presented by

Atreyu Moniaga Project: Mixed Feelings 04

SHARE THIS
2.70K

Published by Sugar & Cream, Monday 29 July 2019

Text by Dinda Bestari, images courtesy of Atreyu Moniaga Project

Kintsugi – Perfection Behind A Process

Pada hari Rabu, 17 Juli 2019, Atreyu Moniaga Project menghadirkan pameran angkatan kelima dengan program inkubasi ilustrasi Mixed Feelings 04 yang bertajuk Kintsugi. Menampilkan karya empat seniman muda berbakat seperti Elle Dhita, Dinan Hadyan, Jessie Tjoe, dan Sol Cai di Art and Performance Hall Galeri Tugu Kunstkring Paleis, Menteng, lantai dua dan terbuka untuk umum dan gratis. Pameran ini akan berlangsung hingga 15 Agustus 2019 sebagai seri pameran tahunan dari program inkubasi ilustrator muda Atreyu Moniaga Project (AMP).

Atreyu Moniaga Project merupakan sebuah kolektif seniman yang mengelola dan mendidik seniman muda sejak 2013, dan kali ini menceritakan perjuangan empat perupa wanita yang tergabung dalam Mixed Feelings 04. Mengusung tajuk Kintsugi, dikenal sebagai metode dari Jepang untuk memperbaiki keramik yang pecah dengan pernis khusus yang dicampur dengan emas, para perupa ini menunjukkan bahwa bagaimana proses kehidupan menyempurnakan segalanya.

Elle Dhita – A Companion

Seperti, Kapten Mixed Feelings 04, Elle Dhita, seorang seniman digital yang dalam pameran ini menciptakan karya yang terinspirasi dari proses adaptasi hidupnya sebagai perempuan yang tinggal sendirian jauh dari keluarga saat di negeri Paman Sam, Ia menceritakan bagaimana kerasnya hidup sendirian, bergumul dengan persoalan dalam realita hidup, dan harus bersikap menjadi dewasa sebelum waktunya. Dan, kali ini Elle bereksperimen melalui medium tradisional (watercolor).

Elle Dhita – Till I See You again

“Saya kira yang terpenting adalah tetap bersikap positif dan ceria, ternyata tidak,” ujar Jessie Tjoe, salah seniman muda yang ikut andil dalam pameran ini. Karyanya dituangkan lewat medium gouache dan kopi yang terinspirasi dari karya seni gotik dan gaya eksentrik, dari sinilah Jessie Tjoe menyadari betapa pentingnya untuk jujur terhadap diri sendiri. Jessie Tjoe merepresentasikan berbagai ketakutan dan problema yang selama ini Ia hadapi ke dalam bentuk karakter-karakter monster yang Ia gambarkan di koleksi karyanya.

Jessie Tjoe – Isabelle


Presented by MOIRE Rugs


jessie Tjoe – Pampeliska

Dinan Hadyan yang sebelumnya berkecimpung di dunia fandom k-pop sejak 2010 dan dikenal sebagai “Abusedmember”, selalu percaya kepada kesempurnaan eksekusi menggambar. Lewat eksplorasi media kolase dan watercolor, Dinan Hadyan mempertanyakan konsep kesempurnaan yang selama ini Ia kejar dan fokus pada penyampaian pesan dalam berkarya. Dinan Hadyan menyadari, bahwa selama ini, kesempurnaan yang Ia cari sejatinya berasal dari keindahan sebuah proses, bukan dari popularitas ataupun jumlah followers di media sosial.

Dinan Hadyan – Perficio 7

Dinan Hadyan – Perficio 9

Sedangkan, Sol Cai seorang ilustrator komersial yang bekerja untuk berbagai proyek game sempat berhenti berkarya setelah didiagnosa Bipolar. Lewat program ini, Ia berusaha mencurahkan aspirasi hatinya serta rasa gelisah di atas kanvas. Segala kesulitan Ia alami, pergumulannya dengan kondisi batin yang kemudian diinterpretasikan melalui karya indah sebagai media penyembuhan diri.

Sol Cai – Backbone

“Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membina para perupa muda agar memiliki kepercayaan diri untuk memulai sebuah karir di dunia ilustrasi/ seni lukis dengan membuat sebuah rangkaian karya yang akan dipertanggungjawabkan dengan pameran kolektif dan juga Artbook,” ujar Atreyu Moniaga selaku mentor dan pemilik Atreyu Moniaga Project. Dan tak lupa bahwa berkembangnya event tahunan dari program inkubasi ini tidak terlepas dari bantuan pihak sponsor yaitu Tugu Kuntskring Paleis dan juga Bank Negara Indonesia (BNI)Bagi Bank Negara Indonesia program AMP merupakan wadah penting untuk seniman muda bersuara dan diapresiasi oleh masyarakat umum maupun seniman.

Sol Cai – Obsession

Coulisse | INKZipblind & VF