Houses of Style and Inspiration

Living in Playfulness

6.82K

Text by Hermawan Kurnianto, Photography courtesy of Hannah Cecil Gurney.


Wednesday 01 November 2017

Sebuah apartemen di London milik putri pendiri perusahaan wallpaper de Gournay menerapkan satu peraturan: more is more. Memanjakan sensasi visual melalui eksplorasi warna, tekstur, dan pola.

Hannah Cecil Gurney

Sang pemilik adalah Hannah Cecil Gurney, putri dari Claud Cecil Gurney, yang mendirikan perusahaan wallpaper buatan tangan de Gournay pada 1986. Apartemen dengan dua kamar tidur ini didekor oleh Hannah dengan bantuan rekannya, desainer interior Tara Craig.

Memasuki apartemen, sitting room yang luas langsung menyapa dengan hangat. Di sebelah kanan dari area entrance adalah sebuah lorong yang menuju ruang makan dan dapur. Terdapat dua cermin besar yang membuat ruangan terkesan lebih besar, serta karya seni kontemporer yang menguatkan kesan artistik. Jendela-jendela tinggi menjadi gerbang masuknya cahaya alami sepanjang hari. Dinding dapur dilapisi oleh gold leaf dan elemen-elemen kayu dicat dengan warna turquoise.

Beranjak ke kamar mandi dan dua kamar tidur. Ada pemisahan yang jelas antara area yang mewadahi aktivitas keseharian dan area yang privat seperti kamar tidur. Orang-orang dapat menikmati saat-saat bersantai di sitting room dan ruang makan tanpa perlu tahu di mana kamar tidur berada.

Tentu saja, ragam kreasi wallpaper de Gournay yang dilukis tangan bertebaran di sini. Wallpaper dari sutra memberikan cita rasa kelembutan dan kekayaan tekstur, serta lebih baik dari aspek akustik ruangan. Wallpaper bermotif mawar dan guci menghiasi dinding kamar tidur, sementara motif lucky fish menyemarakkan interior kamar mandi. Di kamar tidur utama, wallpaper ‘Badminton’ menghadirkan hamparan burung dan kupu-kupu dengan kedalaman dan tekstur yang kaya.

Di apartemen ini, Hannah menciptakan sekaligus menikmati sebuah hunian yang sangat personal bagi dirinya. Sedikit banyak merefleksikan apa yang ditawarkan oleh de Gournay, yakni desain yang memiliki jiwa dan arti.

Hannah Cecil Gurney