Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) – Paviliun Indonesia in Venice Art Biennale 2019

SHARE THIS
3.15K

Published by Sugar & Cream, Thursday 04 October 2018

Text by Dira Rohmatun, images courtesy of BEKRAF

New concept in Venice Art Biennale 2019

Indonesia bersiap kembali menampilkan paviliun megah di perhelatan La Biennale Arte di Venezia atau dikenal dengan Venice Art Biennale (VAB) pada 2019 mendatang. Setelah sukses menggandeng seniman Tintin Wulia pada 2017 lalu dengan menghadirkan karya tunggalnya, kali ini Paviliun Indonesia hadir dengan konsep yang berbeda yaitu menampilkan karya dari kolaborasi satu tim artistik yang terpilih melalui proses seleksi proposal karya pameran.

Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) menggandeng Yayasan Design Art Indonesia (YDAI) untuk menunjuk dewan juri yang akan memberi penilaian langsung dalam menyeleksi 8 proposal karya pameran yang telah diterima oleh panitia. Dewan juri yang diketuai oleh Dolorosa Sinaga, menerapkan elemen dasar pada penilaian proposal yang terdiri dari pertama, gagasan utama proyek pameran, mencakup inovasi dan ketajaman uraian gagasan kuratorial, serta relevansinya dengan perkembangan seni rupa kontemporer global; kedua, kesesuaian gagasan dengan pemilihan maupun rancangan karya-karya seniman, tata-letaknya di dalam ruang pameran, sekaligus koherensinya sebagai suatu presentasi artistik; ketiga, tingkat kemungkinan perwujudan gagasan, termasuk dalam perencanaan kerja dalam masa persiapan (riset, pembuatan purwarupa, produksi karya, pengiriman dan pemajangan) dan estimasi pembiayaan proyek pameran; dan terakhir kelengkapan kerja, yakni berbagai elemen sumber daya yang akan terlibat dalam realisasi proposal proyek.

Lantas, siapakah yang akan mewakili Indonesia di Venice Art Biennale pada 2019 mendatang? Tim yang digawangi oleh Asmudjo Jono Irianto (kurator), Yacobus Ari Respati (ko-kurator), Handiwirman Saputra dan Syagini Ratna Wulan (seniman) terpilih menjadi Tim Artistic Paviliun Indonesia untuk Venice Art Biennale 2019 setelah bersaing secara sehat bersama 7 tim lainnya, dengan mengajukan proposal proyek pameran berjudul Akal tak Sekali Datang, Runding tak Sekali Tiba.

Para dewan juri yang diketuai oleh Dolorosa Sinaga dan beranggotakan I. Bambang Sugiharto, Jim Supangkat, Nirwan Dewanto dan St. Sunardi menganggap bahwa kekuatan pada proposal Akal tak Sekali Datang, Runding tak Sekali Tiba, terletak pada gagasannya dalam melakukan refleksi kritis atas seni rupa kontemporer global, terutama pada dunia pemikiran atau wacana, permainan kepentingan (politik, sosial, ekonomi) para pelakunya, dan persepsi publik umum terhadapnya.

Dalam rancangan pamerannya nanti, tim artistik ini akan menyulap ruangan seluas 340 m2 di kawasan Arsenale, di kompleks VAB, Venezia, dengan tampilan sejumlah instalasi yang menakjubkan. Di mana, yang menjadi keseluruhan dalam pameran ini ialah interaksi audiens yang menjadi elemen performatif yang melekat dalam proyek pameran.

Sebelumnya, Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pameran seni tertua ini melakukan proses seleksi untuk tim artistik Paviliun Indonesia di Venice Art Biennale 2019 dengan melakukan call for entries yang melibatkan lebih dari 60 nama seniman dan kurator Indonesia yang kemudian terpilih 23 nama kurator dan seniman Indonesia untuk berpartisipasi dalam mengirim proposal karya yang akan ditampilkan di perhelatan Venice Art Biennale 2019. Tentunya, Ketentuan proses seleksi tersebut dilakukan setelah BEKRAF berdiskusi dengan para pelaku dan pakar di bidang seni rupa Indonesia dalam membahas dan mengkaji ulang penyelenggaraan Paviliun Indonesia di Venice Art Biennale tahun lalu dalam mempersiapkan yang terbaik pada ajang Venice Art Biennale tahun mendatang.

BEKRAF berharap, Paviliun Indonesia di Venice Art Biennale dapat menjadi kanal bagi para seniman dan kurator Indonesia untuk menampilkan karya-karya terbaik seni rupa Indonesia dalam perhelatan yang prestisius di kancah internasional.

Coulisse | INKZipblind & VF