Houses of Style and Inspiration
presented by

Studio BatuBata Karya Denny Gondojatmiko

7.78K

Penulis arsitek Danny Wicaksono, images courtesy of Studio BatuBata.


Monday 01 April 2019

‘Arsitektur Yang Tenang Dengan Daya Kontrol Yang Tinggi’

Akhirya tiba di satu titik dalam karirnya, ketika Denny Gondojatmiko (DG), arsitek prinsipal dari studio air putih, tersadar bahwa kantor yang telah digunakannya sejak tahun 2006, sudah tidak cukup lagi menampung kegiatan-kegiatan studionya. Jumlah orang yang hadir ke studionya untuk berkoordinasi mengenai proyek-proyek yang sedang berjalan, makin lama makin bertambah, seiring ukuran skala proyek yang membesar.

Dengan kebutuhan yang semakin mendesak, di tahun 2014 Denny dan Joke Roos istrinya kemudian mencari tanah di lokasi yang tidak terlalu jauh dari tempatnya bekerja. Sebidang tanah yang berukuran kurang lebih 1700m2, di daerah Serpong akhirnya dipilih sebagai lokasi untuk membangun kantor baru yang lebih besar dan lebih representatif.

Joke Roos & Denny Gondojatmiko

Proses desain tidak berjalan terlalu lama. DG seperti sudah tahu apa yang dia mau. Kesempatan-kesempatan mendesain arsitektur seperti yang ia visi-kan, tidak sering datang kepadanya di tahun-tahun sebelumnya. Lewat kantor barunya ini ia ingin menciptakan arsitektur yang telah disimpan dalam pikirannya selama ini.

Arsitektur kantor studio air putih yang baru ini di dominasi dengan batu-bata. DG berusaha untuk menghadirkan satu material pembentuk ruang yang dominan. Ia melihat adanya kecenderungan desain yang seperti ini, di beberapa arsitektur karya arsitek-arsitek yang ia kagumi. Seperti pada karya Mario Botta, Peter Zumthor atau Tadao Ando.

Batu bata dipilihnya karena material ini adalah salah satu material bangunan yang paling lazim dipergunakan untuk membuat bangunan di Indonesia. Meskipun batu-bata yang dipakainya di bangunan ini bukanlah batu-bata yang lazim dipakai oleh kebanyakan orang, namun posisi batu-bata sebagai salah satu material bangunan utama yang paling sering dipakai oleh kebanyakan penduduk di tanah ini, menghadirkan kualitas arsitektur yang lebih bersahaja bagi bangunan ini.

Dinding-dindingnya yang tinggi tidak terasa angkuh. Jarak antar tiap dinding yang berjauhan di taman tengah, tidak menghadirkan kemegahan. Batu-bata, yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia, membuat ruang-ruang yang tidak lazim di bangunan ini menjadi lebih awam. Memberikan kesempatan bagi yang datang, untuk menikmati perasaan yang dihadirkan oleh ruang yang diisi oleh angin, cahaya matahari, bayangan dan kadang basah hujan deras di iklim tropis.


Presented by Moire Rugs

Juga ada perasaan yang menyenangkan ketika kita harus melewati ruang-ruang antara, untuk tiba di ruang yang ingin kita tuju di bangunan ini. Setiap orang harus melewati dua ruang penerima tamu yang saling berlapis sebelum masuk ke dalam bangunan ini, untuk kemudian disambut oleh tiga buah pohon … ; Ruang rapat, bisa dimasuki setelah kita melewati beberapa anak tangga tanpa railing dan sebuah koridor yang penuh dengan cahaya matahari dan langit-langit yang tinggi; Untuk ke ruang kerja dan perpustakaan, kita harus melewati jajaran kolom bata, yang dari sela-selanya kerap menyelip cahaya matahari sore berwarna kuning keemasan. Tiap ruangan dan jalur-jalur menuju tiap ruangan itu, menimbulkan perasaan-perasaan kecil yang memberikan senang.

Bagi pasangan DG dan Joke Roos, rasanya studio batubata ini lebih dari sekedar kumpulan ruang-ruang yang masing-masingnya dipergunakan untuk keperluan bekerja. Keyakinan arsitektur yang diletakkan dalam desainnya; kesabaran dan keteguhan hati yang diberikan untuk menjamin tercapainya hasil konstruksi cermat, rapih dan teliti; serta   keberanian untuk memindahkan kantor lama ke dalam kantor barunya ini, seperti menyiratkan adanya desakan yang lebih besar, daripada hanya sekedar membuat ruang kerja yang lebih besar.