presented by

WILSEN WILLIM “NAPAS”: SEBUAH PERAYAAN KEHIDUPAN DAN KEHENINGAN

SHARE THIS
728

Published by Sugar & Cream, Wednesday 15 October 2025

Images courtesy of Wilsen Willim

Keseimbangan Struktur, Kelembutan, dan Keanggunan dalam Satu Tarikan Estetika

Bertajuk “NAPAS”, Wilsen Willim menutup rangkaian spektakuler Plaza Indonesia Fashion Week 2025 dengan koleksi yang memukau penonton sejak awal hingga akhir pertunjukan. Sang desainer mengubah panggung peragaan menjadi ruang kontemplatif yang hening, dibalut oleh alunan musik yang berdenyut lembut—seolah menyerupai ritme kehidupan itu sendiri.

Dalam suasana yang meditatif, NAPAS menghadirkan dialog antara tradisi dan modernitas, antara napas dan bentuk, antara jiwa dan tubuh. Palet warna dominan—hitam, merah, putih, dan abu-abu—menjadi simbol keseimbangan antara kekuatan dan kelembutan, antara kehidupan dan keheningan.

Koleksi Demi-Couture yang Menandai Evolusi Baru
Menjadi penutup dari perhelatan mode bergengsi tersebut merupakan sebuah kehormatan tersendiri bagi tim Wilsen Willim. Dalam ajang istimewa tersebut, Wilsen mempersembahkan koleksi demi-couture pertama kalinya—sebuah langkah awal yang menandai kedewasaan artistik sekaligus visi baru yang lebih elevated dibandingkan lini busana siap pakainya sebelumnya. Ajang ini juga menjadi momen perdana bagi Wilsen dalam memperkenalkan kain batik tulis rancangan eksklusif rumah modenya sendiri, yang memadukan estetika batik peranakan dengan sentuhan kontemporer. Motif kincir angin khas Wilsen Willim tampil menjadi elemen visual yang kuat—sebuah simbol dari siklus kehidupan yang terus berputar.

Presented by Coulisse | INK

Peleburan Budaya Asia dan Imajinasi Tanpa Batas
NAPAS merupakan refleksi dari peleburan budaya Asia yang dikemas dalam potongan kontemporer penuh ketelitian. Di balik tampilan yang tenang, Wilsen mengeksplorasi kompleksitas teknik seperti patchwork, laser cut, drapery, lipit, payet, dan sulaman jelujur, membangun ritme visual yang menyerupai helaan dan tarikan napas.

Material seperti suiting fabric, tulle, organza sutra, dan katun digunakan dengan kehati-hatian, menghadirkan keseimbangan antara struktur dan fluiditas. Setiap busana seolah bergerak selaras dengan irama tubuh manusia—seperti denyut napas yang hidup di atas panggung. Yang menarik dari koleksi ini, sebagian besar busana dilengkapi dengan motif-motif berulang yang dikomposisikan dari payet dan paillette. Setiap motif dirancang secara detail, memadukan butiran kristal halus hingga berukuran besar untuk menciptakan daya tarik visual yang seimbang.  Rancangan dan awal pengerjaan payet  dilakukan langsung  oleh Wilsen Willim, kemudian diteruskan dengan ketelitian tinggi oleh para artisan. Di bawah sorot lampu runway, pantulan cahaya dari kristal-kristal tersebut memunculkan efek visual yang memikat sekaligus menegaskan karakter elegan dalam keseluruhan presentasi Napas. Pengerjaan payet untuk setiap busana membutuhkan waktu 2 -3 hari seperti yang diungkapkan oleh Rajasa,

Kolaborasi Artistik yang Memperkaya
Dalam koleksi ini, Wilsen juga melibatkan Subeng Klasik dan Pale Object dalam menciptakan detail yang memperdalam narasi. Subeng Klasik merancang aksesoris berbentuk kincir angin secara eksklusif dan terbatas, sementara Pale Object menampilkan topi rajut dengan bentuk-bentuk skulptural yang memperkuat kesan avant-garde namun tetap bernuansa lembut. Perpaduan dukungan keduanya menguatkan spiritualitas desain yang ditampilkan.

Melalui NAPAS, Wilsen menampilkan busana menjadi refleksi jiwa, penghormatan pada budaya, dan perayaan akan kehidupan itu sendiri.

Magran LivingCoulisse | INK