presented by

LA NOUVELLE ÉCRITURE – MEMBAWA TIGA DESAINER PRANCIS, TIGA BAHASA GAYA KE DALAM JF3 2025

SHARE THIS
98

Published by Sugar & Cream, Wednesday 01 October 2025

Images courtesy of JF3

Deadstock Menjadi Napas Baru Mode Prancis di Tangan Tiga Desainer Muda

La Nouvelle Écriture menjadi salah satu sorotan utama di JF3 Fashion Festival 2025, mempertemukan tiga desainer muda Prancis—Ornella Jude Ferrari, Solène Lescouët, dan Louise de Marcaud—dalam satu panggung kolektif yang memadukan eksperimen desain dengan etika keberlanjutan.

Ornella membawa energi koboi urban lewat koleksi Rodeo—perpaduan denim kasar, suede, dan mesh teknis yang memberontak namun refined. Louise mengeksplorasi bentuk arsitektural dalam koleksi Rétrograde, terinspirasi dari Bauhaus dan Le Corbusier, dengan bahan wol dan sutra yang diselamatkan dari sisa produksi. Sementara Solène menghadirkan koleksi genderless bernuansa teatrikal dengan plissé dramatis dan siluet eksentrik dari kain deadstock.


Presented by LeChateau Living

RODEO by Jude Ferrari
Berbasis di Paris dan lulusan Central Saint Martins, Jude Ferrari adalah kekuatan baru dalam mode yang memadukan feminitas couture dengan sentuhan rebel. Berbekal pengalaman bekerja di rumah mode seperti Jacquemus, Zara, dan label eksperimental Written Afterwards, Jude kemudian mendirikan label Maison J.Simone, ia menawarkan busana statement untuk perempuan yang berpakaian dengan arah—dan sikap.

Di JF3 2025, Jude mempersembahkan RODEO—koleksi yang melintasi kerasnya aspal kota dan romantika liar Wild West. Siluet koboi klasik dipelintir jadi sesuatu yang sangat urban: rumbai bertemu mesh teknis, denim usang bersanding dengan jersey futuristik. Teksturnya kasar tapi terstruktur, energinya mentah namun elegan.

Disusun dari kain deadstock dan teknik cetak tanpa air, RODEO bukan sekadar gaya—ini bentuk keberanian. Tentang perempuan yang tahu arah, paham risiko, dan tetap menunggang meski tanpa pelana. Dua puluh look ditampilkan di runway. Bold. Conscious. Unapologetic.

Rétrograde by Louise de Marcaud
Louise de Marcaud, desainer asal Prancis di balik label Louise Marcaud, mempersembahkan “Rétrograde” di JF3 Fashion Festival 2025. Koleksi ini lahir dari ketertarikannya pada struktur, gerak, dan bagaimana pakaian bisa menjadi ruang perlindungan sekaligus ekspresi.

Louise tumbuh di Burgundy, dikelilingi alat-alat pertukangan milik sang ayah. Dari sana ia belajar tentang bahan, bentuk, dan kesabaran—nilai yang masih menuntun cara kerjanya hari ini. Sejak mendirikan labelnya di Paris tahun 2020, ia konsisten menciptakan busana yang tak hanya terlihat kuat, tapi juga terasa jujur.

“Rétrograde” terinspirasi dari Bauhaus, garis tegas Le Corbusier, tekstur kasar Dubuffet, hingga dunia balap dan olahraga. Hasilnya: siluet dengan bahu tajam, volume terstruktur, dan garis bersih yang tetap bergerak bersama tubuh. Ada kekuatan, ada kebebasan.

Seluruh koleksi—sekitar 20 tampilan—dibuat di Paris menggunakan bahan deadstock seperti wol, katun, dan sutra. Beberapa potong tersedia eksklusif di JF3 Jakarta, sisanya dirilis online mulai September, termasuk layanan custom dan made-to-measure.

Punkettes Attack!, The Tales of Solène, Circus, dan Crimson Lovers 2025 by Solène LESCOUET
Solène LESCOUET menjadi nama ‘baru’ yang mengguncang lanskap mode Paris. Berakar pada pelatihan haute couture dan warisan rumah mode besar seperti Chanel dan Lanvin, Solène memilih jalur independen—membentuk dunianya sendiri yang teatrikal, penuh narasi, dan sarat pemberontakan visual. Lewat koleksi yang memadukan ruff dramatis, plissé tajam, dan siluet pahatan, ia menghidupkan romansa Renaisans dalam semangat punk rock kontemporer.

Di JF3 Fashion Festival 2025, label ini mempersembahkan dua puluh look dari empat koleksi terakhir—Punkettes Attack!, The Tales of Solène, Circus, dan Crimson Lovers 2025. Eksentrik, penuh karakter, dan tak terdefinisi gender, tiap busana menjadi pernyataan sikap: puitis tapi liar, elegan tapi menggigit. Kita seakan dibawa ke dunia Alice in Wonderland.

Diproduksi secara made-to-order di studio Paris dengan bahan alami dan stok mati, karya Solène bukan sekadar pakaian—koleksi ini sebagai artefak emosional. Dalam dunia yang dibanjiri produksi massal, Solène LESCOUET berdiri sebagai antitesis: intim, sadar, dan tak bisa dilupakan.

Pada akhirnya, La Nouvelle Écriture bukan sekadar sebuah peragaan. Ia menjadi panggung tempat dua budaya saling menyapa melalui bahasa mode. Sebuah bentuk diplomasi kreatif yang menggabungkan eksperimen avant-garde khas Prancis—edgy, visioner, dan sangat relevan bagi generasi desainer masa kini.

Magran LivingCoulisse | INK