Text by Intan Kalih, Photography by Putu Wirang, Styling by Ines Hornlein, Production by Visual Identity Production.
Hunian tak hanya merepresentasikan diri pemiliknya, bisa jadi transformasi hidup yang dibekukan dalam suatu ruang. Seperti halnya Jais Darga membangun rumah impiannya di bilangan Pantai Keramas, Bali, berikut.
Berprofesi sebagai art dealer dengan jam terbang tinggi dan memiliki reputasi baik dalam mendatangkan karya-karya seni kelas kaliber ke tanah air, Jais Darga justru menginginkan sebuah ketenangan dalam hunian impiannya. Jauh dari sorak-sorak dunia seni yang hampir dijumpai seumur kariernya. “Dengan mobilitas perjalanan ke berbagai negara, saya merasakan banyak warna dalam kehidupan, Saat ini saya merasa warna-warna itu membuat lelah, oleh sebab itu saya sengaja memilih warna putih untuk rumah maupun aksentuasi interior agar merasakan ketenangan dan kedamaian,” ujar pemilik Darga Gallery yang telah memulai kariernya di industri seni sejak tahun ’80-an dan sempat tinggal lama di Paris.
Mengenai konsep huniannya yang berlokasi di Pantai Keramas, Bali, ini, Jais dengan gamblang mengatakan bahwa ia ingin menciptakan sebuah tempat yang nyaman di masa pensiunnya nanti. Bangunan seluas 1000m² di atas lahan 3000m² ini memiliki keunggulan letak yang berada di ketinggian sehingga bisa langsung memandang ke alam bebas, meliputi persawahan, gunung, pantai, bahkan pulau Nusa Penida yang berseberangan. “Saya membeli tanah ini tahun 1999, tanpa melihat lokasinya terlebih dahulu. Saya merasa tidak memilih lokasi ini, tapi seolah terpilih untuk memilikinya,” kenang Jais.
Lebih dari dekade akhirnya Jais memulai pembangunan. Setelah lewat dari setahun berdiskusi dengan arsitek, maka hunian impian itu pun berhasil diterjemahkan. Sebuah area lapang dengan menonjolkan keindahan alam sebagai bagian dari estetika bangunan. Living room yang cukup luas menyatu dengan area dining, bar, dan kolam renang. Dari area living room ini penghuni dapat langsung menikmati pemandangan bebas ke laut karena setengah dari bagian ini juga difungsikan sebagai teras. Terdapat dua kamar tidur di bangunan utama, lalu ada satu kamar terpisah yang diperuntukkan jika anaknya berkunjung.
“Saya tidak terlalu banyak memajang art work, selain itu juga angin laut kurang bagus untuk lukisan lukisan,” ujar Jais yang mengaku awalnya malah tidak ingin memasang artwork, namun ia merasa jatuh hati dengan karya arsitek Rudy Riccioti, yakni Library, yang dipamerkan di Paris. Maka ia pun memasangnya sebagai pemanis dari rumah ini, beserta beberapa karya seni pilihan.
Bagi Jais, ini merupakan dream house yang diinginkannya. Salah satu sudut favoritnya adalah duduk di halaman belakang sambil melihat burung-burung bangau. “Keseluruhan rumah ini mewakili diri dan seluruh perjalanan saya; laut yang luas dan burung bangau adalah perjalanan saya yang jauh ke banyak negara sebagai art dealer, persawahan dan Gunung Agung seperti mewakili masa kecil saya di Bandung. Semuanya bertemu menjadi pemandangan tempat ini.” Rumah baginya tak sekadar fungsi, melainkan adalah dirinya.
“Dengan mobilitas perjalanan ke berbagai negara, saya merasakan banyak warna dalam kehidupan, Saat ini saya merasa warna-warna itu membuat lelah, oleh sebab itu saya sengaja memilih warna putih untuk rumah maupun aksentuasi interior agar merasakan ketenangan dan kedamaian,”
Jais Darga