presented by

‘Ocean Eyes’, A Solo Exhibition by Laksamana Ryo

SHARE THIS
3.92K

Published by Sugar & Cream, Wednesday 19 August 2020

Text by Citra Pratiwi, images courtesy of Langgeng Art Foundation & Artemis KL

Langgeng Art Foundation : 8 August – 30 September 2020

The Ocean Eyes; The Object that Split and Wrapped by Laksamana Ryo
Laksamana Ryo (b. 1993) is a young artist who grew up in the coastal city, Banyuwangi, East Java, Indonesia. Ryo, grew up with Sunday morning cartoon movie series, “Emo” music, and Indonesian translated manga comics. Since kids, Ryo was familiar with the hustle and bustle of convection industrial work. Industrial life, labor and transnational worker situations penetrate into his local environment and become a life that he experiences. This type of daily becomes Ryo’s creative sediment. Ryo’s daily is closely related to that life (industry, workers and transnational workers), made it into a unique landscape that he poured in his art.

At this solo exhibition, Ryo sharpens his views on how pop culture grows. Titled “Ocean Eyes”, Ryo presented a series of figures, have a particular eye style or known as the “Big Eyes” in pop surrealism genre. This “Big Eyes” style was first introduced by Margaret Keane in the 50’s. Big eyes visual images in paintings mostly depict the figure of a childish purity by increasing the size of the eyes.

But Ryo painting is different. Ryo’s figures are inspired by popular icons. The figure in Ryo’s potrait work tends to be satirical, even though it is present in a cute atmosphere. The combination of surreal situations, which are based on dreamy desires and the unconscious, blends with the mundane and the superficial things such as fashion, toys, games and superheroes.

Ryo’s big eye figure, not only presents something naive. These figures blend together with the identity battle issue between being local and global desires. In this solo exhibition, Ryo presents industrial objects such as cotton flowers, zinc, cardboard, and fashion brands. This stylization was chosen by Ryo as a memento of his past, at the same time, Ryo’s attempt to translate the meaning of pop culture itself.

In this exhibition, Ryo presents three kinds of his art experiments. First, he presented the cutting canvas. The canvas is cut and mounted into hardboard in shapes as the figure. He installed those cutting canvases on rusty and scraped zinc platted. Then, in his second experiment, He wrapped his work in cardboard then tore it off. Ryo put fragile stickers around the cardboard. You can see the artwork peeping from the tore cardboard. The 3rd experiment Ryo presents a portrait painting of an imaginary figure he chooses with a splashes technique acrylic paint.


Presented by Som Santoso

Ryo seems to build a realm imagination of chaos, dirty, damaged in aesthetic atmosphere. These are points where Ryo invites the audience to enter a space that is not singular, boisterous and mutually friendly, but on one side this space is what Ryo experience in his urban space. Ocean Eyes is a binocular of dreams, desires and imaginations that are rise from hopes for a trendy, dapper and present life. Where are you in these paintings?

Text by Citra Pratiwi, images courtesy of Langgeng Art Foundation & Artemis KL

Langgeng Art Foundation : 8 August – 30 September 2020

Mata Lautan: yang Terbelah dan Terbungkus oleh Laksamana Ryo
Laksamana Ryo (b. 1993) seniman muda yang besar di kota pesisir Banyuwangi. Ryo, demikian sapaan akrabnya, besar bersama serial film kartun di hari minggu pagi, musik “Emo”, dan komik manga terjemahan terbitan Elex Media. Sejak kecil Ryo akrab dengan hiruk pikuk kerja konveksi. Kehidupan industri, buruh dan situasi kerja transnasional merasuk ke dalam lingkungan lokal dirinya dan menjadi sebuah kehidupan yang ia alami. Kehidupan sehari-hari inilah, menjadi endapan kreatif Ryo. Kehidupan Ryo sehari-hari yang erat dengan kehidupan tersebut (industri, buruh dan pekerja transnasional) menjadi sebuah lanskap unik yang ia tuangkan di dalam karya seninya.

Pada pameran tunggal kali ini, Ryo semakin mempertajam pandangannya mengenai bagaimana kultur pop tumbuh. Mengusung tajuk “Ocean Eyes” atau Mata Lautan, Ryo menghadirkan serangkaian figur dengan stilisasi yang terletak pada bagian mata atau dikenal dengan mata besar (big eyes). Stilisasi mata besar ini pertama kali diperkenalkan oleh Margaret Keane di tahun 50-an di Amerika Serikat. Citra visual mata besar di dalam lukisan, kebanyakan menggambarkan sosok kemurnian kanak-kanak dengan memberikan fokus dengan memperbesar ukuran mata pada penggambaran sosok objek lukisan.

Karya Ryo hadir dalam tujuan yang berbeda. Figur-figur lukisan Ryo diilhami dari ikon-ikon populer yang hadir dalam bentuk potret. Sosok dalam karya Ryo memiliki makna cenderung satir meskipun hadir dalam suasana imut. Perpaduan antara situasi surealis, yang didasarkan pada hasrat mimpi dan ketidaksadaran, berpadu dengan gambaran hal-hal duniawi yang permukaan seperti fashion, toys, game dan superhero.

Figur mata besar Ryo, tidak hanya menghadirkan sesuatu yang naif. Figur-figur ini hadir berpadu dengan persoalan pertarungan identitas antara yang lokal dan imajinasi hasrat global. Di dalam pameran tunggal ini Ryo menghadirkan objek – objek industri seperti bunga kapas, seng, kardus, dan merek. Stilisasi ini dipilih oleh Ryo sebagai kenang- kenangan dari endapan masa lalu pelukis, sekaligus, upaya Ryo menerjemahkan makna budaya pop itu sendiri.

Ryo di dalam pameran ini melakukan tiga macam eksperimen. Pertama ia menghadirkan kanvas tidak dengan persegi namun memotong sesuai figurnya dan ia tempel di rangkaian instalasi seng bekas yang penuh coretan. Ke-dua dia membungkus karyanya dengan kardus kemudian menyobeknya dan menempelkan stiker fragile di sekeliling kardus. Kita bisa menyaksikan lukisan hadir dari balik sobekan kardus tersebut. Eksperimen ke-3 Ryo menghadirkan lukisan potret atas figur imajinasi yang ia pilih dengan tehnik cipratan dengan cat akrilik.


Presented by Som Santoso

Ryo seperti membangun sebuah alam imajinasi mengenai suasana yang tidak tertib, kotor, rusak sebagai estetik. Disinilah Ryo mengajak audiens memasuki sebuah ruang yang tidak tunggal, riuh dan saling bertrabakan namun di satu sisi ruang inilah yang Ryo alami sebagai sebuah kenyataan yang berangkat dari ruang urban kita. Ocean Eyes atau Mata Lautan menjadi sebuah teropong atas mimpi, hasrat dan imajinasi yang terbangun dari harapan-harapan atas hidup yang keren, necis dan kini. Dimanakah dirimu di dalam lukisan-lukisan ini?

Coulisse | INKZipblind & VF