Seni = Kepedulian Terhadap Sesama

SHARE THIS
3.63K

Published by Sugar & Cream, Thursday 14 April 2016

Arts and Designs Against Cancer

Seni sebagai garda depan sebuah masyarakat memang memiliki kemampuan untuk menembus batas-batas stereotipe dan juga batasan-batasan nilai-nilai ataupun tabu. Sebagai sebuah energi perubahan, seni juga mampu memberikan inspirasi dan juga mengetuk pintu hati kita sebagai manusia.

1

Hal inilah yang ditampilkan pada pameran dan lelang amal bertajukkan “Chairty Indonesia 2016: Arts and Designs Against Cancer”.  Pameran yang menampilkan misi sosial untuk membantu para korban penyakit kanker di Indonesia ini menyumbangkan 100 persen dari penjualan karya-karya seni yang ditampilkan kepada dua yayasan, yaitu Yayasan Onkologi Anak Indonesia dan Yayasan Kanker Indonesia DKI Jakarta.2
Sebagai sebuah acara perdana, program Chairity ini telah dimulai pada tahun 2012 yang lalu di Singapura. Bermula dari niat baik pendiri program ini, Imis Iskandar, yang mengalami secara pribadi beratnya penderitaan pasien penderita kanker. Pada tahun 2010, ayah Imis,  Abdul Rahman B. Jasma, didiagnosa dengan penyakit kanker paru-paru stadium 3. Setelah mengalami perawatan kemoterapi selama 2 bulan, ia dinyatakan bebas kanker. Tapi pada tahun 2011, dokter menemukan bahwa kankernya telah menyebar ke kelenjar getah bening. Pada akhir tahun 2011, ayah Imis pun tidak dapat diselamatkan. Melalui pengalaman pribadinya inilah, Imis merasakan dampak penyakit kanker bagi pasien penderitanya dan juga keluarga sang pasien.3
Kepedulian inilah yang mendorongnya bersama dengan temannya, Garry Ng, mengadakan Chairity untuk pertama kalinya pada tahun 2012 di Singapura. Program ini pun kemudian diadakan di Kuala Lumpur pada tahun 2014. Dan pada tahun 2016, program ini diadakan perdana di Indonesia.4
Bagi perhelatan perdananya di Indonesia, sang pendiri bersama-sama dengan Yayasan Kursi Putih (KuPu) dan Media Group mengajak 55 seniman, desainer dan pekerja kreatif dari dalam dan luar negeri untuk menyumbangkan 53 karya mereka yang dikerjakan pada sebuah kursi putih. Berbagai seniman dan desainer pun menyambut baik perhelatan ini. Tak kurang, nama-nama seperti Heri Dono, Sri Astari Rasjid, Djokopekik, Agus Suwage, Manguputra, S. Teddy D., Dyan Anggraini, Noor Ibrahim, Tatang Ramadhan Bouqie, Josephine Komara ‘Obin’, Bestrizal Besta dan Theresia Agustina Sitompul menyumbangkan karya-karya bersama-sama dengan talenta-talenta muda lainnya.
5
Tengok saja karya yang ‘hening’ dari Agus Suwage berjudul ” Absent Friends” yang terinspirasi juga dari pengalaman pribadi kehilangan seorang temannya karena menderita kanker. Selain itu, ada karya kinetik khas Heri Dono yang berjudul “The White Chair” yang mengingatkan kita pada esensi kemanusiaan.
6
Sungguh seni merupakan sarana lintas batas kepedulian, seperti yang sempat diutarakan Tatang Ramadhan Bouqie pada konferensi pers yang diadakan hari Rabu,  6 April yang lalu. ” Inginnya bisa memberi lebih”, ungkapnya. Hal ini mewakili dan merangkum semua kepedulian seniman dan desainer yang berpartisipasi dalam program ini. Berbagai eksplorasi artistik dan  kepedulian sosial para perupa ini dapat dinikmati sampai tanggal 25 April 2016 di Plaza Indonesia 1st floor. (VU)
7
8
910111213

Coulisse | INKZipblind & VF