Houses of Style and Inspiration

Feels Like Home

7.17K

Text by Anggita D S, Photography by Merwin Adenan.


Tuesday 13 June 2017

Bisa jadi, jawaban untuk mendapatkan rumah idaman ada pada keberanian untuk mendobrak aturan yang ada, seperti yang dilakukan desainer interior, Shirley Gouw, pada apartemen di The Pakubuwono Signature.

Saat bicara tentang rumah idaman, biasanya tak banyak orang yang serta-merta membayangkan akan tinggal di sebuah apartemen, apalagi jika berniat untuk membesarkan keluarga nantinya. Namun, tidak demikian dengan pemilik apartemen unik nan elegan di The Pakubuwono Signature ini. Berkonsultasi dengan Shirley mengenai apartemen seluas 540m2 ini, ia pun mengutarakan niatnya untuk memiliki sebuah apartemen yang dapat ditinggali bersama keluarganya kelak.

Sang desainer sendiri mengakui telah melalui proses yang cukup intens, namun tetap lancar, saat mengerjakan proyek ini. “Seperti biasanya, sebelum memulai proyek apa pun, saya pasti akan intens bertemu klien,” papar Shirley. “Bukan hanya untuk mendapatkan brief seutuhnya mengenai apa yang ia inginkan, namun juga mengetahui kebiasaan, gaya hidup, agar dapat diterjemahkan ke dalam bentuk tempat tinggal idamannya.” Mengenai tempat tinggalnya sendiri, tentunya Shirley menyadari adanya suatu ‘unspoken limitation’ yang akan selalu dihadapi saat mendesain apartemen, yakni pengaturan ruangan yang berbeda dari saat mendesain rumah pada umumnya.

Di sini, apartemen yang terdiri dari dua unit ini digabungkan jadi satu dengan koridor sebagai penghubungnya. Sesuai dengan permintaan pemilik, Shirley pun mulai mendesain konsep interior dengan bertumpu pada space planning: unit pertama lebih digunakan sebagai ruang untuk aktivitas formal (berhubung pemilik sering mengadakan acara), sedangkan unit kedua digunakan untuk aktivitas sehari-hari dan mencakup master bedroom, walk-in closet, baby room, family living dining room, playroom, dan extra bedroom.

It’s all about space planning, yang juga kami pikirkan adalah dampak penggabungan dua unit ini untuk jangka panjangnya,” kata Shirley. “Satu kamar tidur kami bongkar parsisinya, kemudian di-convert jadi extra walking closet untuk master bedroom. Di sisi lain, kami juga buat sliding doors lebih fleksibel agar tidak terlihat terlalu sempit.” Mengenai interiornya sendiri, Shirley menyebutnya sebagai semi-classic. Sang pemilik sendiri lebih menyukai gaya yang cenderung maskulin, sehingga untuk mengakomodir hal tersebut, Shirley banyak ‘bermain’ dengan warna yang kontras: dominan di warna hitam dan putih, namun tetap menggunakan banyak pop-up colors di aksesori ruangan.

Kebetulan, pemiliknya pun merupakan kolektor lukisan, yang disebut Shirley sangat membantu dalam menentukan ambiance yang dirasakan saat memasuki apartemen ini. Selain itu, hal lain yang dilakukan Shirley untuk mendapatkan nuansa homey adalah dengan memberikan emphasis pada langit-langit ruangan (masing-masing didesain berbeda), contohnya dengan menempatkan lampu LED yang mengelilingi seluruh langit-langit di satu ruangan dan mengecat dinding dengan warna perak keemasan. Sedangkan di koridor, sumber pencahayaan sengaja dibuat lebih banyak dan bagian tengah dibuat lebih kosong sehingga terlihat lebih ‘bersih’.

Area favorit Shirley di apartemen ini adalah ruang perpustakaan. “Sebelumnya, ruang ini merupakan master bedroom sehingga sudah cukup luas,” cerita Shirley. “Setelah didesain, apalagi berdasarkan keinginan pemilik yang menyukai nuansa maskulin dengan warna kontrasnya, ternyata menjadikan ruangan ini sangat nyaman.” Ditambah lagi, karena lokasinya di lantai 23, membuat ruangan ini selalu bermandikan sinar matahari langsung sehingga terkesan sangat menyegarkan.

Mengenai kesan pertama yang ingin didapatkan oleh orang yang baru pertama kali memasuki apartemen ini, Shirley berpendapat bahwa hal yang selalu ingin ia lakukan dengan hasil karyanya adalah bagi orang lain untuk merasa nyaman. “Inginnya sih, hasil desain saya tidak ‘teriak-teriak’ secara lantang, menuntut untuk diperhatikan. Saya ingin agar orang-orang masuk, duduk dulu, kemudian baru memerhatikan detail dan berbagai elemen desain dengan tenang. Desain yang baik harusnya lebih bersifat elegan dan tahan lama,” katanya menutup pembicaraan.