presented by

Dua Kutub Jakarta Fashion Week 2020

SHARE THIS
3.01K

Published by Sugar & Cream, Friday 17 January 2020

Text by Steve J Martin, Images Courtesy of Jakarta Fashion Week

22 – 28 October 2019 @ Senayan City – Jakarta

Jakarta Fashion Week 2020 menyuguhkan dua kutub yang sangat perlawanan. Sebuah pergulatan pengetahuan estetika desain Indonesia.

Memasuki tahun ke 12, Jakarta Fashion Week 2020 telah meninggalkan banyak catatan untuk mode Indonesia. Sebagai sebuah industri yang diharapkan mampu tumbuh dengan pesat, mode Indonesia memang punya banyak problema.

Adrian Gan, Al Syarif, Artina, Auguste Soesastro

Mulai dari para pemangku kepentingan yang lebih sering jalan sendiri, hingga aparat pemerintahan yang minim pengetahuan dan bahkan tak mau belajar banyak soal industri ini. Di sisi lain, mereka yang ingin fashion Indonesia berkembang menjadi lebih baik, seringkali membentur berbagai batasan tadi. Termasuk diantaranya Jakarta Fashion Week.

Batik Marunda, Danjyo, Defrico

Sebagai sebuah platform mode yang pada mulanya dibangun oleh Femina Group pada 2007—kemudian kini berada pada naungan GCM Group pimpinan Svida AlisjahbanaJFW memang unik. Di seluruh penjuru dunia, hanya JFW yang dibangun oleh perusahaan media.

Sementara itu, di negara lain, kebanyakan pekan mode dibangun oleh asosiasi perancang atau bahkan diinisiasi oleh pemerintah. Keberadaan JFW sebagai sebuah platform yang independen dan mampu bertahan selama 12 tahun sebagai pekan mode paling representatif bagi Indonesia—terbukti dengan pengakuan Business of Fashion beberapa tahun lalu—menjadi tolok ukur kalau ajang ini masih dibutuhkan.

Diana, Friederich Herman, IKYK, Jarit

Sayangnya, memasuki tahun ke-12, JFW lebih terasa sebagai sebuah perayaan komersial. Slot-slot sponsor yang membanjir dengan kurasi yang bisa dibilang cukup out of date tapi dijejali oleh penonton dan bahkan menjadi viral, menjadi penanda bahwa secara selera desain, JFW belum berhasil mengedukasi masyarakat untuk lebih peka dan melek terhadap estetika dengan cita rasa global dan modern.

Saksikan juga highlight dari seluruh peragaan busana di official youtube channel Jakarta Fashion Week 2020.


Presented by MOIRE Rugs

Gaun-gaun ‘gong’ yang tak malu-malu disebut couture oleh banyak ‘desainer’ di dalamnya menjadi tolok ukur itu. Lihat bagaimana Melly Goeslaw tampil bak ibu peri Cinderella dalam balutan gaun putih dengan sentuhan warna pelangi karya Diana Putri. Dalam unggahannya di Instagram, Melly dengan bangga mengatakan suka terhadap pakaian yang sebenarnya terasa berlebihan itu.

Jeffry Tan, Major Minor, Mel Ahyar, Peggy

Di sisi lain, sebagian besar desainer yang tampil, masih menawarkan idealisme yang sangat menarik untuk disimak. Simak saja Toton, Peggy Hartanto, Sean Sheila yang berkolaborasi dengan Byo, hingga Friederich Herman, yang semuanya menawarkan gaya yang kosmpolit.

Atau simak bagaimana Eridani yang secara konsisten mengeksplorasi permainan draping serta membuatnya menjadi new power look bagi wanita Indonesia. Jangan lupakan juga Chitra Subyakto lewat label Sejauh Mata Memandang yang kali ini menawarkan produk hasil upcycling dari kain-kain batik cap koleksi sebelumnya, tanpa membuat kain baru demi menghindari sampah lingkungan.

Rumah Kebaya, Shean Sheila X Byo, Swank, Wilsen Willim

Simak juga kebangkitan banyak desainer asal daerah yang didukung oleh Dekranasda, mulai dari Dekranasda Sumatera Barat hingga NTT yang kesemuanya menawarkan bakat baru. Atau lihat juga bagaimana akhirnya JFW setelah 12 tahun, akhirnya memiliki satu slot khusus bagi perancang busana pria. Lihat karya Wilsen Willim yang kaya akan teknik tailoring yang rapi hingga XY, yang menawarkan maskulinitas lewat kacamata Mel Ahyar.

Pada puncak JFW, Dewi Fashion Knights juga masih menjadi puncak perayaan bakat di dunia mode Indonesia. Simak bagaimana Adrian Gan mengolah lagi ulos-ulos Pinuncaan yang tua dan rapuh serta memiliki banyak keterbatasan menjadi pakaian modern dan memikat.

Toton, XY

Atau lihat juga bagaimana Mel Ahyar menyelami ragam karakter di media sosial dengan pendekatan sustainable fashion serta eksplorasi material. Jeffry Tan yang juga berupaya menyelami batas-batas kabur antara gender dan juga permainan material serta siluet. Terakhir ada Auguste Soesastro yang berupaya memberikan alternatif eksplorasi siluet pakaian Indonesia yang menurutnya belum menemukan kontinuitas.

Lewat bakat-bakat tadi, rasanya terlalu sayang kalau perhatian khusus tidak diberikan. Terlalu sayang kalau para pemangku kepentingan mode Indonesia berkelahi satu dengan yang lain demi kepentingannya masing-masing. Sudah saatnya mereka semua bekerjasama untuk menciptakan ekosistem yang mendukung kemajuan.

OBIN

Coulisse | INKZipblind & VF