Text by Dinda Bestari, Photography of Mario Wibowo.
When Classy Victoria meets Chinoiserie Style Twist
Who would have thought a hotpot restaurant could look so luxurious and elegant? Semua itu terjadi ketika interior desainer Ray Pauldy dari Nata Design Studio dipercaya dalam merancang salah satu restoran terbaru dari Hiro Group di bilangan Pantai Indah Kapuk.
Hello Darling! menjadi restoran bergaya ‘mansion’ dengan sentuhan chinoiserie, sehingga restoran hotpot ini berelevasi ke kelas yang lebih mewah. Dengan sentuhan dekorasi khas Tionghoa serta profil yang klasik, Ray Pauldy menciptakan Hello Darling! dengan konsep restoran hotpot terbilang berani dengan twist yang unik.
‘’Dalam mendesain sebuah restoran, yang selalu saya perhatikan adalah identitas dari restoran itu sendiri. Saya percaya bahwa interior ataupun arsitektur dari setiap restoran yang saya desain bisa berbicara dengan sendirinya. Perpaduan dari bentuk ataupun warna merupakan faktor penting dalam identitas sebuah restoran,’’ jelas Ray.
Dengan luas area sekitar 350 meter persegi, mansion hotpot mewah dan elegan ini memiliki dua lantai dining area dan satu lantai kitchen dengan service area. Perancangan desain untuk restoran ini sekitar dua bulan sedangkan untuk pengerjaan konstruksinya sendiri terbilang cukup cepat yaitu menghabiskan waktu sekitar tiga bulan.
Untuk proyek ini, peran klien dalam memberikan ide cukup besar. Mulai dari brief awal sampai dengan pemilihan kain/fabric, klien ikut turun tangan. Hal tersebut membuat Ray Pauldy dan tim menjadi lebih detail dalam proses perancangan restoran. Banyak ide dari klien yang Ray coba saring dan interpretasikan menjadi satu komposisi desain yang proporsional.
Presented by MOIRE Rugs
Hello Darling! merupakan restoran pertama yang Ray Pauldy desain dengan gaya chinoiserie. Oleh karena itu, banyak hal yang harus mereka eksplor, baik dari segi material, bentuk, ataupun warna. Dan, ini menjadi tantangan yang cukup menarik bagi Ray Pauldy dan tim. Perpaduan antara bangunan Victorian dengan sentuhan detail wallpaper serta dekorasi khas Tionghoa yang tidak terlalu kuat adalah poin terpenting. Karena Ray, mengutamakan keselarasan antara ciri khas Tionghoa dengan gaya Victorian.
Berawal dari brief klien yang menginginkan konsep restoran hotpot “in a different way”, Ray menawarkan gaya chinoiserie yang dipercaya sangat mampu menunjukkan karakter restoran Hello Darling!. Secara bentuk bangunan, sang desainer dan sang klien memiliki kesamaan visi yaitu Hello Darling! menjadi sebuah restoran mewah. Seperti yang tercantum pada tagline, restoran ini, Hotpot Mansion terwujudkan dengan bentuk bangunan classic Victorian namun sedikit twist agar tidak terlalu old dan masih memiliki kesan modern.
Warna biru yang dipilih selain bertujuan untuk membawa perasaan sejuk dan ringan, warna ini juga untuk merepresentasikan gaya chinoiserie. Jika diperhatikan secara lebih detail, warna biru yang Ray pilih memiliki sedikit karakter warna hijau jade – yang kemudian diperkuat setelah terpapar lighting artificial. Focal point lain yang ada di restoran ini terdapat di area Entrance Lobby. Dari tampak depan bangunan pun Anda bisa melihat chandelier besar menghiasi area depan. Selain chandelier, elemen tangga yang elok yang terdapat di area ini memberi kesan “grande”.
Ray Pauldy mengajak lighting designer, Ryan Salim dari erreLUCE untuk turut andil dalam melengkapi restoran ini. Tujuan utamanya tentu untuk membuat suasana ruang ataupun fasad bangunan menjadi lebih dramatis. Perpaduan warna lampu yang hangat dengan warna biru dari identitas restoran ini menjadi tantangan. Karena, perubahan warna yang ada di interior bisa saja terjadi ketika di basuh oleh penerangan artificial. Namun, setelah melalui proses trial and error yang Ryan dan Ray lakukan, mereka berhasil mendapatkan warna biru yang sempurna sehingga memperkuat konsep chinoiserie.
Untuk pemilihan lukisan dan dekorasi yang ada di dalam restoran menjadi bentuk dari kerjasama dengan branding designer Welly Caslin dari KATAPEL dan tim in-house dari klien sendiri, Robert. Lukisan – lukisan yang dipajang memiliki feel Tionghoa tetapi tidak terlalu serius bahkan agak sedikit ‘nyeleneh’. Untuk menyeimbangkan dengan konsep restoran agar tidak terlihat ‘berat’.
Treatment khusus pada restoran ini adalah pada satu area yang perlu Ray desain sedemikian rupa agar mendapatkan hasil yang maksimal, yaitu ceiling pattern. Ceiling pattern restoran ini memiliki ketebalan 3cm, sehingga membutuhkan posisi lampu indirect yang pas, agar lampu bisa pendar sampai ke area dalam pattern, sehingga shading – nya tidak menjadi patah.
Dan, tantangan paling sulit dalam mendesain restoran ini adalah di bagian depan lobby reception. Sang desainer harus merubah struktur panggung lantai dua karena posisi bar dan tangga yang perlu sedikit lebih masuk ke area dalam. Namun melalui perhitungan struktur, sehingga masih bisa mewujudkan ide rancangan awal dengan sedikit perubahan di area bordess. Yang akhirnya Hello Darling! menjadi restoran hotpot mewah, unik, dan full of twist! . Transparansi fasadnya tidak dipungkuri menjadi focal point yang memikat bagi pengendara yang melintas.
Data info
Luas bangunan: 350 meter persegi
Interior Designer: Ray Pauldy
Principal Designer: Ray Pauldy
Designer in Charge: Ray Pauldy
Lighting Designer: Ryan Salim – erreLUCE
Furniture: Custom
Decorative Lamps: Lightvolution & Ardente
Wallpaper: Custom
Flooring: Eleganza, Wisma Sehati, dan Ceracqua Imagio
Special Paint : Alung Artistic paint