam Lezatnya” ciptaan Achi Hardjakusumah. Dengan arahan vokal Maruf Andi, pertunjukan ini dibawakan oleh deretan talenta muda teater musikal seperti Made Aurellia, Uyo, Pila, Mike Frans, Arsy Fadillah, Nadhira Nasution, Medina Anzani, Devina, Ghatfaan, dan Janitra Diva.
Menariknya, pementasan ini juga bagian dari kelas Musical Roadshow 2.0, hasil kolaborasi TFR News, Jakarta Art House, dan Indonesia Kaya pada 15–16 Oktober 2025 di Galeri Indonesia Kaya. Dalam program ini, mahasiswa belajar langsung tentang seni pertunjukan, mulai dari diskusi hingga praktik lapangan di bidang seperti sound engineering, directing, dan lighting—bahkan beberapa di antaranya terlibat langsung di belakang layar pementasan.

“Indonesia Kaya senantiasa berkomitmen untuk mendukung berbagai karya kreatif yang menginspirasi dan memperluas apresiasi terhadap seni dan budaya. Melalui kolaborasi bersama Jakarta Doodle Fest, kami ingin memberikan ruang dan akses yang lebih luas bagi generasi muda untuk belajar, berproses, dan berkarya, baik dalam bidang seni visual maupun seni pertunjukan. Kami percaya bahwa bentuk kolaborasi seperti ini membuka ruang baru bagi pelaku seni muda untuk bereksperimen dan mengekspresikan diri sehingga semakin banyak talenta muda yang terdorong untuk mengenal, mencintai, dan berkontribusi pada perkembangan dunia seni di Indonesia,” ungkap Renitasari Adrian, Program Director Indonesia Kaya.
Materi Sound Engineering dibawakan oleh Christian Edo, sound engineer berpengalaman di berbagai produksi seperti Musikal Petualangan Sherina, Sister Act, dan Mamma Mia! The Musical Re-Run. Kelas ini memperkenalkan peran tata suara dalam pertunjukan live. Mulai dari membangun emosi penonton, mempertegas perubahan suasana hingga memperkuat narasi dan ritme panggung.

Setelah mempelajari tata suara, mahasiswa mengikuti Directing Class bersama Pasha Prakasa, sutradara dan koreografer di berbagai produksi seperti Keluarga Cemara dan Petualangan Sherina 2. Kelas ini membahas peran sutradara sebagai ‘arsitek’ artistik yang menyatukan musik, akting, koreografi, dan visual menjadi satu narasi panggung yang utuh.
Pencahayaan dalam musikal bukan sekadar soal ‘terang dan gelap’, tetapi bahasa visual yang menegaskan mood, memperhalus transisi adegan, dan memperkuat adegan tanpa mengucapkan satu kata pun. Tahun ini, Lighting Class bersama Alim Jeni, seorang lighting designer di Keluarga Cemara, Ken Dedes, dan GIE, hadir untuk memperdalam pemahaman mahasiswa tentang peran cahaya dalam pertunjukan.
Co-founder Jakarta Doodle Fest dan TFR News, Christine Laifa, pun menyampaikan, “Pilar utama kami adalah program yang mengadaptasikan visual atau IP (Intellectual Property) ke dalam wadah baru selain merchandise. Pertunjukan musikal menarik banget karena kita bisa menggali lebih dalam inspirasi dan cerita di balik visual tersebut. Gambarnya jadi hidup lewat skrip, koreografi, dan pemeran.”
Tahun ini menandai penyelenggaraan ketiga JDF sejak 2023 di M Bloc Space, dan 2024 di Taman Ismail Marzuki sekaligus tahun kedua hadirnya pertunjukan musikal. Debut musikal JDF berlangsung pada 2024 lewat “Moonboy & His Starguide: Inspired by Varsam Kurnia’s Illustrations” di Teater Wahyu Sihombing, TIM.
Lewat rangkaian program edukatif dan pertunjukan lintas medium, Jakarta Doodle Fest menegaskan komitmennya menghadirkan ruang berekspresi dan kolaborasi bagi kreator muda. JDF diharapkan terus menjadi wadah yang tidak hanya merayakan karya visual, tetapi juga memperluas ekosistem seni pertunjukan Indonesia melalui pengalaman artistik yang inklusif, segar, dan relevan bagi generasi hari ini. (DR)
GUFRAM X SWAROVSKI: A DESIGN ICON THAT SHINES BRIGHTER
Gufram x Swarovski redefine the art of playful luxury with the Crystal Guframini CACTUS® — a radiant limited edition of 500 pieces.
read moreINTO FRIDA’S HIDDEN WORLD: ROCKWELL GROUP REIMAGINES MUSEO CASA KAHLO
In the heart of Mexico City, Rockwell Group turns Casa Roja into Museo Casa Kahlo, where Frida’s private world unfolds in every room and object.
read moreDEL SAVIO 1910 AT MILANO DESIGN WEEK 2025
Del Savio 1910 will showcase new Zanellato Bortotto collections at Milano Design Week 2025, featuring innovative marble designs and craftsmanship in...
read moreANTONIOLUPI AT LE CHÂTEAU LIVING — WHERE RITUAL BECOMES ART
Step into the new Antoniolupi showcase at Le Château Living, where space and light gently shape the bathroom into a serene place to pause and breathe.
read moreW RESIDENCE IN SOUTH JAKARTA BY MICHAEL CHANDRA
Michael Chandra, founder of MNCO Studio Design has created the W Residence with an aesthetically pleasing, practical, and pleasant home from all...
read morePELUNCURAN PERDANA LEGANO HOME MENGGANDENG AGAM RIADI DI ST REGIS RESIDENCE JAKARTA
Peluncuran perdana LEGANO HOME menggandeng Agam Riadi di St. Regis Residence Jakarta: menyatukan kemewahan dan jiwa dalam sebuah ruang.
read more

