SUARA KARTINI BERGEMA KEMBALI DI PEMENTASAN TERBITLAH TERANG
Published by Sugar & Cream, Friday 25 April 2025
Images courtesy of Titimangsa
Para Seniman Lintas Generasi Membawakan Karya-Karya yang Menggambarkan Semangat Raden Ajeng Kartini
Merayakan Hari Kartini tahun ini, Titimangsa bersama Bakti Budaya Djarum Foundation menghadirkan sebuah pertunjukan sastra dan suara bertajuk Terbitlah Terang: Pembacaan Surat dan Gagasan Kartini. Pementasan yang bertempat di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, menjadi sebuah penghormatan terhadap pemikiran, perjuangan, dan jiwa seorang Raden Ajeng Kartini, sosok yang hingga hari ini masih menjadi nyala api bagi perempuan dan bangsa Indonesia.
“Pementasan Terbitlah Terang: Pembacaan Surat dan Gagasan Kartini ini tidak sekadar mengenang sosok Raden Ajeng Kartini sebagai pahlawan emansipasi, tetapi juga sebagai perempuan visioner yang meletakkan dasar kesadaran diri, kesetaraan, dan keberanian berpikir. Melalui surat-suratnya yang jujur dan menggugah, Kartini menunjukkan bahwa perubahan besar selalu berawal dari keberanian untuk merasakan, merenung, dan menyuarakan kebenaran yang diyakini. Ini menjadi momen penting bagi generasi muda untuk merefleksikan makna perjuangan dan melanjutkan semangat Kartini di masa sekarang. Dengan pendidikan, keberanian, dan empati, kita bisa menciptakan dunia yang lebih adil, setara, dan manusiawi. Karena semangat Kartini bukan sekadar milik masa lalu, ia adalah cahaya yang menuntun langkah kita hari ini dan di masa depan,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Dengan konsep pembacaan secara monolog, surat-surat asli Kartini dihidupkan kembali melalui suara para seniman ternama Indonesia: Christine Hakim, Ratna Riantiarno, Reza Rahadian, Marsha Timothy, Maudy Ayunda, Lutesha, Cinta Laura, Chelsea Islan, Happy Salma, dan Bagus Ade Putra. Dengan arahan Sri Qadariatin sebagai sutradara, para seniman multigenerasi ini tidak hanya membacakan, tetapi menghidupkan isi hati Kartini yang ditulis lebih dari seabad silam, namun tetap terasa begitu relevan hari ini.
“Hari ini, kita tidak hanya mengenang Kartini sebagai tokoh sejarah, tetapi merayakannya sebagai refleksi bagi setiap manusia—perempuan maupun laki-laki—yang terus berjuang memahami pikirannya, meresapi perasaannya, dan mengekspresikan keduanya secara jujur. Menjadi manusia berarti merdeka dalam berpikir dan utuh dalam merasa. Membaca surat-surat Kartini bukan sekadar menyelami sejarah, tetapi menapaki ruang batin seorang perempuan yang berani bermimpi dan berpikir melampaui batas-batas zamannya. Merayakan Kartini adalah merayakan keberanian untuk mengenal diri dan menyuarakan nurani. Kartini telah membuktikan bahwa suara seorang perempuan, ketika jujur pada pikirannya dan setia pada hatinya, memiliki kekuatan untuk mengubah arah sejarah,” ujar Happy Salma, Pendiri Titimangsa.
Presented by Molteni&C
Surat-surat yang dibacakan ini diambil dari buku Panggil Aku Kartini Saja karya Pramoedya Ananta Toer, terbitan Lentera Dipantara 2006 dan buku Kartini: Kumpulan Surat-surat 1899-1904 karya Wardinam Djoyonegoro, Jilid 1, terbitan Pustaka Obor 2024. Kartini menulis surat pertamanya kepada salah satu sahabat penanya, Estelle (Stella) Zeehandelaar, seorang aktivis feminisme di Belanda. Surat tersebut menjadi titik awal dari rangkaian korespondensi yang kemudian dikenal luas sebagai bentuk pemikiran awal perempuan Indonesia tentang emansipasi, pendidikan, dan keadilan sosial. Melalui surat-surat ini pula, Kartini tak hanya memperlihatkan kecerdasan dan kepekaan sosialnya, tetapi juga keberanian untuk menggugat struktur sosial yang timpang dan membungkam suara perempuan. Surat kepada Stella adalah cermin dari pertemuan lintas budaya yang menghidupkan solidaritas, serta semangat zaman yang tak terbendung.
Kegundahan dan kebimbangan Kartini juga tersampaikan dengan jujur dan mendalam melalui korespondensinya dengan Tuan dan Nyonya Abendanon, pasangan yang menjadi pendukung besar perjuangan Kartini. Melalui surat-surat ini, Kartini mengungkapkan kerinduannya akan kebebasan, hasratnya untuk belajar, dan harapannya terhadap masa depan perempuan di tanah airnya.
Panggil aku Kartini…
Kalimat itu menjadi nyawa utama dari pertunjukan ini, membuka ruang perenungan atas isi-isi surat yang penuh keberanian, kesedihan, cinta, amarah, dan harapan. Pembacaan dilakukan dengan pendekatan yang beragam untuk menghidupkan kembali isi hati dan pikiran Raden Ajeng Kartini lewat surat-suratnya yang abadi. Dibuka dengan prolog Ratna Riantiarno untuk mengantarkan pementasan pembacaan Surat-surat Kartini dan gagasannya dengan melibatkan peristiwa penyusunan surat-surat Kartini secara historis. Lalu dilanjutkan dengan aksi peran Christine Hakim dan Marsha Timothy, menyuarakan gagasan Kartini tentang pentingnya kesadaran akan kemajuan pendidikan. Chelsea Islan, Cinta Laura, Luthesa, dan Bagus Ade Saputra, mengangkat pemikiran Kartini mengenai norma dan nilai sosial yang dibentuk oleh bias gender, serta fragmen tentang kebebasan dan harga diri perempuan. Sementara itu, Reza Rahadian dan Maudy Ayunda menghadirkan kritik Kartini terhadap kebijakan pemerintah yang berdampak pada perekonomian rakyat dan isu lingkungan. Kemudian Epilog pementasan “Terbitlah Terang” ditutup oleh narasi Happy Salma dengan begitu reflektif dan kontemporer.
Lewat pementasan ini, Kartini tak lagi sekadar dikenang sebagai tokoh sejarah. Ia hadir sebagai suara yang terus hidup, relevan, dan menyala menjawab tantangan zaman. “Pementasan ini tidak sekadar menjadi bentuk penghormatan terhadap R.A. Kartini sebagai tokoh emansipasi perempuan, tetapi juga sebagai ruang reflektif bagi publik untuk menelusuri pemikiran dan keberanian perempuan dalam melampaui batas-batas sosial dan budaya zamannya. Melalui pembacaan surat-surat Kartini, penonton diajak menyelami dimensi personal seorang perempuan yang visioner, yang menulis bukan hanya sebagai bentuk ekspresi diri, tetapi juga sebagai upaya membangun kesadaran kolektif. Kartini tidak hanya meninggalkan warisan narasi, tetapi juga semangat untuk berpikir merdeka, merasa utuh, dan bersuara jujur,” ujar Sri Qadariatin.
Pementasan Terbitlah Terang: Pembacaan Surat dan Gagasan Kartini juga bagian dari pembukaan pameran SUNTING: Jejak Perempuan Indonesia Penggerak Perubahan. Pameran ini menghormati peran perempuan Indonesia dalam sejarah, dengan Sunting sebagai simbol kekuatan, martabat, dan perubahan sosial. SUNTING mengajak refleksi atas kontribusi perempuan dalam membangun peradaban dan mendorong kesetaraan. Pameran digelar 22 April–31 Juli 2025 di Museum Nasional Indonesia. (DR)

ROCKWELL GROUP DEBUTS CASA CORK AT MILAN DESIGN WEEK 2025: A LIVING LAB FOR SUSTAINABLE DESIGN
Casa Cork at Milan Design Week 2025—an immersive installation spotlighting cork as a powerful material for sustainable design.
read more
TUMI LUNCURKAN KOLEKSI 19 DEGREE LITE DENGAN KAMPANYE “UNCOMPROMISING LIGHT”
Ringan tanpa kompromi menjadi ciri khas pada koleksi terbaru TUMI 19 Degree Lite yang dirancang untuk kemudahan perjalanan. Dalam kampanye...
read more
SAMSUNG PERKENALKAN GALAXY A SERIES TERBARU DENGAN FITUR AWESOME INTELLIGENCE (AI)
Ada yang baru dari Samsung! Untuk pertama kalinya, Samsung memperkenalkan fitur Awesome Intelligence (AI) secara eksklusif pada rangkaian Galaxy A Series...
read more
LONGCHAMP X PIERRE RENART - AT LONGCHAMP’S MILAN FLAGSHIP STORE (MDW 2025)
Discover Longchamp x Pierre Renart at Longchamp’s Milan flagship store (MDW 2025): the lightness and fluidity of wood merge with Longchamp’s finest...
read more
W RESIDENCE IN SOUTH JAKARTA BY MICHAEL CHANDRA
Michael Chandra, founder of MNCO Studio Design has created the W Residence with an aesthetically pleasing, practical, and pleasant home from all...
read more
A Spellbinding Dwelling
Rumah milik desainer fashion Sally Koeswanto, The Dharmawangsa kreasi dari Alex Bayusaputro meraih penghargaan prestisius Silver A’ Design Award 2017.
read more