Barli Asmara: His Legacy Continues
Published by Sugar & Cream, Wednesday 13 January 2021
Text by Sylviana Hamdani, images courtesy of JFW
Jakarta Fashion Week 2021
Gone too soon. Hati setiap pecinta fashion tanah air rasanya mencelos saat mendengar berita duka di penghujung bulan Agustus lalu. Di tengah pandemi yang masih melanda Indonesia, berita kepergian perancang busana kenamaan Barli Asmara terasa sangat menghujam. Desainer asal Kota Kembang ini bukan saja dikenal sangat berbakat, namun juga seorang pribadi yang selalu humble, ramah dan ringan tangan dalam membantu orang-orang di sekitarnya.
Untuk mengenangnya, Jakarta Fashion Week 2021 menyediakan satu slot fashion show tunggal di hari opening pekan mode ini, Kamis (26/11).
“Kita dihubungi JFW tanggal 12 Oktober untuk produksi (video shooting) di awal November, jadi kita hanya punya waktu kurang dari satu bulan untuk mempersiapkan,” kata Leslie Tobing, creative director Barli Asmara, saat diwawancara via telepon hari Rabu (02/12).
Presented by Melandas Indonesia
Bersama timnya, Leslie kemudian mempersiapkan 48 looks untuk peragaan busana yang ditajuki ‘Tribute to Barli Asmara’ tersebut.
“Pertama-tama, kita melihat dari bukunya Kak Barli ’15 Warsa Barli Asmara: Di Antara Gemerlap Ornamentasi’,” tambah sang creative director menjelaskan. “Kita melihat koleksi-koleksi yang dia pilih untuk masuk ke buku. Tapi sayangnya, tidak semuanya masih ada di warehouse.”
Leslie kemudian membagi show menjadi dua sesi, yaitu ‘Arsip Barli Asmara – The Tribute’ dan ‘La Danza De La Vida’, yang menampilkan sebuah koleksi baru yang dirancang oleh tim kreatifnya.
Fashion show yang digelar secara virtual di JFW.tv ini terasa begitu menggugah emosi dan kenangan pecinta mode Indonesia akan sosok sang desainer. Tayangan dimulai dengan video hitam-putih singkat yang menggambarkan almarhum Barli saat bekerja di kantornya; membuat sketsa-sketsa dan berdiskusi dengan tim.
“Kak Barli itu hardworking person yang very passionate,” kata Leslie, dengan suara yang sedikit tercekat. “Timnya juga sama. Kadang (kita) tidak mengenal waktu karena we love what we do.”
Peragaan dimulai dengan serangkaian model yang berjalan dari depan panggung menuju ke centerstage, seakan menegaskan bahwa koleksi yang digelar merupakan bagian napak tilas perjalanan sang desainer dari awal karirnya.
Barli Asmara mendirikan labelnya di awal tahun 2001 dengan memproduksi busana-busana made-to-order couture untuk wanita. Karya-karyanya dikenal ultrafeminin, namun tetap anggun dan berkelas.
Tata panggung yang dibuat remang dan lantunan lembut musik orkestra turut menciptakan atmosfir sendu pada sesi pertama fashion show ini.
Di catwalk tampil rangkaian busana kreasi Barli yang berhias pita-pita cantik yang saling terjalin layaknya origami, gaun-gaun dengan teknik smock bersiluet O yang edgy, maupun aplikasi fringe dan macrame yang membutuhkan ketelitian tingkat tinggi dan kerapihan pengerjaan dengan tangan.
Craftmanship yang prima inilah yang mengantar Barli meraih berbagai penghargaan, antara lain AMICA Young Talented Designer, Elle Designer of the Year dan Kartika Magazine Best Designer of the Year Awards di tahun 2010. Sebelumnya, perancang ini juga pernah didaulat untuk menggelar koleksinya di ajang mode bergengsi Dewi Fashion Knights tahun 2008 dan 2009.
Sesi kedua peragaan busana ini terasa lebih hidup dan bergairah. Musik irama Latin dan tata panggung yang benderang seakan menegaskan optimisme label busana ini di masa mendatang.
“Kita sendiri ingin mengenang Barli bukan dengan cara yang sedih,” tukas Leslie. “Kayaknya cukup dech. Ini saatnya bangkit. Di sequence dua ini, kita ingin menunjukkan bahwa brand ini tetap exist. Bahwa label Barli Asmara akan tetap berlanjut. »
Beragam busana dengan warna-warni cerah dan corak bunga-bunga diperagakan di sesi ini. Siluetnya yang longgar seakan membebaskan wanita untuk menikmati hidup dan beraktivitas. Aksen lipit-lipit dan smock masih menjadi andalan di koleksi ini. Sebagai tambahan, aplikasi kancing, puffed sleeves panjang dan rok berlapis juga menambah keunikan daya tarik setiap gaun.
Menurut sang creative director, koleksi ini terinspirasi dari kostum-kostum meriah tarian Amerika Latin, seperti Rumba, Samba dan Arunguita dari Argentina.
Selain gaun, koleksi terbaru ini juga menghadirkan beberapa jumpsuit dan romper yang terbuat dari bahan lace dan brokad warna hitam dan putih.
« Favoritnya (Barli) itu sebetulnya (warna) hitam dan putih, » kenang Leslie. “Kita tidak mau meninggalkan itu. Jadi koleksi ini diakhiri dengan hitam (dan) putih, yang mana adalah favoritnya dia.”
Leslie, yang pernah berkiprah sebagai psikolog klinis, dosen dan creative director sebuah brand busana pria, mulai bergabung dengan Barli Asmara di tahun 2015. Tugas pertamanya adalah membenahi akun sosial media label ini dan mengembangkan pemasarannya. Di tahun berikutnya, Leslie memulai lini Barli Asmara prêt-a-porter yang kini semakin solid di tangannya.
Di akhir pagelaran, influencer asal Bandung Vira Tandia memeragakan gaun hitam elegan bersiluet A-line. Langkah dan senyumnya yang konfiden seakan menegaskan keberlanjutan label fashion ini di tahun-tahun mendatang.
“Semua tim kami yang menonton show ini di kantor menangis,” ujar Leslie menambahkan. “Kami merasa kehilangan. Tapi, kami tidak mau kehilangan spiritnya. Jadi legacy ini mau terus kita bawa.”
Dengan harga Rp 900,000 – Rp 2,000,000, semua item koleksi La Danza De La Vida sudah habis dipesan. Sedangkan, busana-busana di peragaan sesi pertama tidak untuk dijual.
« Koleksi (Arsip Barli Asmara – The Tribute) akan kami jadikan arsip untuk dipelajari lebih lanjut untuk pengembangan koleksi-koleksi berikutnya, » ujar pria lulusan S1 dan S2 fakultas psikologi Universitas Indonesia ini.
Untuk langkah selanjutnya, Leslie mengaku akan terus mengembangkan koleksi-koleksi prêt-a-porter, situs dan akun-akun sosial media dari brand fashion ini.
« Pertengahan bulan (Desember) ini, kami akan meluncurkan satu lagi koleksi terbaru bekerjasama dengan seorang influencer asal Malang, » ujar Leslie.
Tampaknya, nama Barli Asmara kini bukan hanya dikenang, tapi terus hidup di tangan penerusnya.
ORTENSIA RESTAURANT BY CHRIS SHAO STUDIO
Chris Shao's French-Japanese restaurant, Ortensia, in Shanghai, blends Parisian sophistication, Japanese elegance, and Shanghai's charm, incorporating...
read moreBAROVIER&TOSO PRESENTS BAROVIER&TOSO COLLAGE
Barovier&Toso unveils Barovier&Toso Collage, a visually stunning project showcasing the elegance and versatility of its products, reinterpreting Venetian...
read moreKAREN NIJSEN IN "Satu Langkah Satu Karya"
Remarkable "Satu Langkah Satu Karya", founded by Karen Nijsen, a finalist for Miss Universe Indonesia 2024 has a mission to promote environmental...
read moreMUSEUM MACAN ANNOUNCES KORAKRIT ARUNANONDCHAI’S FIRST MAJOR SOLO PRESENTATION IN INDONESIA
Museum MACAN presents Korakrit Arunanondchai's artwork, "Sing Dance Cry Breathe |as their world collides onto the screen" for the first time from November...
read moreA Spellbinding Dwelling
Rumah milik desainer fashion Sally Koeswanto, The Dharmawangsa kreasi dari Alex Bayusaputro meraih penghargaan prestisius Silver A’ Design Award 2017.
read moreThomas Elliott, Translating the Dreams of Spaces and Shapes
Selama hampir seperempat abad tinggal di Indonesia, simak perbincangan dengan arsitek dan desainer Thomas Elliott.
read more