Collectors Indonesia Collect Intangible Artwork
Published by Sugar & Cream, Friday 05 October 2018
Text by Dira Rohmatun, images courtesy of Rubanah
Supported by RUBANAH Underground Hub
Anda pasti akan bertanya-tanya mengenai koleksi karya seni yang tak berwujud, terasa aneh bukan?
Mendengar istilah koleksi seni rupa, tentunya Anda akan membayangkan seorang pecinta karya seni yang mengumpulkan patung, lukisan, benda-benda mewah, maupun benda-benda kuno. Tetapi pernahkan Anda membayangkan koleksi seni rupa berupa peristiwa, atau yang lebih mudah diingat dengan seni rupa pertunjukan atau performance art? Mungkin yang terlintas dipikiran Anda saat ini adalah sebuah dokumentasi berupa foto ataupun berbentuk video. Bersama dengan RUBANAH Underground Hub, akan mengubah mindset Anda mengenai koleksi seni rupa – suatu karya seni yang tak dapat disentuh pun bisa dijadikan incaran para kolektor.
Melalui Karya Duto Hardono yang tampil dalam acara “KATA2: Aktualisasi dan Situasi Baru” di RUBANAH pada 22 – 29 September lalu, sebuah karya performance art yang telah dikoleksi oleh beberapa kolektor dari Indonesia. Uniknya, para kolektor ini mengoleksi sebuah karya seni berbentuk pertunjukan, tanpa bentuk fisik seperti video, rekaman, atau gambar sekalipun. Ya… hanya sebuah pertunjukan yang tampil secara langsung di RUBANAH.
Menariknya, karya dari Duto Hardono tidaklah biasa dan tak terbayangkan sebelumnya. Jika performance art pada umumnya sang seniman menciptakan pertunjukan untuk diperagakan sendiri atau dengan orang lain, kemudian ditampilkan di hadapan banyak orang yang menontonnya. Namun, karya performance art Duto Hardono, melibatkan para pengunjung yang datang di acara pameran ini untuk memeragakan langsung dan Duto Hardono hanya memberi instruksi kepada pengunjung yang ingin menikmati seninya – yang Duto Hardono sebut mereka ialah aktor dalam karyanya.
Performance art ini dilakukan oleh aktor-aktor tersebut yang melakukan proses pembacaan, penafsiran, dan aktualisasi yang merujuk pada instruksi yang diberikan oleh sang seniman. Membentuk suatu performance art yang menarik, sangat unik, dan bahkan langka. Dibanding dengan karya sejenisnya, karya dari Duto Hardono ini tidak memiliki jejak kehadiran berbentuk rekaman, atau wujud benda apapun, yang ada hanyalah sejenis “instruksi” dari sang seniman.
Karya performance art berbasis “instruksi” dari Duto Hardono telah menarik minat para kolektor seni rupa Indonesia untuk mengoleksi karya-karyanya yang bersifat nirwujud (immaterial). Sampai saat ini, lima karya Duto Hardono telah diakuisisi oleh lima orang kolektor, diantaranya yaitu:
- Tepuk/Clap Piece, oleh Duto Hardono (2017), akuisisi/koleksi oleh Wiyu Wahono;
- Judul Karya Ini Adalah Jawaban Para Hadirin/The Title of This Piece is The Audiences’ Answers oleh Duto Hardono (2017), akuisisi/koleksi oleh Tom Tandio;
- Notifikasi/Notifications oleh Duto Hardono (2018), akuisisi/koleksi oleh Nicholas Tan;
- Surrender (Menyerah) oleh Duto Hardono (2017), akusisi/koleksi oleh Laksamana Tirtadji;
- Gambar Terakhir/The Last Picture oleh Duto Hardono (2017), akuisisi/dikoleksi oleh Rudi Lazuardi & Teddy Lazuardi.
Sebelumnya, pertunjukan berbasis instruksi karya Duto Hardono yang berjudul In Harmonia Progressio (2017), juga telah diakuisisi/dikoleksi oleh National Gallery of Australia, Canberra pada tahun ini. Tentunya hal ini menjadi suatu perkembangan bagi koleksi seni rupa Indonesia, bahwa sebuah seni pertunjukan nirwujud masuk dalam karya seni yang dapat dikoleksi oleh para kolektor. Para kolektor pun dapat bereksperimen untuk memperluas koleksi bentuk karya seni rupa lainnya yang sejalan dengan perkembangan seni rupa masa kini.

DEL SAVIO 1910 AT MILANO DESIGN WEEK 2025
Del Savio 1910 will showcase new Zanellato Bortotto collections at Milano Design Week 2025, featuring innovative marble designs and craftsmanship in...
read more
PAOLA LENTI: BERNI - A 2025 RE-EDITION OF FRANCO POLI
Berni – a 2025 re-edition: Paola Lenti revives Franco Poli’s Berni with modern sensibility
read more
BAR KUN, KYOTO: WHERE STILLNESS MEETS DESIGN
Nature, architecture, and Ritzwell elegance—Bar Kun in Kyoto is where stillness meets design
read more
ART JAKARTA 2025 — SPOT
Art Jakarta Spot 2025 invites visitors to step into five Indonesian artists’ worlds, where large, site-specific works turn the fair into a living space...
read more
W RESIDENCE IN SOUTH JAKARTA BY MICHAEL CHANDRA
Michael Chandra, founder of MNCO Studio Design has created the W Residence with an aesthetically pleasing, practical, and pleasant home from all...
read more
PELUNCURAN PERDANA LEGANO HOME MENGGANDENG AGAM RIADI DI ST REGIS RESIDENCE JAKARTA
Peluncuran perdana LEGANO HOME menggandeng Agam Riadi di St. Regis Residence Jakarta: menyatukan kemewahan dan jiwa dalam sebuah ruang.
read more