REKAKARA PENGURIP GUMI: NYOMAN ERAWAN DALAM POST-TRADISI
Published by Sugar & Cream, Monday 18 July 2022
Images courtesy of Bale Banjar Sangkring
Sangkrin Art Space, Yogya : 5 July – 5 September 2022
Pada sosok Erawan, komponen-komponen tradisi (termasuk religi), modernitas dan seni rupa mengalami konvergensi. Ketiga pokok tersebut menjadi keseharian Erawan. Bukan hal yang mudah menyatukan aspek tradisi yang komunal dan modernitas yang individual. Namun tegangan antara keduanya justru menjadi bahan bakar bagi gagasan kesenian Erawan dalam karya-karyanya. Keberadaannya sebagai seniman kontemporer merupakan penanda Erawan adalah individu modern yang juga mementingkan identitas dan ekspresi (-seni) personal. Bahwa identitas personal tersebut tetap berkait dengan komponen dan permasalahan tradisi menunjukkan bahwa Erawan berada dalam situasi post-tradisi.
Gagasan Pengurip Gumi, berangkat dari pakem upacara tradisi agama Hindu-Bali mengenai ekosistem alam yang tidak lagi berada dalam keseimbangan. Saat ini kondisi bumi memang berada dalam kondisi kritis dikenal sebagai era Anthrophocene, yaitu era geologi atau bumi karena pengaruh cara hidup manusia modern. Umumnya manusia tradisi menempatkan dirinya sebagai bagian dari alam, sementara manusia modern melalui teknologi berkehendak mengeksploitasi alam. Dalam karyanya Erawan menampilkan tegangan antara yang tradisi dan yang modern. Simbol-simbol tradisi ditampilkan melalui material masa kini (alumunium dan cat candytone). Alumunium yang penyok di sana-sini, dengan tatahan pola tradisi serta cipratan, sapuan dan lelehan cat candy menjadi paduan ketegangan visual. Tampak menyatu, namun menyisakan “pertanyaan.” Dapat kita rasakan di balik “keindahan” karya-karya Erawan, tersimpan narasi “kerusakan”, “ancaman” dan “destruksi”.
Presented by Melandas Indonesia
Seni rupa kontemporer terutama merepresentasikan kondisi masa kini (the quality of being current or of the present). Gagasan dan karya-karya Erawan dalam topik Rekakara Pengurip Gumi sangat relevan dengan situasi manusia dan bumi saat ini. Erawan menawarkan nilai dan kearifan tradisi dalam konteks masa kini, menjadi bagian dari modernitas post-tradisi, katakanlah modernitas lokal ala Bali. Harapannya, melalui pendekatan post-tradisi, praktik dan daya kreatifitas para seniman Bali bisa tumbuh lebih subur serta memberikan refleksi kritis dan kontributif bagi perubahan dunia, baik lokal dan global yang lebih baik. (Asmudjo J. Irianto)

KNOLL | NEW COLLECTIONS AT SALONE DEL MOBILE 2023
Knoll to debut new brand pavilion and refreshed design direction at Salone Internazionale del Mobile 2023.
read more
RIVA 1920 PREVIEW AT SALONE DEL MOBILE.MILANO 2023
Riva1920 gladly invites you to the 61st Salone del Mobile in Milan, where worldwide designers will display new collections and best sellers constructed of...
read more
KLOPF ARCHITECTURE: SAN FRANCISCO MODERN VIEW HOUSE
A charming mid-century modern house in San Francisco by Klopf Architecture (remodel the interior with some minor exteriors), Blending modern, minimal...
read more
davide groppi UNVEILS NOVELTIES 2023
Discover davide groppi's Novelties 2023, an exhibition of work characterized by purity, sparkles, transparencies, and irony, at Euroluce, Hall 13 stand...
read more
Rumah Palem
Unik dan dinamisnya rancangan arsitektur Rumah Palem, karya arsitek Andra Matin tidak lepas dari diplomasi dengan keberadaan posisi pohon palem yang...
read more
The Genius Loci of Alex Bayusaputro
Designer Alex Bayusaputro, the winner of the Designetal Design & Architecture 2014 award in London is always on the move with his design as well as his...
read more