Houses of Style and Inspiration

Classic Revisited

4.30K

Text by Janto Wihardja & Ruben William, Photography by Merwin Adenan.


Wednesday 03 February 2016

Elaborasi desain klasik yang understated dengan arsip seni sebagai aksentuasi menghadirkan spirit segar yang hidup pada hunian eksklusif di bilangan Menteng, Jakarta, ini.

Jika kebanyakan kaum urban menganalogikan ‘kekinian’ dengan penggunaan desain interior kontemporer dan gaya urban minimalis yang begitu agresif. Maka pendekatan berbeda dipilih pada hunian yang satu ini. Memiliki luas 2300m² dengan dua lantai dan lokasi strategis di pusat kota Jakarta, arsip desain klasik justru diadopsi untuk menegaskan ‘kekinian’ yang tak lekang waktu.

Tak melulu berkorelasi dengan ukiran dan pahatan yang berkesan ‘berat’, interior hunian di bilangan Menteng ini justru menampilkan nostalgia gaya klasik yang subtil. “Saya ingin sesuatu yang ringan dan nyaman. Mimpi saya adalah gaya klasik Prancis yang sederhana,” jelas sang pemilik yang terlibat langsung bersama arsitek Joseph Hengky dalam penataan interior juga pemilihan furnitur serta segala detail dekorasinya.

Memasuki area foyer, kesan elegan yang light dihadirkan lewat aplikasi material marmer langka berwarna biru, yang dikenal dengan nama Azul Sodalite, yang dipesan langsung dari Turki. Impresi mewah kian kuat lewat jarak langit-langit yang menjulang tinggi, lengkap dengan proporsi cahaya alami yang cukup dan penempatan berbagai furnitur juga benda seni koleksi pemilik.

Pada area living room, keinginan mengakomodasi ragam pencahayaan artifisial, sekaligus memperkuat gagasan desain klasik yang ringan, tercermin lewat ceiling berbentuk oval yang ‘memeluk’ ruangan. Di bawah langit-langit berbentuk oval tersebut, tergantung sebuah chandelier masif dengan beberapa penerangan tambahan yang tersembunyi di sekeliling. “Besarnya ukuran living room ini merupakan jantung estetika rumah, sekaligus meningkatkan kesan elegan pada hunian,” tutur Joseph yang aktif membantu dalam penyelesaian interior hunian baru ini. Kecintaan pemilik akan seni bergaya Art Nouveau diperlihatkan melalui beberapa aksen interior seperti ukiran ringan berwarna putih pada bagian jendela maupun bingkai lorong antar ruang. Beragam furnitur pun dipesan khusus dari Da Vinci,Baker, dan Century di Jakarta. “Untuk menyelaraskan kursi, sofa, dan kabinet yang tepat, saya bersama pemilik bekerja keras selama delapan bulan,” terang Joseph.

Pencahayaan sepertinya memegang kunci penting pada hunian. Ini terlihat jelas lewat hadirnya taman yang mengelilingi sebagaian besar perimeter hunian yang memberi pencahayaan alami secara maksimal. Seluruh dinding dibentuk dari pintu-pintu kaca dengan ukuran lebih besar dibandingkan pintu utamanya. Orientasi bangunan terhadap pergeseran letak matahari turut menjadi faktor pendukung pencahayaan alami pada hunian ini. Melengkapi key essence tersebut, ragam label furnitur internasional ditempatkan di hampir setiap sudut ruang. Terakhir, beberapa kursi antik Eropa yang didapat dari sebuah balai lelang Sotheby’s di London hadir sebagai statement ruang.

Kesan klasik yang sama pula terlihat di dining area. Sebuah meja makan hasil replika dari Burton Agnes Hall 1760 Yorkshire, Inggris, buatan perusahaan Baker menjadi daya tarik utama, selain marmer kuning keemasan, Giallo Siena, yang seolah menggantikan fungsi karpet pada ruang tersebut. “Wallpaper motif bunga berwarna hijau dipilih untuk menyelaraskan ruang makan agar terlihat segar dan hidup. Begitu pula dengan tambahan warna kuning emas marmer Giallo Siena di bawahnya,” tegas Joseph.

Menelurusi hunian ini seakan mengingatkan, betapa luwesnya gaya klasik bagi hunian modern masa kini. Dengan kepekaan desain, nyatanya tampilan masa lampau toh mampu terlihat relevan dan ‘sadar’ masa.