FENDI Launches ‘Hand in Hand’
Published by Sugar & Cream, Thursday 07 January 2021
Text by Dira Rohmatun, images courtesy of FENDI
Honoring Italian Craftsmanship Through the Iconic Baguette Bag
Memasuki penghujung akhir tahun, FENDI mempersembahkan satu koleksi spesial yang identik dengan kemewahan penjuru Italia. Bertajuk ‘Hand in Hand’, FENDI menggandeng pengrajin lokal dari berbagai daerah di Italia untuk berkolaborasi memoles tas Baguette yang ikonis rancangan Direktur Kreatif Silvia Venturini Fendi pada tahun 1997, ke dalam desain apik yang memberikan makna terbaru dengan cara menerapkan kerajinan lokal – mengubah konstruksi tas tangan tradisionalnya menjadi sebuah objet d’art yang sesungguhnya. Bukan hanya itu saja, setiap tas Baguette dalam ‘Hand in Hand’ ini dilengkapi dengan identitas logo dan lokasi para atelier yang terdapat di setiap saku, serta logo ‘FENDI Hand in Hand’ yang dibalut emas.
Dalam kolaborasi yang unik ini, setiap pengrajin menampilkan teknik yang mewakili masing-masing para atelier. Mengedepankan kemampuan teknik kuno buatan tangan bernilai tinggi dari generasi ke generasi selanjutnya untuk penciptaan karya yang luar biasa ini.
FENDI ‘Hand in Hand’ Veneto – Luigi Bevilacqua
‘Hand in Hand’ yang diluncurkan bersamaan Look N°13 pada panggung peragaan FENDI Women’s Fall/Winter 2020-21, membawa kita ke daerah Tuscany. Memperlihatkan karya atelier Florentine, Peroni Firenze yang membentuk Baguette dari kulit semak nabati yang khas tanpa jahitan, dengan teknik bersejarah bernama cuoio artistico fiorentino. Menampilkan potongan Baguette yang mengkilap dalam warna cokelat pekat, dengan aksen gesper FF khas Baguette berlapis kulit. Menciptakan efek monokrom halus yang menonjolkan kekhasan dari tangan Peroni.
FENDI ‘Hand in Hand’ Tuscany – Peroni
Melangkah ke barat di pulau Sardinia, tepatnya di desa puncak Bukit Ulassai. Women’s cooperative Su Marmuri yang mengabadikan diri untuk menenun permadani dengan tangan sejak 1991 dalam teknik pibiones ini, membuat motif garis diagonal hitam putih untuk badan Baguette. Dilengkapi dengan pola logo FF dibagian dalamnya, tas ini dibiarkan tidak bergaris untuk merayakan keindahan dua sisi tenun pibiones, yang dihiasi oleh bulu kambing yang merumbai di sekeliling sisinya.
Di jantung Venesia, Veneto. ‘Hand in Hand’ berkolaborasi dengan pengrajin jacquard yang mewah, Luigi Bevilacqua dengan pengalaman terus menerus selama lima abad. Diolah dengan tenunan abad ke-18, menggunakan Bevilacqua’s soprarizzo ‘over the curl’ silk dan beludru katun, Baguette dibuat dalam tampilan motif brokat bunga menawan yang dibuat setiap beberapa sentimeter kain per hari. Dilengkapi dengan tali satin, tas ini semakin diperkaya dengan gesper FF yang diukir dari jasper with lizard. Membangkitkan semangat Venesia dan sejarah Palazzo yang penuh warna dengan semua keindahannya
FENDI ‘Hand in Hand’ Tuscany – Peroni
Bergeser ke bagian selatan di Puglia, ‘Hand in Hand’ berkolaborasi dengan pengrajin renda Dodino yang berbasis di Desa Nardò. Dalam teknik Apulian tradisional yang dikenal sebagai chiacchierino, Baguette disulap menampilkan desain renda yang dililitkan dan diikat rapi untuk menciptakan desain konsentris dan berbunga yang indah. Memperlihatkan awan bunga yang mengapung di atas permukaan Baguette, bersandingan dengan gesper FF khusus dari mutiara. Sehingga menampilkan kesan manis pada penggunanya.
Menginjak ke wilayah Marche di Italia tengah. Proyek ‘Hand in Hand’ merayakan adat istiadat lokal menenun, khususnya dengan cabang pohon willow yang berkolaborasi dengan Bottega Intreccio. Pohon langka yang merupakan tumbuhan asli wilayah ini direndam selama beberapa hari agar lebih fleksibel sebelum dijalin dengan tangan di sekitar bingkai logam. Hasilnya adalah Baguette dengan tekstur alami dari kayu lentur, berpadu dengan motif anyaman willow yang terinspirasi dari keranjang nelayan setempat, yang dipermanis dengan detail kulit tumbuhan.
FENDI ‘Hand in Hand’ Sardinia – Su Marmuri
Di seberang Umbria, bersama Giuditta Brozzetti, FENDI berfokus pada kain tenunan tangan dengan pola dekoratif mewah yang diciptakan oleh Brozzetti sejak 1921. Baguette ditampilkan dalam motif bergulung dua warna yang menampilkan kuda, burung merak, unicorn, dan burung merpati dari mitologi klasik dengan warna royal blue cerah. Tas dalam warna biru mewah ini semakin kaya dengan renda macramé handmade yang terinspirasi oleh hiasan kuno pada tekstil abad pertengahan.
Presented by Som Santoso
Menuju ke Isernia, proyek ‘Hand in Hand’ di kota yang terkenal akan penghasil renda bobbins yang diakui oleh seluruh dunia ini tampak diselimuti lacework yang menawan, hasil pengrajin renda ahli GC Corredi. Dalam balutan kulit nappa dengan warna netral yang terang, tas ini sangat identik dengan kota renda ini.
FENDI ‘Hand in Hand’ Sardinia – Su Marmuri
Di Calabria, koleksi Baguette dibuat ulang dalam serat tumbuhan yang ditenun tangan oleh Fabbrica Tessile Bossio. Menggunakan seni menenun serat sapu ‘ginestra’, Baguette menampilkan desain yang terinspirasi dari motif tradisional lokal, disandingkan dengan pola logo FF yang diwarnai dengan tinctures berbahan dasar tumbuhan alami. Kemudian, pinggiran panjang yang terbuat dari benang sapu ini diikat seluruhnya dengan tangan untuk menghiasi setiap sisi tas yang unik.
Di kota kelahiran FENDI, Roma, yang terletak di wilayah Lazio. FENDI mengajak ahli perhiasan Massimo Maria Melis untuk menciptakan Baguette dengan perpaduan kerajinan kulit FENDI, dan ‘bezels’ applique perak berlapis emas Melis yang mewah. Dibuat menggunakan the lost wax technique and inlaid with hand-carved very rare marbles yang sangat langka. ‘Bezels’ dibuat dari teknik Romawi kuno bernama ‘granulatura’, yang menciptakan motif disekitar bingkai seperti alur. Sementara, dua koin perunggu asli yang menggambarkan Kaisar Romawi dari Periode Kekaisaran muncul di bagian depan Baguette ini. Menampilkan tas dengan aksen marbles yang mewah.
FENDI ‘Hand in Hand’ Puglia – Dodino
Melangkah ke wilayah Abruzzo, ‘Hand in Hand’ memanggil Simona Iannini, seorang pengrajin dari kota l’Aquila, untuk membuat Baguette yang seluruhnya terbuat dari renda ‘tombolo aquilano’. Dengan teknik kuno pada tahun 1400-an, benang ‘Tombolo aquilano’ dibuat secara kontinu saling bertauran dan tidak dipotong. Sang pengrajin terus menjahit atau mengikat benang untuk menciptakan pola yang diinginkan. Sehingga Baguette tampak membentuk desain jaring halus, dengan sisipan logo FF kecil disertai tali renda yang cantik. Pengerjaan Baguette versi Simona Iannini dikerjakan lebih dari 100 jam kerja hanya untuk membuat bagian body tas.
Pergi ke Trapani di pulau Sicily, FENDI bertemu dengan ahli emas Platimiro Fiorenza yang mengkhususkan diri dalam seni menata karang merah, dengan mempertahankan bentuk seni lokal yang telah ada pada abad ke-12. Baguette ditafsir ulang olehnya dalam tampilan façade unik dari elemen karang merah, yang terbuat dari panel berlapis silver rigid, diukir membentuk pola geometris dengan teknik ‘retroincasso’.
FENDI ‘Hand in Hand’ Puglia – Dodino
Inisiatif ‘Hand in Hand’ adalah langkah penting dalam menghormati komitmen FENDI kepada pengrajin Italia di seluruh negeri – pengrajin yang mempertahankan metode produksi tradisional hingga saat ini. FENDI percaya, ‘Hand in Hand’ mampu melestratikan karya seni buatan tangan kuno dan menyebarkan kerajinan langka, kreativitas, dan savoir-faire dari pengrajin lokal ke seluruh Italia.
FENDI ‘Hand in Hand’ Veneto – Luigi Bevilacqua
FENDI ‘Hand in Hand’ Veneto – Luigi Bevilacqua
ORTENSIA RESTAURANT BY CHRIS SHAO STUDIO
Chris Shao's French-Japanese restaurant, Ortensia, in Shanghai, blends Parisian sophistication, Japanese elegance, and Shanghai's charm, incorporating...
read moreBAROVIER&TOSO PRESENTS BAROVIER&TOSO COLLAGE
Barovier&Toso unveils Barovier&Toso Collage, a visually stunning project showcasing the elegance and versatility of its products, reinterpreting Venetian...
read moreKAREN NIJSEN IN "Satu Langkah Satu Karya"
Remarkable "Satu Langkah Satu Karya", founded by Karen Nijsen, a finalist for Miss Universe Indonesia 2024 has a mission to promote environmental...
read moreMUSEUM MACAN ANNOUNCES KORAKRIT ARUNANONDCHAI’S FIRST MAJOR SOLO PRESENTATION IN INDONESIA
Museum MACAN presents Korakrit Arunanondchai's artwork, "Sing Dance Cry Breathe |as their world collides onto the screen" for the first time from November...
read moreA Spellbinding Dwelling
Rumah milik desainer fashion Sally Koeswanto, The Dharmawangsa kreasi dari Alex Bayusaputro meraih penghargaan prestisius Silver A’ Design Award 2017.
read moreThomas Elliott, Translating the Dreams of Spaces and Shapes
Selama hampir seperempat abad tinggal di Indonesia, simak perbincangan dengan arsitek dan desainer Thomas Elliott.
read more